Wanita Presdir
Senyumnya yang hangat dibalik bibir tipis seksi yang merah merona dengan hidung yang mancung dibalut rambut hitam panjang bergelombang dan kulit sawo matang eksotis. Bodinya jangan ditanya lagi dengan tinggi badan 167cm disertai berat badan yang proporsional dialah Dakota Kaif. Dakota Kaif adalah pemberian nama dari ibunya Endangsi Kaif. Dari namanya saja sudah kita ketahui bahwa ibu Endangsi Kaif keturunan India-Minang, sehingga kecantikan Dakota Kaif menurun dari ibunya.
Mereka tinggal di Kota Malang dengan rumah yang sederhana, namun bagi orang kaya pada umumnya akan mengira rumah itu tidak layak huni. Namun karena keadaan ekonomi Dakota sejak dibangku SMP ibunya sudah jatuh sakit leukimia. Hal itu membuat Dakota menjadi tulang punggung keluarga dan rumah yang sederhana itupun mereka masih mengontrak.
Sejak lahir hingga sekarang Dakota belum pernah bertemu dengan ayahnya. Setiap bertanya tentang ayahnya atau menyinggung satu kata saja tentang ayahnya, ibu Endangsi akan dengan tegas mengatakan tidak ada jawaban mengenai ayahnya. Dakota selalu ingin tahu siapa sebenarnya ayahnya. Hanya ada satu foto sebagai petunjuk yaitu gambar ibunya sewaktu muda sebagai penari sanggar disampingnya berdiri lelaki yang memeluk lengan ibunya. Namun wajah lelaki itu tidak terlihat jelas, sudah buram. Tapi dibalik foto tersebut ada tulisan Endangsi Kaif and Mr.Ela. Hanya mengandalkan foto itu dia akan tetap berusaha mencari tahu siapa ayahnya tanpa sepengatuhuan ibunya.
Saat ini diusianya yang sudah menginjak 20 tahun ia sudah menyelesaikan Skripsi Strata Satu (S1) Interior Design di Kampus Z. Dakota kekampus hanya mengurus surat dan jadwal wisuda saja. Dakota orang yang ramah dan mudah bergaul dengan teman-temannya. Namun di kampus Z Dakota hanya berteman dengan beberapa orang saja. Hal tersebut terjadi karena insiden saat Dakota masih duduk dibangku SMA.
#Kembali insiden saat SMA
Matahari sudah mulai menantang dengan gagahnya disertai dengan kicauan burung yang indah. Dibalik seragam sekolah putih abu-abu, dengan rambut hitam panjang bergelombang, bibirnya yang tipis tanpa dipolespun sudah terlihat merah merona. Dakota menghadang tasnya untuk berangkat kesekolah. Saat ini dia sudah memasuki semester awal kelas XI di SMA Z.
“Ibu, Dakota berangkat ya bu.” pinta Dakota kepada ibu Endangsi.
“Hati hati ya nak, yang rajin belajarnya. Sepulang sekolah langsung pulang saja.”
“Uhuk ... uhuk ....” batuk ibu Endangsi yang tidak bisa ditahan tetap keluar.
“Ibu ... ibu tidak usah banyak gerak ya” Dakota membaringkan tubuh ibunya di tempat tidur kembali. “Aku akan pulang setelah selesai kerja sambilan, aku pamit ya” mendaratkan ciuman dikening ibunya yang sudah mengerut ditelan usia.
#Di Sekolah
“Woi” teriak seorang gadis. Kemudian dia melambaikan tangan.
“Selalu ya ... aku yang lebih dulu sampai, nungguin kamu aja” celoteh gadis manis itu. Dakota menoleh tapi menghiraukannya. Ia yakin wanita tersebut pasti Yohana.
“Euw ... kok aku dihiraukan sih ....” ketus Yohana sambil mencubit lengan Dakota yang sudah sampai digerbang sekolah.
“Ah ... Sakit Yo” dengan mata yang tajam. “Kebiasaan ya, pagi-pagi udah main cubit, entar siang rambutku pasti habis nih ... karena ulah tangan mu” balas Dakota menggoyangkan tangan Yohana.
“Yey ... au ah, aku dicuekin sih” wajah Yohana mulai cemberut. “Yuk kita masuk” sahut Dakota tersenyum ceria untuk menenangkan hati sahabatnya itu dan langsung memeluk lengan Yohana.
Tidak jauh mereka berjalan tiba-tiba saja ada seorang lelaki tampan yang sudah memandangi tingkah laku mereka.
“Dakota ....” Terdengar suara dari kejauhan. “Aku mau ngomong sama kamu” suara itu semakin mendekat.
Langkah merekapun berhenti dan menoleh pada pria tampan yang menghampiri mereka. Dakota tidak kenal sama sekali dengan lelaki itu.
“Bang Janter, bukannya dia senior yang paling ganteng di SMA Z ini? Ngapain dia manggil Dakota” batin Yohana.
“Siapa dia Yo.” bisik Dakota pada Yohana.
“Kamu kok gak tau sih, dia itu bang Janter, senior kita anak XII IPA dia dijuluki lelaki tertampan di sekolah kita. Udah mu samperin gih, aku duluan ya.”
“Ehhhh ... main tinggal aj ...” Belum sempat lanjutin Yohana sudah lari menuju kelas.
“Dakota, bisa kamu luangkan waktu 15 menit aja” pinta lelaki itu melirik jam tangannya.
“Eh, anu senior umm ...” Dakota yang gagap menjawab (sebenarnya dia bukan gagap hanya saja terkejut dia barusan diajak bicara dengan lelaki tertampan di sekolahnya apalagi dikerumunin teman-teman yang juga baru sampai kesekolah).
“Bukannya itu bang Janter ... senior terganteng” tunjuk seorang fans fanatik. Bisik yang satu.
“Uh ... kok senior itu ngomong sama cewek kampung itu sih” yang satunya nyahut lagi.
“Itu Dakota anak XI IPA yang parasnya juga cantik ... wajar dong” sahut yang lain.
Mendengar desah-desuh dari kerumunan orang disekitar membuat Dakota tidak nyaman.
“Kita kayaknya nggak usah ngomong disini” lelaki itu sadar juga, untuk mencari suasana yang hening lelaki itu langsung menggenggam jari tangan Dakota yang halus, lalu mereka melangkah berlari.
“Aduh ... kok main embat tanganku sih... baru juga kenal dan aku pasrah, mana tangannya halus lagi. Kok jantungku rasanya mau meledak ya” batin Dakota
diiringi wajahnya yang mulai merah
Tiba diujung taman dekat toilet perempuan. “Ehem ... uhuk ... uhuk.” Batuk Dakota yang dibuat-buat langsung menarik tangannya.
“Kayaknya udah nggak ada orang lagi” sahut Janter melirik kesekitar taman.
“Emm, sebenarnya senior mau ngomong apa?” tanya Dakota langsung pada intinya.
“Kita belum kenalan, namaku Janter Sucipto” Janter langsung mengulurkan tangannya.
“Ah ya senior ... saya Dakota Kaif” menjabat tangan Janter. Dengan lama Janter memandang wajah Dakota yang sudah segar tanpa dipoles apapun apalagi bibirnya yang merah merona.
“Dia memang sudah cantik dari lahir, Sial padahal sudah sejak dulu waktu ospek siswa baru aku sudah jatuh cinta padanya, sering mengerjai dia, tapi baru ini aku sedekat gadis cantik ini. Selama ini hanya dari kejauhan memandanginya. Ternyata kalau dari dekat, dia semakin cantik saja, apalagi atasannya yang semakin berisi. Glek ... aku mikir apa sih. Padahal banyak perempuan cantik diluar sana kenapa hanya dia yang membuat jantungku panas” batin Janter.
“Senior ....” Arah mata Dakota menuju tangannya yang belum juga dilepas.
“Eh ... ya.” Janter langsung melepaskan tangannya.
“Aku panggil kamu dik Dakota aja, jangan panggil aku senior, panggil aja bang Janter.” Wajah Janter yang sudah mulai memerah.
“Baiklah senio ... eh bang Janter.” jawab Dakota yang gugup juga.
“Ya Tuhan kenapa dia sangat tampan, sesempurna inikah ciptaanMu” batin Dakota memandang wajah Janter.
“Aku boleh tau nomor handphone mu” pinta Janter memberikan handphonenya pada Dakota. Dakotapun memberikan nomor handphonenya pada Janter.
“Berati kita boleh berteman ya. Nanti kalau aku hubungi dik Dakota harus angkat ya” pinta Janter sambil tersenyum.
“Iya bang” jawab Dakota malu-malu.
“Kayaknya kita harus masuk kelas, udah bunyi bel, sampai jumpa besok” Janter melambaikan tangan pada Dakota.
“Oke bang” sahut Dakota meningalkan taman juga.
“Wah ... wah ... gadis kampung mulai merayu targetmu Ir” bisik Sena pada Irma yang baru saja keluar dari toilet.
“Dia Junior satu tingkat dibawah kita, tapi udah berhasil rebut Janter sang idola SMA Z” timpal Mia memanasi hati Irma.
“Aku saja yang sudah dari awal masuk sekolah ini hingga kini belum juga bisa menaklukkan Janter, tapi gadis kampungan itu.” Cibir Irma dengan wajah yang ketus.
“Dia belum tau seorang Irma Sugiono” balas Sena.
“Guys aku punya ide.” Bisik Mia pada Irma.
“Yah, itu ide bagus, seperti yang sebelumnya, jika ada yang mendekat langsung habisi” perintah Irma.
“Oke guys, kelas udah mulai yuk masuk” sahut Sena.
###
Sepulang sekolah Dakota langsung kerja sambilan di Sanggar Elaya yang dekat dengan lokasi sekolahnya. Dakota sudah memiliki kemampuan menari yang turun dari ibunya Endangsi. Sejak memasuki bangku SMP dia sudah jadi penari dan bisa menari mancanegara, hingga sekarang sudah diangkat menjadi pelatih adik-adik juniornya. Dengan gaji yang lumayan, apalagi kalau ada even mancanegara pasti menambah penghasilan.
Jika ibunya mengetahui hal ini, pastilah ibu Endangsi sangat kecewa. Ibu Endangsi dengan tegas selalu mengatakan jangan jadi penari karena resikonya berat. Tapi Dakota selalu berbohong bahwa dia bekerja sambilan sebagai OG di mini market dekat sekolahnya. Hanya karena petunjuk dari foto tersebut dia memilih menjadi penari dan masuk ke Sanggar Elaya berharap bertemu dengan Mr. Ela.
“Jika saja ibu tau aku kerja di Sanggar Elaya ini, pasti ibu sangat sangat kecewa, mengingat beliau selalu mengatakan jauhi Sanggar Elaya. Kenapa ya ibu sampai berkata begitu” batin Dakota.
“Kak Dakota” sahut Yuna memeluk Dakota membuyarkan lamunannya. Disambut penari-penari junior lainnya.
“Hai semua, maaf ya, kalian lebih dulu menunggu kakak” balas Dakota memeluk mereka.
“Kak, sebentar lagi kita ada even mancanegara, tapi yang ikut para senior kak” kata Lina junior Dakota.
“Wah, kalian juga sudah tidak sabar ya, tapi kalian harus mengasah kemampuan. Karena kalian masih tahap dasar.” Timpal Yohana yang juga baru sampai ke Sanggar.
“Eh, beb Yohana udah sampai.” Dakota meletakkan tasnya.
“Yang dikatakan kak Yohana benar, kalian harus berusaha ya. Semangat buat kita, kalian pemanasan dulu ya” perintah Dakota.
“Baik kak” jawab mereka serentak.
“Kamu ya ... lagi-lagi ninggalin aku. Dibandingkan mereka, aku lebih dulu kenal kamu coba” tunjuk Yohana sambil mengganti pakaiannya.
“Ah, Yo mulai lagi deh, tadi perasaan yang nyuruh pergi duluan siapa coba, lagian mengharapkan lelaki pujaan yang belum tau sekolahnya dimana” ketus Dakota.
“Iya, aku tau. Aku cuma nungguin orang yang gak pasti. Tapi wajahnya mirip banget sama kamu Dakota mulai dari hidung, warna kulit kalian, ah ... seandainya kamu cowok pasti mirip sama dia, aku pastinya pacaran samamu beb” sahut Yohana memandangi wajah Dakota sambil mengelus pipinya.
“Yo jangan sampai kita jeruk makan jeruk, huh ... nama lelaki itu aja kamu gak tau, gimana kamu mau dekatin dia” timpal Dakota melepaskan tangan Yohana.
“Biasanya seminggu sekali dihari ini sepulang sekolah dia nongol di Pertamina sekolah kita beb, dia dipanggil Admidjaya muda. Tapi hari ini aku gak ketemu dia, hu hu ...” jawab Yohana dengan cemberut sendiri.
“Admidjaya, hemm ...” sahut Dakota ragu-ragu.
“Baru dengar namanya beb, udah ah nanti aja kita bahas. Kita harus melatih biar cepat pulang” pinta Dakota.
BERSAMBUNG.............
Hai Reader yang setia. 😊
Terimakasih sudah mampir. Mohon beri like dan komentarnya ya. Untuk membangkitkan semangat penulis. Semoga Terhibur.🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Onti Titi
namanya 😂
2023-03-11
0
Sulisayaheaisyah Sulis
lihat covernya jadi pengen mampir deh
2023-03-01
0
akukaya
gak peka ini anak... jika seorang ibu ngelarang pasti punya sebab..
2022-07-07
0