Sesuai kesepakatan dengan kakeknya Pak Admidjaya, bahwa saat kembarannya Dakota sudah menikah, maka Haris sudah bisa bertemu dengan Dakota, walau hanya menjadi orang lain. Haris langsung mengunjungi Sanggar Elaya, dia yakin Dakota ada disana, karena dia tau kembarannya itu adalah orang yang gigih dalam bekerja, pastinya jadwalnya juga sudah terencana.
“Kamu ...” ucap Yohana terkejut dengan kehadiran pria tampan yang selama ini ditaksirnya saat ini sudah berdiri dihadapannya. Dia masih ingat wajah tampan itu sewaktu SMA, dia bahkan nungguin pria tampan itu di Pertamina supaya bisa melihat wajah pria itu.
“Ya Tuhan, kenapa dia bisa disini. Mimpi apa aku semalam” batin Yohana.
“Iya, aku” Haris melangkah mendekat membuat Yohana gemetaran.
“Kenapa kamu melamun, apa aku terlihat seperti hantu. Atau diwajahku ada sesuatu” ucap Haris menunjuk wajahnya yang sudah dekat dengan tubuh Yohana.
“Eh, bukan-bukan. Wajah kamu bersih kok” ucap Yohana gelagapan.
“Bahkan wajahmu sangat tampan” batin Yohana.
“Ehem ... aku datang kesini ingin bertemu dengan Dakota” ucap Haris.
“Sekalian bertemu denganmu juga” batin Haris.
“Kamu, kenapa bisa kenal dengan Dakota?” tanya Yohana heran.
“Apa aku tidak dibolehkan masuk, dari tadi aku hanya berdiri” ucap Haris merapikan pakaiannya yang gerah.
“Oya, tentu boleh. Silahkan masuk” ucap Yohana gelagapan.
Sesampainya diruangan tunggu Sanggar.
“Yo, dia siapa?” tanya Dakota berdiri.
“Apa mungkin pria ini pacar Yohana” batin Dakota.
“Aha, aku aja belum kenalan dengannya” ucap Yohana wajahnya sudah mulai merona.
“Ah, iya. Aku Haris Admidjaya” ucap Haris.
“Admidjaya” teriak Dakota dan Yohana serentak.
“Iya, aku kesini ingin mengunjungi Sanggar Elaya, juga mengunjungi Dakota, kakek masih berada di Singapore” ucap Haris yang masih berdiri.
“Jadi kamu Haris, Presdir muda Admidjaya Group” ucap Yohana terheran-heran.
“Iya, tepatnya aku cucu dari kakek Pak Admidjaya yang membantu Dakota selama ini” ucap Haris menjelaskan.
“Baiklah Haris, karena kamu cucu kakek, aku Dakota Kaif dan temanku ini namanya” belum dilanjut langsung dipotong oleh Haris.
“Yohana bukan?” ucap Haris membuat Yohana salah tingkah.
“Kenapa kamu bisa tau?” tanya Dakota heran. Sementara itu wajah Yohana mulai merona.
“Apa yang tidak bisa kuketahui, dia sering menerorku sewaktu di Malang” ucap Haris terus terang.
“Walau sebenarnya aku senang dengan tingkah konyolnya itu” batin Haris.
“Tunggu dulu, berarti pria yang selalu di tungguin oleh Yohana di Pertamina itu kamu” ucap Dakota melirik Yohana yang menunduk malu.
“Kenapa dia tau. Buset dah, emang anak Sultan bisa tau aja” batin Yohana.
“Ah, sepertinya Tuan Muda Admidjaya ini belum duduk dari tadi, silahkan duduk dulu biar saya ambilkan minum” ucap Yohana mengalihkan pembicaraan.
“Tunggu dulu, itu tidak perlu” ucap Haris.
“Kenapa?” tanya Dakota.
“Bisakah kita makan dulu, kebetulan aku belum sarapan pagi. Aku ingin berbincang-bincang dengan kalian dan ingin mengakrapkan diri” pinta Haris pada mereka.
Mata Dakota dan Yohana saling memandang.
“Apa kalian sibuk, kalau sibuk lain kali saja” ucap Haris ragu.
“Tidak sibuk, pagi ini kami belum melatih, nanti agak siang baru melatih” ucap Yohana.
“Yah, ada baiknya kita sarapan dulu” sahut Dakota.
Mobil mewah Haris membawa mereka menuju Restoran X. Ternyata Restoran X merupakan tempat elit. Melihat dari tampak depan sudah bisa diperkirakan budget yang harus dikeluarkan. Dakota dan Yohana hanya mengikut saja. Haris sudah memesan makanan mereka tanpa bertanya pada Yohana dan Dakota.
“Silahkan dinikmati Tuan dan Nyonya” ucap pelayan restoran.
“Sepertinya Restoran ini tempat para anak Sultan, yang datang kesini disambut dengan kata Tuan dan Nyonya” batin Yohana.
"Wow, kenapa makanan ini sesuai dengan seleraku” ucap Dakota melihat Pecel Ayam dihadapannya. Yohana juga melihat makanan dihadapannya itu sesuai dengan seleranya ikan asam.
“Bagaimana kamu bisa tau selera kami?” tanya Yohana heran pada Haris.
“Yah, mana ada yang tidak kutau tentang kalian” ucap Haris singkat.
“Udah jelas aku dan Dakota seleranya masakan Minang, pasti aku tau. Kalau Yohana, aku tau dari kita kecil. Yohana aja yang lupa” batin Haris.
“Beb, kenapa ikan asamnya gak ada bawangnya?” bisik Yohana pada sahabatnya.
“Bukannya kamu nggak suka bawang” tanya Haris memastikan ingatannya tidak salah.
“Iya, memang aku nggak suka, tapi kenapa bisa sedetail itu” ucap Yohana pelan memandangi sajian yang ada didepan Dakota dan Haris ada irisan bawang.
“Udah beb, mari kita nikmati aja” bisik Dakota.
“Aku lupa bilang kalau ikan asam disini memang tidak ada irisan bawangnya Yohana” ucap Haris berbohong.
“Kalau aku bilang, aku yang pesan nggak pakai irisan bawang atau berbaur bawang, entar dia curiga lagi” batin Haris.
“Waw, bisa gitu ya. Biasanya setiap beli ikan asam atau pesan semua pakai irisan bawang, makanya kalau aku mau makan pasti aku sisihkan terlebih dahulu. Apa restoran ini benar-benar ngerti aku ya, Haha ....” ucap Yohana heran melahap ikan asamnya.
“Kamu harus sering nanti bareng aku makan disini” ucap Haris menyantap sajian yang ada dihadapannya.
“Haha ... boleh” ucap Yohana tertawa heran. Ungkapan Haris itu membuat dia salah tingkah.
“Berarti akan ada pertemuan selanjutnya dong” batin Yohana.
Selesai makan mereka mengobrol dan berbincang-bincang mengenai kakek Haris dan Sanggar Elaya. Waktu semakin berjalan, tidak terasa sinar matahari sudah mulai memancarkan sinarnya.
“Sepertinya ini udah siang” ucap Haris melihat jam tangannya.
“Iya, kita harus balik” ucap Dakota memikirkan murid yang akan dilatihnya nanti.
“Tunggu dulu beb, aku ketoilet bentar ya beb” ucap Yohana.
“Kenapa perutku ini tidak bisa bersahabat disaat makan di tempat mewah” batin Yohana.
Yohana melangkah menuju toilet.
“Oke beb, jangan lama ya” ucap Dakota.
"Pasti perutnya mules, kebiasaan makan ikan asam pasti perutnya berulah” batin Dakota.
Haris dan Dakota melanjutkan perbincangan mereka, ternyata mereka nyambung. Sesekali dibarengi canda tawa. Dakota yang asyik melanjutkan obrolannya dengan Haris, tidak mengetahui bahwa suaminya barus saja memasuki Restoran X.
“Presdir” ucap Naon ingin mengalihkan pandangan Presdirnya yang baru saja melewati meja Dakota dan Haris.
“Hem ....” ucap Fano singkat.
“Nampaknya Presdir sudah melihat Nyonya Muda kenapa auranya dingin” batin Naon.
“Naon, pesan makan dimeja dalam aja” perintah Fano memasuki meja bagian dalam Restoran X. Sementara itu Dakota dan Haris masih mengobrol dibagian meja luar Restoran X.
“Baik Presdir” ucap Naon meninggalkan Presdirnya.
“Gadis ini meminta Sabtu dan Minggu tidak boleh diganggu pekerjaannya. Tapi dia malah kencan disiang bolong gini. Sudah mengisi perjanjian tapi melanggar, tidak cukup Presdir Reinhard Group, mau mengembat Presdir ingusan itu juga” batin Fano.
Fano hanya bisa mengepal tangannya memandangi Dakota yang bisa tertawa lepas dengan pria lain. Jika Fano ingat istrinya itu belum pernah sekalipun tersenyum cerah seperti sekarang ini dengannya. Selesai memesan pesanan Naon menghampiri Presdirnya.
“Naon” ucap Fano.
“Iya Presdir” sahut Naon.
“Apa aku kurang tampan” ucap Fano mengalihkan pandangannya kearah meja luar Restoran.
“Mana mungkin Presdir, Presdir adalah idaman semua wanita” ucap Naon menghibur Presdirnya.
“Kenapa istriku masih jalan dengan pria ingusan itu” ucap Fano dingin.
“Maaf Presdir, bukannya mereka itu sepupu” ucap Naon singkat.
“Sepupu katamu? Pak Admidjaya mengatakan Dakota hanya cucu dari jauh, tidak ada hubungan darah sama sekali” ucap Fano.
“Tapi Presdir boleh melihat, sepertinya mereka terlihat seperti sepupu yang lama tidak bertemu Presdir” ucap Naon membela Nyonya Mudanya.
“Ini weekend Naon bodoh, itu artinya mereka kencan” ucap Fano kesal, masih memandangi istrinya.
“Maaf Presdir, apa Presdir cemburu?” tanya Naon.
“Aku hanya tidak suka melihat seorang wanita yang sudah bersuami pergi berduaan dengan pria lain” ucap Fano kesal.
“Tapi Hariskan sepupu Nyonya Muda, kenapa Presdir harus cemburu” ucap Naon melihat tingkah Presdirnya yang memang sudah terlihat cemburu.
“Kenapa kata yang keluar dari mulutmu hanya cemburu” ucap Fano semakin kesal.
“Maaf Presdir, saya salah” ucap Naon minta maaf.
“Hah, makanya kau menikah Naon bodoh. Biar tau gimana rasanya jadi seorang suami” ucap Fano marah pada Naon. Dia malah pergi keluar dari ruangan itu.
“Presdir, bukannya Presdir harus makan siang?” tanya Naon mengikuti langkah Presdirnya.
“Aku nggak nafsu makan, kita balik aja” ucap Fano kelaur dari Restoran X menuju parkiran.
“Kenapa dia marah padaku. Nyonya Muda kenapa hari ini harus makan di Restoran ini? Haih ... Presdir belum makan dari pagi” batin Naon serba salah.
BERSAMBUNG..........
Hai Para Reader yang setia.😊
Mohon like dan Komentarnya untuk membangkitkan semangat dari penulis.
Semoga novel pertama saya menghibur reader semua. Terima kasih sudah mampir.🙏🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Sulisayaheaisyah Sulis
hoalah fano, kalau suka sama dakota bilang aja,,
2023-03-04
0
肖鲁彦🐣🍒
bagus banget 🥰
2022-08-04
1
remahhan peyek
suka bgt bgt cerita nya
2020-11-18
1