Sehari setelah menikah Fano dan Dakota sudah kembali bekerja. Fano memang Presdir dari Reinhard Group. Namun untuk Reinhard Group sendiri memiliki cabang perusahaan di seluruh Indonesia.
Jika ada masalah mendesak yang tidak bisa diselesaikan oleh Direktur Utama cabang, maka biasanya Fano yang akan bergerak. Fano hanya sibuk di Perusahaan Pusat, karena memang disitulah dia seharusnya bekerja. Dia hanya akan memantau saja untuk cabang perusahaan. Hari itu dia harus menghadiri rapat 2 jam lagi dengan semua bidang.
“Presdir” ucap Naon tergesa-gesa.
“Kenapa?” tanya Fano membaca dokumen dimejanya.
“Mohon maaf Presdir, hari ini Presdir harus ke Palembang, saham dari cabang perusahaan di kota Palembang menurun” ucap Naon memberikan artikel berita news pada Fano.
“Apa? kenapa bisa begini?” ucap Fano membaca artikel dari cabang perusahaan yang ada di Kota Palembang.
“Tadi, Direktur Utama Cabang sudah memberitahukan pada Yunas” ucap Naon.
“Kasih tau pada Yunas, penerbangan kita kesana 2 jam lagi, kita harus rapat terlebih dahulu”.
“Baik Presdir” ucap Naon menjalankan perintah.
Hari itu selesai urusan yang di Palembang, Fano sudah terbang ke Jakarta dan dia tiba sudah pukul 23.00 wib. Dia berharap urusannya cukup cabang yang ada di Palembang saja yang bermasalah.
“Presdir” ucap Naon mengikuti langkah Presdirnya yang baru saja turun dari Pesawat.
“Kenapa Naon?” tanya Presdir Fano.
“Ada telvon dari Direktur Utama perusahaan cabang Surabaya” ucap Naon memberikan handphonenya.
“Halo Presdir” ucap dari seberang.
“Iya kenapa” jawab Fano kesal, dia udah lelah juga.
“Mohon maaf Presdir, sepertinya Presdir harus ke Surabaya, saham di Surabaya menurun, semua insvestor ingin menarik sahamnya” ucap Dirut dari seberang.
“Apa? Kau sebagai Dirut saja tidak bisa menangani masalah ini, kenapa aku harus turun tangan juga” teriak Fano.
“Maaf Presdir, ini salah saya” ucap dari seberang.
“Kau hanya bisa minta maaf, gunakan otakmu” ucap Fano kesal.
“Mohon maaf Presdir” ucap Dirut dari seberang.
“Hah ... baiklah” ucap Fano. Fano melonggarkan dasinya, dia merasa hari itu sangat gerah.
“Ya ampun, Presdir marah” batin Naon.
Handphone Naon berbunyi, dia melihat artikel cabang perusahaan di Medan juga bermasalah.
“Naon, besok dini hari kita harus terbang ke Surabaya” perintah Fano.
“Mohon, maaf Presdir” ucap Naon berlutut masih di Bandara.
“Naon Bodoh, ada apa denganmu” ucap Fano melihat Manejernya itu terlihat bodoh di Bandara.
“Ini Presdir, tolong dibaca” ucap Naon memberikan handphonenya.
Fano melihat artikel tersebut.
“Apa? ada apa ini?” pekik Fano melemparkan handphone Naon.
“Kenapa semua jadi bermasalah begini? Apa mungkin ini ulah MP?” batin Fano.
“Naon bodoh, cek pesan email misterius dari MP seminggu yang lalu” ucap Fano.
“Baik Presdir” ucap Naon memeriksa email masuk anonim, namun diakhir pesan bertuliskan MP.
“Presdir, ini pesan dari MP seminggu yang lalu” Naon menyerahkan tabletnya.
Fano membaca pesan anonim tersebut berisikan: Kudengar kau akan menikah dan kau setuju untuk menikah dengan gadis yang tidak jelas asal usulnya, hanya demi perintah wanita spesialmu kau setuju menikah. Nampaknya kau sudah dimanja olehku. Selama ini belum ada serangan, sehingga kau berleha-leha. Apa perlu kita bermain-main dulu supaya kau sadar akan dirimu. MP.
“Ternyata ini ulahnya. Aku bahkan tidak pernah bertemu dengannya, tapi setiap menerima pesan misterius inisial MP pasti ada saja masalah. Bahkan ini masalah besar, siapa sebenarnya MP ini” batin Fano.
“Naon kita berangkat kerumah” perintah Fano.
“Presdir, apa tidak menginap di hotel terdekat saja” ucap Naon melihat Fano dari Spion depan mobil yang sudah lelah.
“Aku punya rumah dan juga istriku sudah menunggu, kenapa kau malah membawaku ke hotel?” ucap Fano menyandarkan tubuhnya dikursi belakang mobil.
“Maaf Presdir saya salah” ucap Naon melajukan mobil.
“Nampakanya Presdir sudah menyukai Nyonya Muda, dia bahkan harus pulang kerumah selarut ini” batin Naon.
Sesampainya dirumah, Fano langsung menuju kamarnya. Dia melihat istrinya sudah tidur terlelap. Dia langsung mandi, selesai mandi dia mematikan lampu kamar dan menuju kekasur. Dia memandangi tubuh indah istrinya yang sudah terlelap, bahkan tidak sadar akan kehadiran Fano. Fano memberikan ciuman dibibir istrinya, lalu mencium kening Dakota.
“Selamat malam wanitaku” ucap Fano pelan.
Fano melangkah keluar dari kamar. Dia menghampiri kamar ibunya yang memang tidak dikunci. Dia melihat ibunya juga sudah terlelap. Setelah memastikan ibunya terlelap Fano kembali keruang baca pribadinya. Ruang baca itu hanya diperuntukkan untuknya, yang bisa masuk kesana hanya Naon dan Siti yang membersihkan. Naon dan Siti adalah kepercayaan Fano, Fano sangat yakin bahwa mereka tidak akan pernah berhianat. Naon sendiri bergabung dengan Fano saat usianya 14 tahun dan Fano 18 tahun. Saat itu Fano sudah diangkat menjadi Presdir Muda oleh Papanya. Sementara Siti merupakan anak gelandangan, Siti ditemukan Fano berusia 10 tahun. Fano membawanya kerumah, Fano sudah mengetes kejujuran Siti, sampai saat ini dia belum pernah melakukan kesalahan.
“Presdir, besok Presdir harus ke Surabaya? Apakah besok Presdir menginap disana atau bagaimana Presdir” ucap Naon yang sudah berada di ruang baca.
“Tidak, kita akan balik lagi ke Jakarta, atur aja jadwal seperti tadi” pinta Fano.
“Tapi Presdir, masalah di Surabaya sepertinya masalah besar, apa tidak lebih baik Presdir menginap” ucap Naon khawatir.
“Kita bisa pergi lagi besoknya kalau masalah disana tidak kelar hari itu” ucap Fano.
“Baik Presdir” ucap Naon.
“Sudah kau cek, dimana lokasi pengirim pesan misterius itu” tanya Fano.
“Sudah Presdir, lokasinya berada di Kota A, namun nomor handphone yang digunakannya hanya nomor sekali pakai Presdir” ucap Naon.
“KotaA, bukannya saat ini papa juga disana?” tanya Fano.
“Iya benar Presdir” ucap Naon.
“Drt ... drt ....” bunyi dering panggilan masuk handphone Fano. Fano melihat nama kontak panggilan masuk bertuliskan Papa.
“Halo pa” jawab Fano.
“Kau ada dimana saat ini?” tanya Pak Purnomo dari seberang.
“Aku ada dirumah” ucap Fano.
“Apa kau masih menikmati pengantin barumu, saat ini cabang perusahaan sedang bermasalah, kenapa kau malah santai?” teriak Pak Purnomo.
“Aku akan selesaikan secepatnya” ucap Fano sudah terbiasa akan mendengarkan omelan dari orang tuanya.
“Anak kurang ajar, jangan sampai posisimu aku turunkan, staminaku masih kuat memimpin perusahaan” ucap Pak Purnomo.
“Itu tidak akan mungkin terjadi. Ingat saja umurmu sudah tua, bagaimanapun kau mengangkatku sangat muda waktu itu. Sampai sekarang apa yang sudah kudapat tidak mungkin kuberikan kembali” ucap Fano.
“Pegang saja ucapanmu, kau hanya akan jadi pionku” ucap Pak Purnomo.
“Dari dulu sampai sekarang aku memang jadi pionmu, tidak pernah jadi anakmu bukan?” ucap Fano.
“Haha ... ternyata kau sadar diri juga” ucap Pak Purnomo.
“Aku memang tau posisiku” balas Fano.
“Baiklah, ingat kau hanya mainanku” ucap Pak Purnomo mengakhiri pembicaraan mereka.
Naon sudah terbiasa melihat hubungan anak dan ayah ini tidak baik, sejak dia bergabung menjadi Manajer Pribadi Fano.
#Sementara itu di Kota A.
“Anak ini semakin dewasa semakin menarik. Sayang kau hanya jadi mainanku, aku masih butuh dirimu untuk membalaskan rasa sakit dihatiku ini” batin Pak Purnomo.
BERSAMBUNG........
Hai Para Reader yang setia.😊
Mohon like dan Komentarnya untuk membangkitkan semangat dari penulis.
Semoga novel pertama saya menghibur reader semua. Terima kasih sudah mampir.🙏🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Dona Venalonza Ena
MP itu mungkin teror dr bapak nya,, jahat bgttt ya klo gtu😏
2021-04-05
1
sriastuty
sebenarnya siapa pak Purnomo itu?ayah atau musuh anaknya?...masih penuh tanda tanya besar...
2020-12-02
1
Ruskini Yus
mp adalah pak purnomo kayanya...
ko bapak sendiri mau balas dendam ya...
ada apa sebenernya thor...
2020-11-17
0