Bab 5

Menyadari akan posisinya, Vanya sedikit menggeser dan menjaga jaraknya dengan Nic. Ia merapikan rambut dan juga bajunya.

"Apa aku membangunkan mu?" Tanya Nic.

"Ah tidak, tidur ku udah cukup, makasih buat sandarannya." Sahut Vanya.

"Kenapa kamu harus bekerja di tempat seperti itu?"

Vanya hanya mengulas senyumnya, ia kemudian mengambil sebatang rokok dan menyulutnya. "Jika aku gak bekerja, bagaimana aku bisa bertahan hidup?" Ucap Vanya di sela-sela menyesap rokok nya.

"Berhentilah, aku akan membantumu." Sahut Nic.

"Kenapa tiba-tiba? Kamu gak perlu repot untuk mengurusi kehidupan ku."

"Di tempat itu begitu banyak pria nakal, apa kamu tidak takut?"

"Tidak, karena aku memiliki seseorang yang akan melindungi ku."

"Bagaimana jika aku cemburu melihat kamu dekat dengan pria lain?"

Deg. . . Seketika ucapan Nic membuat Vanya bingung sendiri, bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu padahal diantara mereka hanyalah berstatus teman. Vanya pun membuang rokoknya dan menatap langit yang begitu cerah, ia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nic. Untuk memperjelas semuanya, Vanya pun mengulang ucapan pria di sampingnya.

"Cemburu? Kenapa kata itu harus kamu ucapkan?"

"Karena aku menyukaimu, kamu begitu cantik Vanya dan aku gak bisa melihat kamu dekat dengan pria lain."

"Sepertinya kamu masih mabuk, aku pergi dulu." Sahut Vanya yang bergegas pergi meninggalkan Nic.

Pria itu hanya tersenyum melihat punggung Vanya yang mulai menjauh darinya. Sementara di sisi lain, Michel yang sibuk bergosip dengan Joe tentang kedekatan Vanya dan juga Nic sampai ia tak menyadari kalau wanita yang di gosipkan kini telah berdiri di belakangnya. Joe pun memberikan isyarat menunjuk ke arah belakang Michel.

"Ehh putri tidur baru bangun." Ledek Michel.

"Gosip apa kalian?" Tanya Vanya duduk di sebelah temannya itu.

"Gimana dengan Nic? Aku perhatikan kayaknya kalian semakin dekat." Tanya Joe.

"Biasa aja, kita cuma teman gak ada hal lain."

"Ahh iya, menurut kalian apa itu cinta?" Sambung Vanya.

"Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal itu? Bukannya kamu pernah pacaran sebelum nya?" Tanya balik Michel.

"Lupakanlah."

"Sepertinya Nic gak cukup baik di bandingkan mantan pacar kamu, cari yang lain jangan mau berkencan dengannya hanya untuk di ajak tidur." Jelas Michel.

Vanya pun terdiam memikirkan apa yang di katakan temannya itu, semua ada benarnya perlakuan Nic terhadapnya hanya karena nafsu semata bukan berdasarkan cinta. Ia bisa merasakan semuanya disaat beberapa kali Nic ingin mendapatkan ciumannya namun selalu gagal. Tidak ingin jatuh ke lubang yang sama kini Vanya harus lebih berhati-hati dalam memilih pasangan.

**

Hari mulai sore, Vanya masih berada di dalam sebuah ruangan dengan sebuah pensil di tangannya dan buku di hadapannya. Selain menyelesaikan karya nya ia juga menggambar beberapa model pakaian lainnya. "Haahhh.. kenapa gak bisa berpikir." Gumam Vanya yang masih mencorat coret bukunya dan tanpa sadar ia melukis wajah seseorang yang tak lain adalah Nic.

"Astaga! Kenapa jadi muka dia yang muncul?" Ucap Vanya yang berbicara sendiri.

Ia merobek kertas nya dan membuang nya ke dalam tempat sampah. Kling. . . Sebuah pesan masuk di ponsel Vanya, ia segera membuka pesan tersebut yang tak lain adalah dari Michel. Gadis itu mengirimkan sebuah tautan yang berisi perlombaan mendesain sebuah pakaian musim semi. Ingin sekali rasa mengikuti perlombaan itu namun, apalah daya semua itu hanya akan menjadi mimpi yang tidak akan pernah terwujud untuknya.

Vanya segera berkemas membereskan barangnya dan bergegas menuju tempat kerjanya. Keluar dari kampusnya, tanpa ia ketahui sebuah mobil mengikutinya dari belakang, merasa ada yang aneh gadis itu menghentikan langkahnya dan sesekali menoleh ke belakang namun tidak ada yang mencurigakan sedikitpun. Sampai akhirnya sebuah bus tiba, Vanya pun bergegas masuk dan duduk di kursi paling belakang.

"Apa yang kau tunggu? Cepat ikuti dia." Ucap seorang pria dalam mobil tersebut.

"Baik tuan."

Sebuah bus pun berhenti di halte berikutnya, Vanya yang turun dari bus itu berjalan menuju mini market yang tak jauh dari halte. Seperti biasa ia memakai sebuah rompi minimarket dan membereskan beberapa barang.

"Bukannya dia bekerja di sebuah bar? Kenapa disana?" Tanya pria dari dalam mobil pada asistennya.

"Dia pekerja paruh waktu disana, setelah selesai dia pindah ke bar." Jelas asisten pribadi orang itu.

"Belikan beberapa minuman."

"Baik tuan."

Seseorang turun dari mobil dan bergegas ke seberang memasuki minimarket tempat dimana Vanya bekerja. Orang itu mengambil beberapa minuman dan segera membayar nya. Tepat di sebuah meja kasir ia memperhatikan wajah Vanya dengan begitu seksama.

"Apa ada yang aneh di wajah ku?" Tanya Vanya sambil menghitung belanjaan orang itu.

"Ah tidak, maaf kau begitu cantik sampai sulit untuk mengalihkan pandangan ku."

"Kalau boleh tau, siapa nama mu?" Sambung orang itu.

"Vanya."

"Nama yang indah."

"Hm? Apa kau berniat untuk mengencani ku?" Tanya Vanya dengan tatapan indahnya.

"Haha.. mana mungkin aku mengencani wanita secantik kamu." Sahut pria itu merendah.

"Baiklah, ini belanjaannya jangan lupa kembali lagi." Ucap Vanya mengeluarkan senyumnya.

Pria itu pun segera kembali dan masuk kedalam mobilnya, ia memberikan informasi yang di dapatnya pada pria yang duduk di kursi belakang.

"Hanya itu?" Ucap pria tersebut.

"Ya tuan."

"Jalan."

**

Tap... Seseorang menaruh kaleng minuman di meja kasir. Vanya pun mengambilnya dan hendak menghitungnya, namun tangannya di hentikan oleh orang yang ada di hadapannya. "Itu aku kasih buat kamu gratis, minumlah." Ucap orang tersebut.

"Ian.. ngapain disini?"

"Khusus untuk menemui kamu." Goda pria itu.

"Anak kecil udah pandai menggoda."

"Yak!! Aku seorang pria dewasa yang bisa meluluhkan hati seorang wanita, dan kamu contohnya."

"Haahh.. berhentilah bermimpi wahai adik kecil." Sahut Vanya tersenyum manis.

"Sudahlah, temani aku minum diluar jangan terlalu banyak bekerja kau bisa sakit."

"Ya ya ya, aku seperti mempunyai adik laki-laki yang begitu peduli." Ucap Vanya berjalan keluar minimarket.

Kedekatan Ian dan Vanya memanglah sudah seperti saudara, tidak ada kecanggungan diantara keduanya. Canda gurau selalu mereka lakukan setiap bertemu.

"Ian.. jika aku berhenti dari sini apa kamu masih menganggap ku sebagai kakak?" Ucap Vanya.

"Apa yang kau ucapkan? Siapa mengijinkan kamu pergi dari sini?"

"Aku gak bisa bekerja di dua tempat, dan aku akan memilih kerja di bar."

"Sialan! Apa gaji yang mama berikan masih kurang? Ayolah untuk apa kerja di tempat terkutuk itu? Semuanya hanya akan merusak harga diri kamu tau gak?"

"Jangan bilang kamu jadi simpanan nya para pria hidung belang?" Sambung Ian.

"Ssttt... Pelankan suara mu! Aku gak serendah itu!"

"Lalu kenapa kamu tiba-tiba ingin pergi dari sini?"

"Lupakan!"

Vanya meneguk minumannya dengan pikiran yang terus berputar untuk melanjutkan hidupnya yang begitu keras. Sekelibat ia terbayang dengan sosok kedua orangtuanya yang telah lama pergi meninggalkannya seorang diri. "andaikan malam itu aku gak mengajak mereka pergi, mungkin sekarang kalian masih hidup." Gumam Vanya dengan mata yang berkaca-kaca.

***

Bersambung. . .

Terpopuler

Comments

Iiq Rahmawaty

Iiq Rahmawaty

siapak org itu?

2021-12-23

0

Iiq Rahmawaty

Iiq Rahmawaty

ya betullll..

2021-12-23

0

krisan

krisan

next

2021-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!