Setelah Dokter menyarankan ibu Endangsi untuk di pindahkan ke RS X, hari itu juga ibu Endangsi berangkat. Dakota hanya bisa mengantar sampai Bandara. Dia pulang dengan mata yang berkaca. Dia hanya diam membisu, walau sudah dihibur oleh Yohana.
Yohana memaklumi keadaan sahabatnya itu, bagaimanapun ini pertama kalinya dia harus berpisah dengan ibunya. Malam tiba seperti angin berhembus, Dakota tidak bisa tidur, dia memikirkan ucapan kakeknya, bahwa setelah matahari terbit dia akan bertemu dengan calon suaminya.
“Hu ... hu ... ibu ... ibu aku harus bagaimana?” tangis Dakota dibalik selimutnya. Ternyata dia sudah lama menangis.
“Srekk ....” Yohana menarik selimut Dakota.
“Beb, aku tau saat ini kamu tidak mau cerita. Tapi jika ibumu tau kamu menangis, dia tidak akan semangat menjalani pengobatannya. Menangislah sekencang-kencangnya, kenapa harus dibalik selimut” ucap Yohana memeluk tubuh Dakota.
“Aanggghh ... hiks ... Ibu ... hiks ... hiks ....” Tangis Dakota pecah dipelukan Yohana.
“Menangislah, tidak ada yang melarangmu menangis” ucap Yohana mengelus punggung sahabatnya itu.
“Huhu ... uu ... hiks ... aku ... aku akan segera menikah” ucap Dakota sambil cegukan.
“Ya, menikahlah” Yohana tetap mengelus punggung sahabatnya itu.
“Apa? Menikah?” Yohana sontak terkejut.
“Iya ... huuu ... huhu ... aku akan menikah perintah kakek misterius” jelas Dakota masih dipelukan Yohana.Yohana melepas pelukannya untuk memastikan bahwa sahabatnya itu tidak bercanda.
“Ceritalah, aku akan mendengarkan” ucap Yohana memandangi wajah Dakota lalu menyeka air mata sahabatnya dengan kedua telapak tangannya.
Dakota menceritakan bahwa dia akan menikah sesuai dengan permintaan kakek misterius. Pilihan membawa ibunya berobat ke Singapore adalah menikah dengan orang yang belum dikenalnya dan dia menceritakan bahwa ibunya juga setuju dengan keputusan kakek misterius tersebut. Yohana hanya bisa mendukung keputusan Dakota. Malam itu menjadi malam yang panjang bagi mereka.
# Sementara itu, dikediaman Reinhard.
Ibu Lena sudah mengirimkan pesan bahwa mereka akan mengadakan pertemuan dengan calon istrinya. Fano menganggap bahwa mamanya hanya bercanda, seperti biasanya menjodohkannya pada orang yang bahkan tidak dikenal. Karena usianya yang sudah tidak muda lagi, mamanya sangat kerap mengirimkan perempuan tidak dikenalnya untuk mengganggunya. Permintaan mamanya kali ini pun tidak di anggapnya serius.
"Presdir mobil sudah disiapkan" ucap Naon.
“Tunggulah 15 menit lagi” perintah Fano.
“Baik Presdir” Naon melangkah meninggalkan Fano.
Ibu Lena yang melihat Naon datang kerumah padahal hari ini weekend membuatnya khawatir bahwa anaknya tidak menggubris permintaannya.
“Naon” panggil ibu Lena.
“Iya Nyonya Besar” jawab Naon menghadap ibu Lena.
“Presdirmu mau kemana hari ini?”
“Maaf Nyonya, Presdir tidak ada jadwal hari ini, Presdir hanya memerintahkan menyiapkan mobil, mungkin dia mau ke Gym” jelas Naon.
“Apakah kamu tidak diberi tahu bahwa Presdir akan menemui calon istrinya sore ini?” tanya ibu Lena.
“Sepertinya tidak Nyonya.”
“Bekerja samalah denganku untuk kali ini saja, kau bisa pergi tinggalkan kami, kalau dia mencarimu aku yang akan tanggung jawab” ucap ibu Lena tegas.
“Tapi Nyonya, saya siap perintah Presdir” sahut Naon ragu-ragu.
“Sudah aku katakan, kali ini saja, ini masalah serius. Tolong menghilang sehari ini. Aku akan tanggung jawab” tegas ibu Lena.
“Baik Nyonya ... saya undur diri” ucap Naon.
Akhirnya Naon menghilang, tidak muncul batang hitungnya sesuai perintah ibu Lena.
“Kemana si Naon bodoh ini? Nampaknya anak ini mau cari mati” pekik Fano dalam hati.
“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi” bunyi dari handphone Fano, terlihat nama kontak yang dihubungi Naon Bodoh.
“Fano, kamu mau kemana nak?” tanya ibu Lena menghampiri.
“Seperti biasa ma, kalau weekend begini aku mau olah raga” ucap Fano memerhatikan jam tangannya.
“Fano, kamu jangan lupa permintaan mama kemarin. Naon juga menyampaikannya padamukan?” ucap ibu Lena memastikan.
“Mah, kenapa bahas perjodohan lagi. Mama nggak capek? Berapa banyak perempuan yang sudah mama bayar?” tanya Fano.
“Fano, kali ini mama serius. Calon istrimu akan bertemu denganmu sore ini di Hotel A. Tolong ... jangan buat mama malu nak” pinta ibu Lena serius.
“Ma, mau kali ini atau besok yang mama bahas hanya perjodohan saja” ketus Fano.
“Kalau kamu tidak datang, mama akan bunuh diri mama sendiri” ucap ibu Lena tegas.
“Apa?” ucap Fano tak percaya, kali ini ibunya terlihat serius.
“Apa yang sudah mama sampaikan, itu yang akan terjadi. Tolong ... jangan buat mama bunuh diri” ucap ibu Lena pergi menjauh.
Mendengar ucapan ibunya. Fano yakin kalau kali ini serius. Ibu Lena tidak pernah mengungkapkan kata-kata mengancam, karena dia adalah ibu yang memberikan kebebasan pada putranya. Jika putranya menolak ibu Lena akan setuju, tapi kalau sudah megancam, Fano hanya ingat ancaman ini terjadi ketika dia diangkat menjadi Presdir dari Reinhard Group. Ingatannya masih melekat sampai sekarang.
“Anak malang, kamu hanya akan jadi bonekaku saja. Sudah seharusnya kau membalas kebaikanku” ucap Purnomo Reinhard yang tentunya papa dari Celofano Reinhard.
“Pa, aku masih muda, usiaku baru 18 tahun” ucap Fano berlutut.
“Kau sudah dibesarkan tapi tidak tau terima kasih, apa perlu aku menampari wajah ibumu agar kau sadar. Sadar kau dibesarkan untuk jadi apa” tegas Pak Purnomo.
“Tapi ... hiks ....” Air mata Fano mulai menetes.
"Aku sudah bilang jangan pernah menangis dihadapanku. Aku sudah berbaik hati megangkatmu jadi Presdir, kau pikirkanlah baik-baik” tegas Pak Purnomo mengingatkan Fano dan ibu Lena yang sedang berlutut.
“Fano, tolong menurut lah nak. Tolong bantu ibumu ini, kau dilahirkan kedunia ini untuk menjadi pemimpin Reinhard Group, tolong Fano jangan buat ibumu ini bunuh diri nak” pinta ibu Lena pada Fano dengan air matanya yang mengalir. Namun Fano menghiraukan perkataan mamanya dia pergi menghilang untuk menenangkan diri. Kabar burukpun terjadi “Halo, Tuan Muda, Nyonya Besar berada di RS, saat ini anda harus ke RS” ucap Naon. Fano melihat berita kabar hari ini dimedia sosial, Lena Laskara istri dari Pemimpin Reinhard Group masuk RS karena keracunan makanan. Ternyata ancaman ibu Lena benar-benar terjadi.
Sejak saat itu Fano belum pernah mendengar ancaman dari ibunya. Tapi kali ini benar-benar membuatnya mengepalkan tangan.
“Gadis mana yang berani membuat ibuku sampai ingin bunuh diri” batin Fano.
#Hotel A
Pertemuan yang diperintahkan oleh kakek misteriusnya di Hotel A membuat Dakota gugup, dia akan bertemu dengan calon suaminya yang sama sekali belum dia kenal. Kakek misterius dan Ibu Lena ternyata sudah lebih dulu tiba di Hotel A.
Dakota hanya berpenampilan seadanya saja bahkan penampilan masih sama culun dengan rambutnya di klabang gulung, tidak lupa dengan kaca mata tebal. Walau begitu gaun yang dipakainya memperlihatkan bentuk lekukan tubuhnya yang berisi.
“Kakek...” ucap Dakota terkejut menghampiri meja tempat duduk kakek misteriusnya. Dakota heran melihat penampilan kakeknya yang tidak memakai topi bahkan kaca mata, hanya serba hitam dan memperlihatkan rambutnya yang sudah mulai memutih.
“Duduklah cucuku” perintah kakek misterius mempersilahkan Dakota duduk di kursi kosong dekat dengannya. Sementara itu ibu Lena sontak terkejut melihat kedatangan Dakota.
“Ya ampun kenapa mirip sekali dengan almarhumah ibu Milen Admidjaya, Hampir semua bentuk milik ibu Milen waktu muda ada pada anak ini? Apa mungkin anak ini cucu Pak Admdjaya dari anak perempuannya? Tapi Pak Admidjaya hanya memiliki seorang putra yaitu almarhum Elcid Admidjaya? Hmm ... sepertinya Dakota ini memang cucunya Pak Admidjaya” gumam ibu Lena.
“Ibu Lena, perkenalkan ini cucu saya?” ucap kakek misterius membuyarkan lamuman ibu Lena.
“Oh ... ya, saya Lena Laskara” ucap ibu Lena berdiri dengan senyumnya yang menawan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Dakota.
“Nama saya Dakota Kaif tante” balas Dakota menjabat tangan ibu Lena.
“Panggil saja saya mama, saya juga nantinya menjadi ibu mertuamu” Ibu Lena tersenyum lega, ternyata calon menantunya cantik, walau terlihat culun. Ibu Lena bisa membaca raut wajah polos Dakota menandakan bahwa Dakota gadis yang baik. Namun Dakota hanya terdiam.
“Ya, sudah seharusnya dia memanggil anda dengan sebutan mama, bukan begitu Dakota?” sahut kakek misterius.
“Iya kek” jawab Dakota sedih.
“Pak Admidjaya bisa aja. Nantinya juga dia perlahan-lahan akan memanggil saya dengan sebutan mama. Mereka masih belum menikah juga” ucap ibu Lena.
“Iya Tan ... eh mama” ucap Dakota gugup..
Mendengar panggilan ibu Lena pada kakeknya masih terngiang di telinganya.
Ternyata kakek misterius selama ini yang tidak diketahui namanya oleh Dakota adalah Admidjaya. Dia mengingat kata Admidjaya menuju Admidjaya Group perusahaan properti terbesar di Indonesia.
“Admidjaya ... hmm ... jadi kakek misterius bernama Admidjaya. Apa dia orang yang sama dengan pendiri Admidjaya Group? Atau hanya namanya yang sama saja” batin Dakota.
“Kenapa Putramu belum tib ....” ucap kakek misterius terputus oleh ibu Lena.
“Fano, kamu kenapa lama sekali?” ucap ibu Lena yang berdiri menunggu putranya datang menghampiri meja mereka.
“Pak Admidjaya ... Apa kabar Pak” ucap Fano memeluk tubuh kakek misterius.
“Hehhe ... he ... kau masih berbakti pada yang lebih tua rupanya” balas kakek misterius melepas pelukan Fano.
“Fano ini Dakota Kaif, calon istrimu” ucap ibu Lena. Fano belum jelas mendengar nama Dakota.
“Apa ... calon istri, berarti dia adalah calon suamiku. Tidak ... tidak mungkin. Diakan Presdir di perusahaanku. Hah ....” batin Dakota menyembunyikan wajahnya.
“Fano?” Ucap Fano baik-baik mengulurkan tangannya.
“Dakota” Dakota mengangkat wajahnya menjabat tangan Fano.
“Kamu ... kenapa kamu?” Teriak Fano terkejut. Ketika melihat Fano terkejut, ibu Lena dan kakek misterius juga ikut heran.
“Tukedi?” ucapan ini keluar sendiri dari mulut Dakota. Semenjak keluar dari ruangan Presdir, Dakota sudah memanggil Fano dengan sebutan tukedi.
“Kenapa harus gadis jelek ini yang jadi calon istriku? Bahkan dia masih memanggilku tukedi” batin Fano kesal.
“Kenapa Fano? dia adalah calon istrimu, dia cucu dari Pak Admidjaya” jelas ibu Lena.
“Sepertinya kalian sudah saling kenal” ucap kakek misterius.
“Hah ....” Fano dan Dakota kompak mendesah menutup wajah masing-masing dengan kedua telapak tangan mereka.
Melihat tingkah mereka, dengan mantap Ibu Lena dan kakek misterius melanjutkan rencana mereka.
“Karena kalian sudah saling kenal, alangkah baiknya kita langsung diskusikan saja hari pernikahan kalian” ucap ibu Lena.
Hasil diskusi yang didapatkan mereka akan menikah seminggu lagi. Fano dan Dakota menolak, karena itu terlalu mendadak dan cepat. Karena ibu Lena yang menekan Fano membuat Fano menyerah, apa lagi Fano sangat menghormati Pak Admidjaya. Bagi Fano Admidjaya Group menjadi sahabat dari perusahaannya akan lebih baik menjalin kerjasama dari pada jadi musuh, yang ada akan merebut persaingan pasar. Fano hanya ingin hubungannya dengan Admidjaya Group tetap terjalin dengan baik. Hal ini jugalah yang membuatnya menyetujui pernikahan ini walaupun Dakota belum jelas asal-usulnya.
BERSAMBUNG.........
Hai Para Reader yang setia.😊
Mohon like dan Komentarnya untuk membangkitkan semangat dari penulis.
Semoga novel pertama saya menghibur reader semua. Terima kasih sudah mampir.🙏🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
fantasiku49
bgus
2023-08-25
0
fantasiku49
bagus bangett, mangatt
2023-08-25
0
Sulisayaheaisyah Sulis
waahh seru nih,,
2023-03-03
0