Sesampainya di sebuah taman hiburan, Ian memarkirkan motornya di sebuah area parkiran tempat itu. Ia menggandeng tangan Vanya dan masuk ke tempat dimana ia akan menghabiskan waktu liburnya dengan menaiki beberapa wahana. Terlihat senyum senang dari wajah Vanya ketika mereka bermain sebuah wahana komidi putar, selesai dari tempat itu ian mangajak Vanya untuk bermain rollercoaster, suara jeritan yang entah itu rasa takut atau bahagia gadis itu keluarkan dengan begitu kencang.
1 jam berlalu, mereka pun telah menyelesaikan beberapa permainan, kini ian mengajak Vanya untuk masuk ke dalam sea world. Di tempat yang tertutup itu serta udara yang cukup dingin Ian tidak melepaskan genggamannya dari tangan Vanya. Ya, dari beberapa orang yang melihat, mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang di landa asmara, ditambah Ian yang mengambil beberapa potret mereka dengan gaya yang lucu dan menggemaskan dari keduanya.
Hari mulai siang, cacing dalam perut Vanya telah berdemo meminta jatah makan siang, pria yang di sampingnya itu pun bergegas mengajak nya masuk kedalam sebuah kedai. Ia memesan beberapa makanan untuk gadis yang di sukai serta di kaguminya itu.
Vanya dan Ian duduk di sebuah meja dekat jendela sehingga bisa dengan jelas mereka melihat ke luar sana.
"Permisi, makanannya." Ucap sang pelayan menghidangkan beberapa pesanan Ian.
"Terimakasih." Sahut Ian tersenyum manis.
"Apa kau sebahagia itu?" Tanya vanya menatap wajah pria muda di depannya.
"Tentu, bagaimana bisa aku gak bahagia ketika bisa menghabisakan waktu seharian bersamamu." Jawab ian.
"Ch, dasar bocah menyebalkan." Sahut Vanya tersenyum.
Mereka pun makan bersama yang di selangi obrolan kecil dan canda tawa. Di tengah menyantap makan siangnya, dengan tak sengaja Vanya melihat Nic yang berjalan dengan seorang wanita di sampingnya. Terlihat tawa bahagia yang Nic keluarkan ketika berjalan dengan gadis lain.
Entah perasaan apa yang Vanya rasakan, kesal, sakit, atau cemburu? ia tak bisa mengartikan perasaannya sendiri, Vanya juga sadar dengan posisinya yang bukan siapa-siapa. Mungkin ia kesal karena Nic telah berhasil mengambil ciumannya tanpa seizin Vanya.
"Hey.. apa yang kau lihat? kenapa sampai tak berkedip sedikitpun?" Tanya Ian melambaikan tangannya di depan wajah Vanya.
"Aishh... sialan!" Desis gadis itu yang kemudian mengalihkan pandangannya.
Selesai makan, mereka berdua kembali berjalan menelusuri setiap sudut tempat itu, sampai akhirnya Ian berhenti di sebuah tempat permainan lempar bola, dengan ketangkasannya ia berhasil memasukkan bola dengan satu kali lemparan dan mendapatkan sebuah boneka sebagai hadiah kemenangan. Pria itu pun langsung memberikannya pada Vanya di tempat yang sama.
"Sungguh pasangan yang romantis." Ucap si penjaga tempat itu.
"Ehh... tapi kita bukan..." Ucapan Vanya terputus ketika Ian mengucapkan terimakasih pada penjaga itu dan mengajak Vanya ke tempat lain.
"Apa kau begitu senang dia menganggap kita pacaran?" Tanya Vanya sambil berjalan dan memeluk boneka itu.
"Tentu saja aku senang, ya... walau semua itu bukan nyata seenggaknya aku masih punya harapan." Jawab Ian.
"Dasar bocah, berhentilah sebelum kamu tersakiti, aku gak mau hubungan kita hancur karena sebuah rasa yang gak pernah bisa aku balas." Jelas Vanya.
"Aku gak akan berhenti, sebelum aku melihat dengan siapa nanti kamu menikah." Sahut Ian yang bersikeras dengan perasaanya.
"Ian... dengar ya, saat ini aku hanya punya kamu jika sampai semuanya rusak, aku gak punya siapa-siapa lagi."
"Bohong! aku yakin kamu punya teman yang bisa buat jadi tempat kamu msngeluarkan keluh kesah.
"Terserahlah, yang penting aku udah kasih tau." Tutur Vanya.
"Tunggu disini sebentar." Ucap ian.
Pria itu pun pergi menuju sebuah kedai eskrim, ia membeli dua eskrim dengan rasa yang berbeda. di saat Ian pergi, ponsel Vanya terus berdering ia pun segera menerima panggilan tersebut yang tak lain adalah dari Leo. Dalam sambungan telponnya, Leo mengatakan kalau ia berada di depan rumah Vanya, ia datang menjemputnya atas dasar perintah dari Ernan.
Setelah menutup sambungan telponnya Vanya pergi begitu saja, ia menghentikan sebuah taksi untuk kembali ke rumahnya. Beberapa menit berlalu setelah Vanya pergi, Ian kembali dengan dua buah eskrim di tangannya namun ia tak melihat keberadaan Vanya di sekitar sana. Ian pun memutuskan untuk mencari Vanya ke berbagai tempat namun hasilnya nihil ia tidak bisa menemukan gadis itu dimana pun.
*K*ling... Sebuah notif pesan masuk di ponsel Ian, pria itu segera mengambil ponsel nya dan membuka sebuah pesan yang di kirim Vanya. "Aku ada urusan, maaf pergi begitu aja dan terimakasih untuk hari ini, lain kali akan ku traktir kamu makan." Begitulah kira-kira pesan yang di kirimkan gadis itu. setelah membaca pesan dari Vanya, Ian terduduk lemas di sebuah kursi, kini ia menyadari kalau Vanya benar-benar menganggapnya tak lebih dari seorang adik laki-laki.
"Padahal hari ini ulangtahun ku, tapi ya sudahlah." Gumam Ian mengeluarkan senyum palsunya.
*
Sementara itu di tempat lain, saat Vanya telah sampai di depan rumah nya ia melihat seorang pria yang tengah berdiri menunggu kedatangan.
"Leo.. apa lagi yang harus aku lakukan hari ini?" Tanya Vanya.
"Malam ini tuan di undang khusus dalam acara ulangtahun perusahaan rekannya, kamu hanya perlu mengikuti di sampingnya dan jangan bicara apapun." Jelas Leo.
"Apa aku tidak boleh berkata sepatah katapun?"
"Tidak, kecuali tuan Ernan yang menyuruh."
"Ok, aku akan menjelma jadi gadis bisu selama beberapa jam."
"Ayo pergi." Sahut Leo.
"Tunggu... gimana dengan pekerjaan ku?"
"Aku udah urus semuanya, kamu tenang aja."
"Ahh baiklah."
Vanya pun masuk kedalam mobil bersama dengan Leo. Di dalam sebuah rumah yang cukup besar itu Vanya hanya terdiam dan duduk manis di ruang tamu. Tak lama kemudian seorang pria berparas tampan pun datang dari arah sebuah ruangan pribadinya. Ia menatap Vanya dengan begitu teliti dari atas hingga bawah, sorot matanya yang begitu tajam membuat Vanya terlihat seperti seekor kelinci yang akan di mangsa serigala.
"Semua orang tau kalau aku cantik, gak usah menatap ku seperti itu." Ucap Vanya.
"Ch, kau bahkan gak ada apa-apanya di banding dengan seekor rubah, dasar wanita licik!" Sahut Ernan.
"Yak!! apa kau bilang? wanita licik?"
"Apa gak sebaiknya kamu bercermin sebelum bicara hah?" sambung Vanya yang langsung berdiri dari duduknya.
Ernan hanya menyeringai mendengar apa yang di ucapkan Vanya. gadis itu kembali duduk dan merogoh tasnya, ia mengeluarkan rokoknya dan hendak menyulutnya namun niatnya terhalang oleh Leo yang langsung merebutnya.
"Apa-apaan kau ini?!" Ucap Vanya kesal.
"Tuan gak suka dengan asap rokok, mulai sekarang biasakanlah untuk tidak merokok di hadapannya." Jelas Leo.
"Dasar menyebalkan, kalau bukan karena uang aku gak mau melakukan semuanya." Gumam Vanya.
***
bersambung. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Iiq Rahmawaty
ya lagian knpa ga bilang klo lu ulang tahun dodol..wkwkw
2021-12-23
0
Fi Fin
vanya murahan cm virgin doang yg di jaga
2021-11-05
1
Andini🥀
kasihan ian
2021-09-19
4