Paginya Dakota langsung pergi kesekolah. Yang dia fokuskan saat ini hanya ingin mengetahui siapa yang sudah berani datang kerumahnya dan apakah ada hubungannya dengan Sanggar Elaya. Setahunya hubungannya dengan Manajer Elaya sangat baik, bagaimana mungkin itu berhubungan seperti yang ibunya cemaskan.
"Hanya pesan singkat itu menjadi sebuah petunjuk untuk masalah kemarin" gumam Dakota.
“Beb, kamu masuk kelas hari ini, gimana dengan ibu?” tanya Yohana membuyarkan lamunan Dakota.
“Ibu sudah mulai membaik beb, saat ini dijaga oleh suster yang sudah digaji oleh kakek misterius” sahut Dakota.
“Kamu udah tau siapa sebenarnya kakek misterius itu?” tanya Yohana.
“Aku juga tidak tau sampai sekarang, tapi setidaknya dia selalu ada buat aku dan ibu beb” sahut Dakota.
“Setiap ibu masuk RS Inu suster tersebut sudah ditugaskan untuk menjaga, agar aku bisa sekolah seperti biasa. Tapi ketika bertanya pada suster tersebut apakah mengenal kakek misterius itu, suster tersebut tidak pernah mengungkapkan identitas kakek tersebut, bahkan ibupun juga tidak menjelaskan apapun padaku” batin Dakota.
“Sepulang sekolah nanti kita pulang bareng ya beb, aku ingin mengunjungi ibumu, ibuku juga menyiapkan bubur gandum” pinta Yohana.
“Aku ada sedikit urusan beb, nanti kamu duluan saja gimana?” sahut Dakota.
“Kamu mau kemana? jangan bilang mau ke Sanggar, bukannya jadwal kita hari ini libur melatih?” tanya Yohana.
“Nanti aku jelaskan, intinya aku tidak ke Sanggar beb, hanya urusan biasa” tegas Dakota.
“Tidak biasanya dia mengabaikan ibunya, bahkan sehari saja, apa lagi ibunya masih dirumah sakit, ada yang tidak beres bahkan dia sangat tegas tapi ada keraguan dalam kalimat yang dia sampaikan, seperti berbohong” batin Yohana.
“Baiklah aku akan ke Rumah Sakit sendiri. Tapi kalau ada apa-apa padamu segera hubungi aku nanti” kata Yohana.
“Oke beb” jawab Dakota singkat.
“Ayo kita kekantin sebelum bel masuk” ajak Yohana menarik lengan Dakota.
Sesampainya di Kantin. Dakota melihat Janter yang sedang menghampiri meja makan mereka. Dakota ingat bahwa Janter mengirim pesan singkat padanya bahwa sepulang sekolah nanti dia ingin menyampaikan sesuatu. Tapi karena kejadian kemarin, Dakota lebih memilih mengabaikan Janter dan fokus pada isi pesan misterius tersebut.
“Beb, kayaknya aku gak bisa lama-lama disini beb” sahut Dakota pada Yohana.
“Kenapa? kamu sakit beb?” memegang dahi Dakota.
“Gak beb, aku mau istirahat dikelas aja, ya udah ya beb, aku pergi dulu” Dakota pergi meninggalkan mejanya.
“Tapi beb ....” Belum sempat Yohana mencegah Dakota sudah pergi menjauh.
“Yo, kenapa Dakota pergi?” tanya Janter langsung duduk dimeja yang ditinggal Dakota tadi.
“Aku juga mikir kayak bukan dia hari ini bang?” jawab Yohana.
“Apa Dakota ada masalah, aku kirim pesan pada sahabatmu tapi tidak dibalas Yo?” sahut Janter.
“Kayaknya dia menghindari bang Janter deh” jawab Yohana berpikir.
“Mungkin, tapi aku hanya ingin mengajaknya bertemu sebentar saja, pulang sekolah nanti karena besok weekend mau ngajak jalan. Kalau dia tidak bisa kan tinggal balas pesanku saja, aku yakin dia sudah baca” jelas Janter.
“Tunggu dulu bang, sepertinya ada yang aneh dengannya, dia bilang nanti sepulang sekolah dia ada janji dan urusan gitu, tapi aku gak mau nanya” kata Yohana.
“Apa sebelumnya Dakota ada orang yang dia sukai?” tanya Janter memastikan.
“Tidak bang, aku sahabatnya tidak ada yang lain. Aku merasa ada yang aneh padanya. Bang aku bisa minta tolong awasi Dakota nanti sepulang sekolah” pinta Yohana.
“Baiklah Yo, aku juga mau ngomong sesuatu sama dia, kenapa dia menghindari aku” jawab Janter.
###
“Drt ...drt ...” Hanphone Dakota yang berbunyi pertanda pesan masuk. Dakotapun melihat kontak Handponenya ternyata nomor misterius tersebut.
“Hmm ... tepat waktu sekali mengirim pesanya saat jam pulang sekolah” gumam Dakota.
{+62 812-8454-xxx. 13.45. Datanglah ke Toilet Perempuan dekat Taman}
Dakota langsung menuju toliet prempuan sesuai dengan instruksi dari pesan misterius itu. Tibanya didepan pintu toilet.
“Sepertinya ada orang disekitar sini, tapi kenapa tidak muncul juga” guman Dakota.
Tidak lama mendengar langkah yang sulit diketahui siapa orangnya.
“Siapa disana?” tanya Dakota. Tapi Tidak ada yang menjawab.
“Akkhh ....” Jerit Dakota saat seseorang misterius memukul badannya dari arah belakang membuat tubuhnya langsung ambruk kelantai.
“Mia, apa dia mati?” tanya Sena.
“Tidak mungkin dia mati, hanya pukulan kayu balok ini” jawab Mia.
“Ya, jangan sampai dia mati, perintah Irma kita masukkan dia ke toilet” gubris Sena.
“Ya, ya ... dia hanya pingsan tidak akan mati” sahut Mia.
Sesampainya di dalam toilet.
“Crasss ....” Tumpahan air dimuka Dakota.
“Uhuk ... ukhukk ... hk” Dakota yang masih setengah sadar.
“Heh ... Jalan* bangun” pekik Mia menarik rambut Dakota menyeretnya kehadapan Irma.
“Dia masih hidupkan?” tanya Irma.
“Ya ... Ir, kamu tenang aja, dia gak akan mati” bisik Sena pada Irma.
“Plak ... plak ... woi, sadar” gubris Mia pada Dakota.
“Jangan sampai tanganku ini mengotori wajahmu, cewek jalan* ...” ucap Mia balik.
“Ukhuk ... kalian siapa?” tanya Dakota setengah sadar membuka mata. Irmapun memberikan kode pada Mia agar dia mengambil alih.
“Coba lihat wajahku? Perhatikan baik-baik” perintah Irma membuka mata Dakota lebar lebar.
“Se ... nior Irma” jawab Dakota memegang punggungnya yang nyaris patah. Dakota heran kenapa dia harus berhadapan dengan Irma.
“Sepertinya kamu belum sadar dengan dirimu, Mia beri pelajaran” perintah Irma.
“Crass ....” Siraman air membasahi wajah dan seluruh tubuh Dakota yang terbaring dilantai.
“Apa yang kalian lakukan, aku salah apa sama kalian?” tanya Dakota mencoba bangkit dari lantai.
“Kau tidak tau apa salahmu? Plak...” tamparan keras dari Sena membuat Dakota ingat tujuannya ke toilet pesan misterius itu.
“Apa ... ja ... jadi kalian yang sudah menghancurkan rumahku semalam?” dengan gugup dan rasa ngeri Dakota akhirnya benar benar sadar. Irmapun mengambil instruksi agar Sena dan Mia diam ditempat.
“Dengar baik baik jalan*” perintah Irma.
“Akulah yang sudah memberikan rasa syok pada ibumu yang juga jalan* itu. Kau tau kenapa?” tanya Irma memegang dagu Dakota.
“Apa salahku ... kenapa ... kenapa kamu mengganggu ibuku ... kenapa?” teriak Dakota menarik lalu menjambak rambut Irma.
“Bangsat, plak ... plak ....” Sena langsung menampar Dakota, lalu Mia membantu Irma.
“Si Jalan* ... kau masih ada tenaga juga” pekik Irma. Kasih dia pelajaran perintah Irma pada Sena dan Mia.
“Plak ... plak ....” Terasa panas tamparan yang dirasakan Dakota.
“Ah ... Mia bantu aku dia menarik rambutku, rambutku mau putus rasanya” teriak Sena.
"Bughh ... brugh ....” Tendangan keras berulang dari Mia keperut Dakota membuat Dakota merasakan sakitnya sampai ke uluh hati.
“Akhh ... uhu ... huhu ....” Tidak terasa air mata Dakotapun jatuh.
“Sudah cukup Mia dan Sena” instruksi Irma ambil alih.
“Sudah bisa nangis jalan*” ucap Irma memandang wajahnya.
“Buat dia duduk” perintah Irma pada Sena dan Mia.
“Lepaskan ... aku masih bisa sendiri” teriak Dakota pada Sena.
“Jalan* ... kamu masih melawan juga” pekik Mia. Namun kode dari Irma membuat mereka mundur.
“Baiklah wanita kampungan, ini adalah caraku memperkenalkan diri. Aku Irma Sugiono, kau tahu aku juga anak pengusaha terkaya di Indonesia. Apa yang menjadi milikku tidak bisa direbut oleh orang lain termasuk pira” jelas Irma duduk dikursi menghadap Dakota.
“Apa maksudmu, aku tidak pernah mengganggumu” ucap Dakota menatap Irma.
“Srekk ....” Sebuah foto dilemparkan pada Dakota. “perhatikan baik-baik foto itu” perintah Irma.
“Ini foto bang Janter dan kamu” jawab Dakota.
“Sudah kamu perhatikan? Coba lihat cincin yang kami pakai, bukankah sudah jelas Janter dan aku tunangan” sahut Irma.
“Ini tidak ada hubungannya denganku” jawab Dakota.
“Jelas ada jalan* ...” sahut Mia.
“Cukup, biar kukasih tahu padamu. Aku peringatkan padamu jangan dekati Janter lagi, dia milikku” tegas Irma.
“Hah, kamu pikir aku menyukai dia, hanya karena dia ... kamu membuat ibuku masuk rumah sakit ... apa kamu tidak keterlaluan sebagai seorang manusia” ucap Dakota.
“Bagus cewek kampung, setidaknya kamu tidak menjadi sorang Jalan* benaran, kamu memang tidak suka padanya, tapi dia bisa jadi suka padamu. Bisa kau buktikan kata-katamu” Pekik Irma.
“Kalau dia memang tunanganmu, kamu harusnya jaga dia dengan baik, atau dia tidak menyukaimu” sinis Dakota.
“Wah ... jalan* ini” ucap Sena emosi.
“Masih ada nyali kau” pekik Mia.
“Kring ... kring ....” Handphone si jalan* bunyi.
“Siapa yang nelvon?” tanya Irma pada Sena.
"Tepat sekali, bang Janter Ir” seru Sena menyerahkan handphone Dakota pada Irma.
“Haha ... disaat seperti ini, tuan Janter ada telepati kayaknya” panggilan diputus oleh Irma.
“Dia bahkan menghubungimu, aku rasa dia sudah menyatakan cinta nya padamu. Kau bisa lanjutkan drama romantismu dengan Janter. Tapi sebelum itu kita potong dulu rambutnya” perintah Irma.
Irma langsung mendekat memegang gunting ditangannya.
“Janggan ... tolong ... jangan potong rambutku. Aku akan menjauhi bang Janter, tolong ....” pinta Dakota.
“Aku tau kau seorang penari di Sanggar Elaya, tapi kalau rambutmu ini botak, aku jamin kau tidak akan tampil lagi, bukankah sebentar lagi akan ada pertunjukan mancanegara” jelas Irma memegangi rambut Dakota.
“Tadi kamu bersikap sinis, ternyata kamu cinta juga jadi penari. Kalau gitu mulai besok jangan sampai aku lihat wajah mu ini lagi. Cari saja caranya agar kamu tidak bisa dikenal oleh siapapun. Bentuk wajahmu ini benar-benar seperti jalan*” jelas Irma lagi.
Dakota hanya terdiam, tidak ada yang bisa dia jawab. Melihat reaksi Dakota yang diam Irma semakin geram.
“Heh, aku sudah kasih kamu peringatan. Kalau kamu masih berhubungan dengan bang Janter, aku bisa mengancurkan junior dan teman-temanmu yang ada di Sanggar Elaya, yang lebih parah dari ini akan menantimu” tegas Irma.
Tidak ada respon yang diberikan oleh Dakota ternyata dia sudah pingsan. Entah karena tekanan yang tadi membuat seluruh tubuhnya terasa sakit.
“Berikan dia pelajaran” perintah Irma pada Sena dan Mia. Sena dan Mia menyeret Dakota kedalam bak berisi air. Mereka menceburkan tubuh Dakota kedalam bak tersebut. Merekapun meninggalkan toilet dengan pintu yang terbuka.
#Sementara Itu Usaha Janter mencari Dakota
Mendengar penjelasan Yohana saat istirahat membuat Janter jadi cemas. Sepulang sekolah diapun menyusul kekelas Dakota. Diapun bertanya pada tema sekelasnya, semua menjawab tidak melihat Dakota, ternyata dia terlambat selangkah. Dakota sudah meninggalkan kelas.
Janter berlari menuju gerbang utama Sekolah berharap bertemu Dakota. Berhubung banyak siswa yang keluar menuju gerbang utama untuk pulang membuat langkah Janter berhenti berharap Dakota lewat gerbang utama. 30 menit dia menunggu, dia merasa bahwa Dakota sudah meninggalkan sekolah. Dia mencoba menghubungi kontak Dakota yang sudah tersimpan di handphonenya.
“Tuut ... tut ....” Suara masuk panggilan pertama belum diangkat.
“Tuut ... tut ... panggilan anda dialihkan” mendengar hal tersebut membuat Janter berpikir bahwa handphnenya sengaja dimatikan. Diapun mencoba menghubungi Yohana.
“Halo yo” ucap Janter. “Halo bang, ketemu sama Dakota bang?” tanya Yohana.
“Nggak ... aku kehilangan jejaknya. Apa barusan Dakota ada menghubungimu?” tanya Janter balik.
“Nggak bang, aku pas pulang tadi nggak ada jumpa sama dia, jadi gimana bang?”
“Okelah, nanti aku ceritain. Udah ya” panggilanpun terputus.
Setelah menutup panggilan, diapun bergegas kembali keparkiran mobil Sekolah. Tidak berapa lama, dia melihat mobil mewah Irma lewat gerbang utama Sekolah.
“Aneh, biasanya dia disama supir pribadinya, kenapa malah Sena yang nyetir. Ah ... dimana kamu Dakota. Oya GPS handphone. Handphone Dakota tadi aktif. Coba cek dulu” batin Janter.
Tidak beberapa lama kemudiaan ternyata GPS handphone Dakota memang hidup, menunjukkan bahwa lokasi GPS Dakota masih di Sekolah.
Janter berlari mengelilingi sekolah. Dia pusatkan lagi Gps tersebut menunjukkan taman sekolah. Sampai ditaman tidak ada orang. Akhirnya dia mengubungi kontak Dakota.
“Tuut ... tuut ....” Pangilan masuk dan tidak diangkat, dia hubungi kembali terdengar nada dering Handphone berbunyi dari arah toilet perempuan. Dia berlari bergegas menghampiri bunyi nada handphone Dakota yang terletak dilantai toilet. Akhirnya dia cek ternyata Dakota sudah didalam bak air toilet.
“Dakota ... dik Dakota ....” Teriak Janter terkejut melihat badan Dakota yang sudah pucat. Wajahnya bengkak dan berwarna kehitaman. Janter langsung memapah tubuh Dakota. Dia langsung menghubungi sopir pribadinya dan membawa Dakota ke Rumah Sakit. Dia mengabari Yohana bahwa Dakota akan dibawa ke Rumah Sakit terdekat yaitu Rumah Sakit Inu. Akhirnya Yohana menunggu kedatangan Janter di RS.
BERSAMBUNG..............
Hai Para Reader yang setia.😊
Mohon like dan Komentarnya untuk membangkitkan semangat dari penulis.
Semoga novel pertama saya menghibur reader semua. Terima kasih sudah mampir.🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Sulisayaheaisyah Sulis
masih mengikuti alur,,
2023-03-03
0
pristiana
👋👋👋👋❤️❤️❤️❤️
2023-02-09
0
pristiana
🥰😅🥰🥰🥰
2023-02-07
0