Selesai melatih di Sanggar, Dakota langsung pulang menuju kediaman Reinhard.
“Nyonya Muda sudah Pulang” ucap Naon menyambut Dakota memasuki rumah mewah itu.
“Iya Manajer Naon” ucap Dakota. Dakota terlihat malas merespon lawannya bicara, karena melatih menari itu mengeluarkan keringat yang banyak. Badannya juga sudah pegal-pegal efek melatih hanya akhir pekan tidak seperti dulu melatih empat kali dalam seminggu bahkan setiap hari.
“Nyonya Muda” ucap Naon ragu-ragu mengikuti langkah Dakota.
“Kenapa Manajer Naon?” tanya Dakota.
“Mohon maaf Nyonya, sepertinya Presdir tidak mood hari ini” bisik Naon pelan.
“Ya” ucap Dakota melambaikan tangan melangkah menuju kamarnya. Dakota tidak mendengarkan sepenuhnya perkataan Naon. Dia hanya ingin cepat-cepat mandi dan istirahat.
“Baiklah Nyonya Muda” ucap Naon ditinggal oleh Dakota.
“Semoga tidak terjadi perang kedua nanti” batin Naon.
Dakota membuka pintu kamarnya.
“Sepertinya, dia bakalan pulang larut lagi. Ah, aku mikir apa sih, aku jadi ingat kata-kata Yohana tadi” batin Dakota.
Dakota langsung mengambil pakaian ganti, dia masuk kamar mandi. Selesai dia mandi, dia langsung berbaring dikasur. Dia terkejut, ternyata suaminya sudah masuk kekamar. Tidak ada sedikitpun suaminya itu membuka suara. Suaminya melangkah menuju kamar mandi. Dakota juga sudah lelah, dia mencoba memejamkan matanya.
“Ting Nong ....” bunyi bel kamar mereka. Dakota melangkah menuju pintu kamar.
Dakota melihat dari dalam kamar siapa yang memencet bel pintu itu. Ternyata Naon dan pelayan Siti yang sudah memegang makan malam komplit.
“Ada apa ini?” tanya Dakota dia sudah membuka pintu.
“Mohon maaf Nyonya, Presdir belum makan apapun hari ini?” ucap Naon gelisah.
“Kenapa bisa Presdir belum makan?” ucap Dakota mengambil makanan yang sudah dibawa oleh Siti. Naon dan Siti hanya terdiam.
“Baiklah, akan aku sampaikan pada Presdir nanti” ucap Dakota.
“Baiklah Nyonya, kami undur diri” ucap Naon pergi menjauh.
“Hem ... kenapa dia bisa tidak makan apapun” batin Dakota.
Dakota memutuskan untuk membujuk suaminya itu makan. Dia menunggu suaminya selesai mandi. Akhirnya suaminya keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Dakota langsung menutup mata saat Fano melangkah menuju lemari pakaian.
“Kau sudah menjadi istriku, akan terbiasa juga melihat begini” ucap Fano dingin.
“Terbiasa katamu, kita baru menikah. Harusnya kamu maklum, kita tidak sedekat yang kamu pikirkan” ucap Dakota.
“Ya, Nona kita memang tidak dekat. Tapi kau tentunya sangat dekat dengan pria yang kau kencani hari ini” ucap Fano memakai pakaiannya.
“Apa maksudmu?” ucap Dakota masih menutup matanya.
“Haduh, kau tidak usah munafik Nona, masih saja menyembunyikan Bebebmu itu?” ucap Fano mendekat. Dakota membuka matanya.
“Bebeb? Aku nggak punya Bebeb” sahut Dakota mengalihkan pandangannya pada makanan yang dibawa Siti tadi.
“Hah” Fano hanya mendesah mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
“Sepertinya kamu belum makan sehari ini? Siti sudah membawa makan malammu” tunjuk Dakota pada makanan yang sudah tersedia dimeja.
“Prang ....” Makanan komplit itu terjatuh kelantai.
“Karena siapa aku tidak nafsu makan” batin Fano.
Dakota terkejut melihat suaminya yang seperti bukan dirinya.
“Ada apa denganmu, kenapa kamu seperti ini?” ucap Dakota berdiri.
“Aku begini karena kau?” ucap Fano memegang dagu Dakota dengan keras.
“Ah, sakit tau” ucap Dakota memegang tangan Fano yang keras.
“Emh ....” Fano meluma* bibir Dakota dengan paksa. Tangannya yang satu sudah memegang kedua tangan Dakota.
“Kenapa pria ini brutal sekali” batin Dakota.
Ciuman itu semakin dalam, Dakota sudah berusaha untuk membrontak, tapi tenaganya kalah dengan tenaga Fano. Dia berusaha menendang Fano tapi Fano sudah mengunci badan istrinya itu kesudut dinding. Dakota benar-benar tidak bisa melawan.
Fano memperdalam ciumannya, dia memaksa lidahnya untuk masuk kedalam mulut istrinya. Air liurnya sudah masuk kedalam mulut Dakota membuat Dakota terbatuk. Namun Fano tetap melancarkan serangannya. Setelah ciuman itu mendalam, bibirnya sudah beralih keleher Dakota. Leher lembut milik istrinya itu sudah Fano luma*, membuat Dakota merasa geli.
“Tolong, jangan” ucap Dakota melawan.
Fano tidak mendengarkan perkataan istrinya, dia malah terhanyut menciumi leher istrinya itu hingga meninggalkan bekas, bahkan tangannya sudah meremas gunung kembar Dakota.
“Plak ....” tamparan keras mendarat dipipi Fano. Serangan yang dilakukan Fano berhenti.
“Kau, segitunya tidak mau melayani suamimu” ucap Fano menatap istrinya.
“Kamu hanya memperkosaku, tidak meminta ijin dariku.” Mata Dakota mulai berkaca-kaca.
“Hah, bagaimana denganmu, apa kau meminta ijin dariku untuk menemui pria lain tadi siang, kalian berdua-duaan” jelas Fano menatap istrinya.
“Apa maksudmu, aku memang bersama Haris hari ini. Tapi kami tidak berdua, ada juga sahabatku Yohana” ucap Dakota menutup dadanya, karena pakaiannya sudah melonggar.
“Kamu jangan bohong, kita sudah buat perjanjian, tapi kau malah melanggar. Apa mungkin Haris itu bebeb mu?” tanya Fano ingin tau siapa sebenarnya bebeb yang menelvon istrinya.
“Bebeb, Haris itu cucu kakek, bagaimana bisa dia menjadi bebebku, aku juga baru bertemu hari ini dennggannya. Bagaimana bisa kamu mengambil kesimpulan begitu” jelas Dakota.
“Kenapa pria ini selalu tanya bebeb, apa mungkin?” batin Dakota.
“Mengambil kesimpulan katamu, tadi siang aku melihat kau di Restoran X, berduaan dengannya” ucap Fano memandang sinis pada istrinya.
“Aku tidak berduaan dengannya, ada Yohana sahabatku juga ikut, kalau kamu tidak percaya, aku akan menghubunginya” Dakota langsung mengambil handphonenya, dia menghubungi Yohana. Dakota menloudspeaker panggilannya agar didengar oleh Fano.
“Halo beb” jawab dari seberang.
“Beb” Dakota malah nangis, dia memberikan handphonenya pada Fano yang masih tersambung dengan sahabatnya Yohana. Dakota keluar dari kamar dengan air mata masih bercucuran.
“Halo beb, kamu kenapa?” sahut Yohana dari seberang. Fano melihat nama kontak panggilan handphone istrinya bertuliskan Bebeb. Fano terkejut, dia menjawab panggilan itu.
“Halo, apa ini Yohana” ucap Fano memastikan.
“Oh, halo apa ini suami beb Dakota?” tanya Yohana mendengar suara pria.
“Ya, maaf sudah menelvon selarut ini, besok saja lanjut bicara dengan istriku” ucap Fano.
“Apa Dakota baik-baik saja?” tanya Yohana, merasa bahwa sahabatnya itu ada masalah.
“Kamu tidak perlu khawatir, dia baik-baik saja” ucap Fano.
“Oh, baiklah” ucap Yohana. Panggilan ditutup.
“Sial, jadi selama ini Bebeb itu sahabatnya” batin Fano.
Fano keluar dari kamar menuju ruang tamu, dia menemui Naon.
“Ada apa Presdir?” tanya Naon.
“Tolong, perintahkan Siti untuk membersihkan kamar” ucap Fano terlihat bodoh.
“Baik Presdir, apa ada perintah lain” ucap Naon ragu.
“Ada, malam ini cari rekaman cctv saat istriku di Restoran X, segera” tegas Fano.
“Baik Presdir” ucap Naon melaksanakan tugas dari Presdirnya.
“Sepertinya Presdir sudah salah paham dengan Nyonya Muda” batin Naon.
Tidak berapa lama kemudian, Naon menyerahkan hasil rekaman cctv saat Dakota mengunjungi Restoran X.
“Mohon maaf Presdir, apa perlu Presdir melihat hasil rekaman ini” ucap Naon memberikan handphonennya.
“Memangnya kenapa?” tanya Fano.
“Nyonya Muda pergi dengan Presdir Haris dan teman wanita Nyonya Muda. Mereka hanya makan dan berbincang saja Presdir” ucap Naon sudah melihat hasil rekaman.
“Hem ...." ucap Fano menghidupkan api rokoknya. Fano melihat hasil rekaman cctv, ternyata benar sesuai dengan yang dikatakan oleh istrinya.
“Jadi dia berkata jujur, kenapa aku semudah ini salah paham padanya” batin Fano.
“Presdir, bukankah Presdir sudah berhenti merokok” ucap Naon gelisah melihat tingkah Presdirnya. Fano hanya terdiam, tidak merespon Naon.
“Kalau Presdir sudah merokok, itu pasti karena masalah perusahaan akhir-akhir ini” batin Naon.
“Saat ini dimana istriku?” tanya Fano masih menghisap rokonya.
“Saat ini Nyonya Muda berada dikamar tamu belakang, Presdir” ucap Naon.
“Perintahkan Siti untuk tetap berjaga dan tolong bawakan makanku kesini” ucap Fano.
“Baik Presdir, saya undur diri” ucap Naon melaksanakan perintah.
#Sementara itu Dakota di kamar tamu belakang
“Hiks ... hiks ....” Air mata Dakota masih mengalir dibalik selimut.
“Kenapa dia marah padaku, aku tidak melakukan kesalahan sedikit pun. Aku sudah mengatakan yang sejujurnya, Fano brengsek” batin Dakota.
Dakota menangis dibalik selimutnya. Suara Tangis Dakota memang pelan, tapi masih bisa didengar oleh Siti yang sudah berjaga diluar kamar.
BERSAMBUNG.........
Hai Para Reader yang setia.😊
Mohon like dan Komentarnya untuk membangkitkan semangat dari penulis.
Semoga novel pertama saya menghibur reader semua. Terima kasih sudah mampir.🙏🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Pina Okta
keren kak lanjutkan
2020-09-21
5
Pina Okta
keren kak
2020-09-21
3
Qeyla Aulia abug,,paputungan
visualnya donggggggg
2020-08-26
4