Bab 2

Sesampainya di sebuah halte dekat kampus, Vanya berlari menuju kelasnya, sesekali ia melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya dan menambah kecepatan larinya. Tak jarang ia menabrak beberapa orang yang sedang berlalu lalang di area kampus namun gadis itu terus berlari tanpa mengucap kata maaf. Hingga akhirnya ia sampai di sebuah kelas yang telah hadiri oleh seorang dosen.

Dengan nafas yang tersengal-sengal, perlahan Vanya mengetuk pintu ruangan tersebut dan meminta izin untuk masuk mengikuti kelasnya.

"Yang ke berapa kalinya kamu telat?" Ucap seorang dosen.

"Maaf pak, saya bangun kesiangan." Sahut Vanya tersenyum tanpa dosa.

"Cepat masuk, dan segera siapkan bahan presentasi kamu!"

Gadis itu pun bergegas masuk dan duduk di sebelah Michel. Ia mengeluarkan beberapa buku dan laptopnya untuk bahan presentasi.

"Pulang jam berapa semalam? Kenapa bisa telat?"

"Subuh! Dan semuanya gara-gara nenek lampir sialan yang buat keributan di pagi hari."

"Hahhh... Apa hidupku akan terus seperti ini." Sambung Vanya menaruh kepalanya di atas meja.

Dalam hitungan detik, tanpa di sadari Vanya pun tertidur dalam kelas, sampai berulangkali dosen memanggilnya untuk presentasi namun ia tak mendengar. Braakkk... Dosen pun menggebrak meja Vanya hingga ia terbangun dalam keadaan yang masih linglung. "Aishh, sial!" Gumam Vanya ketika melihat wajah sang dosen telah membara.

Ia pun segera berjalan ke depan dan mulai untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Suara tepuk tangan pun bergemuruh ketika Vanya telah selesai dengan presentasi nya. Mata kuliah selesai, semua mahasiswa berhamburan kecuali Vanya yang rasanya masih ingin tertidur.

"Ayo ke atap." Ajak Michel pada teman nya itu.

"Baiklah." Sahut Vanya.

Kedua gadis itupun bejalan menuju atap kampus tempat dimana mereka beristirahat. Michel mengeluarkan sebuah rokok dan korek yang kemudian ia menyulutnya dan menyesap rokok tersebut. Tak lupa ia juga menawari vanya yang telah terbiasa dengan melakukan hal itu.

"Ichel.. Vanya.." panggil seorang pria yang tak lain adalah teman mereka.

"Hei Joe.." sahut Michel yang menyapa Jonathan.

"Malam ini aku dan yang lain ada acara makan-makan, apa kalian mau ikut?" Tanya Joe.

"Kalian pergilah, aku harus bekerja." Sahut Vanya.

"Oh ayolah, mau sampai kapan kamu terus bekerja? Sekali-kali luangkan waktu untuk bersenang-senang." Ucap Joe.

"Bener Van, kenapa kamu gak lepas aja yang di minimarket? Bukannya gaji di bar cukup lumayan? Belum di tambah tip dari para tamu yang kamu temani." Ucap Michel.

"Kalian sih enak punya semua fasilitas yang telah di sediakan orangtua, sedangkan aku? Kalau gak bekerja gimana aku bertahan hidup?" Jelas Vanya.

Seketika ucapan Vanya membuat kedua temannya terdiam. Apa yang di katakan nya ada benarnya juga, Vanya yang hidup hanya seorang diri harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri.

"Baiklah, nanti malam kita main di bar tempat kamu bekerja, akan ku ajak Nic juga."

"Ehh tunggu-tunggu.. kenapa mengajak Nic?" Sahut Vanya.

"Bukankah selama ini kamu menyukai nya?" Ucap Joe.

"Aishhh, terserah lah."

Setelah berbincang dan menghabiskan beberapa batang rokok, mereka pun kembali menuju sebuah ruang praktek. Vanya dan Michel melanjutkan rancangan mereka yang masih belum selesai. "Chel, aku tidur sebentar ya, gak kuat mata ku gak bisa di ajak kompromi." Ucap Vanya yang menaruh kepalanya di atas sebuah meja. Hitungan detik gadis itu pun terlelap dan masuk ke dunia mimpinya yang begitu sempurna dimana ia telah menjadi seorang desainer terkenal dan hidup mewah. Tanpa di sadari, Vanya tertidur dengan wajah yang berseri.

"Gadis tangguh pasti kamu sangat lelah, beristirahat lah nanti aku kembali." Ucap Michel yang pergi meninggalkan Vanya sendiri.

Di sebuah lorong, Michel melihat Nic yang sedang berbincang dengan seorang gadis. Terlihat keakraban diantara keduanya yang membuat Michel selalu waspada. Ya, Nic dengan nama panjang Nicholas adalah seorang mahasiswa jurusan manajemen begitu terkenal bukan hanya ketampanannya tapi juga karena keramahannya pada semua orang terutama kalangan para gadis. Bukan hanya satu dua orang gadis yang telah di buatnya merasa nyaman tapi ada banyak gadis yang ia perlakukan dengan kelembutannya.

"Michle.." panggil Nic ketika melihat Michel melintas.

"Hm, ada apa?"

"Dimana Vanya?"

"Untuk apa kau menanyakannya? Apa mereka masih belum cukup?"

"Hey.. mereka semua teman aku, apa salahnya kita mengobrol?" Ucap Nic.

"Terserahlah, Vanya di ruang praktek lagi tidur jangan kau mengganggunya."

Nic pun bergegas pergi menuju ruangan praktek untuk menemui Vanya. Sesampainya disana, Nic masuk secara perlahan agar tidak membangunkan gadis yang tengah terlelap itu, ia duduk di samping Vanya dan memperhatikannya dengan begitu seksama. Tak lama kemudian, gadis itu pun terbangun, ia mengerjapkan matanya dan melihat samar-samar pria di sampingnya yang sedang menatapnya sedari tadi.

"Apa aku membangunkan mu?" Tanya Nic.

"Ah, kau ngapain disini?"

"Hanya ingin melihatmu tertidur."

Nic menggeser posisi duduknya, perlahan ia menyentuh rambut panjang Vanya dan mengusapnya dengan begitu lembut. "kau cantik di saat tertidur." Sebuah rangkaian kata yang Nic ucapkan membuat Vanya melayang tanpa ia sadar dengan kenyataan yang sebenarnya. Vanya yang baru mengenal Nic beberapa Minggu hanya mengetahui sisi baiknya tanpa ia tau sisi yang lainnya. Di saat keduanya sedang berbincang, Michel kembali dengan membawa sebuah minuman di tangannya.

"Minumlah." Ucap Michel menaruh minuman itu di hadapan Vanya.

"Thanks Chel." Ucap Vanya yang langsung minum.

"Aku kembali dulu, sampai bertemu nanti malam." Ucap Nic.

Setelah Nic pergi, Michel pun duduk di hadapan Vanya dan mengatakan apa yang seharusnya ia katakan mengenai Nicholas. Vanya hanya tersenyum mendengar pernyataan temannya itu. Ia tidak sepenuhnya percaya dengan apa yang di katakan Michel sebelum melihatnya sendiri secara langsung.

"Dia hanya baik ke semua orang Chel." Ucap Vanya.

"Kita lihat nanti malam, apa perlakuannya masih sama atau tidak." Sahut Michel.

"Hei.. apa yang di maksud dengan ucapan mu?"

"Nanti malam akan banyak gadis yang ikut bersama dengan Joe, perhatikan sikap Nic apa dia masih akan memperhatikan mu?" Jelas Michel.

Vanya pun beranjak dari duduknya dan pergi menuju toilet untuk mencuci mukanya. Di depan sebuah wastafel ia menatap dirinya sendiri dengan begitu seksama. "Ma, maafin aku yang telah gagal dengan semuanya." Gumam Vanya mengingat dengan kehidupannya yang semakin berantakan. Selesai mencuci mukanya, Vanya segera kembali ke ruang praktek untuk mengambil tasnya.

"Kemana Van?" Tanya Sheila teman satu jurusannya.

"Pulang, jam kerja ku sebentar lagi mulai, bilang Michel aku di minimarket." Jawab Vanya sambil melangkah keluar

Vanya berjalan menuju sebuah halte bus untuk sampai di tempat kerjanya.

***

Bersambung. . .

jangan lupa dukungannya like, komen, gift makasih

Terpopuler

Comments

Sumawita

Sumawita

Lanjut Thor

2021-09-08

1

Enima Afla Sabita

Enima Afla Sabita

vanya wanita tangguh

2021-08-22

1

Pipit Sopiah

Pipit Sopiah

aku nyimak dulu ya thor

2021-08-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!