Sudah 6 bulan Jakarta menjadi tempat tinggal Dakota. Awalnya dia merasa bahwa kota Jakarta itu sama saja dengan kota Malang. Ternyata suasananya sangat berbeda. Di Jakarta ini semua orang bangun dari tidur langsung berangkat kerja.
Masyarakat di Jakarta dikejar oleh waktu. Waktu menjadi penentu uang, jika terlambat sedikit saja perputaran uangpun akan lambat dan bisa mengalami kerugian. Kalau dapat jangan dilepas, begitulah kira-kira jangan sampai deadline.
Dakota mulai melangkah, dia tidak mau menyia-nyiakan gelar yang sudah disandangnya dan mencoba pekerjaan pada perusahaan yang menerima jurusannya Interior Design. Tentunya dia harus membagi waktunya, karena ada Yohana juga yang mengurus Sanggar Elaya. Dia sudah sebulan bekerja sebagai Desainer Interior di salah satu perusahaan kosntruksi terbesar di Indonesia yakni Reinhard Group.
Reindhard Group tidak sembarangan menerima karyawan baru, apalagi perusahaan ini sudah memiliki cabang diseluruh Indonesia. Dakota bekerja tepat di Kantor Pusat Reinhard Group. Tentunya dia masih pemula, jadi Dakota masih jadi pembantu muda untuk membantu desainer utama.
“Pagi Pak Munah.” Sapa Dakota pada Security yang sudah nongol di gerbang utama dari Reinhard Group.
“Pagi juga neng Dakota” jawab Pak Munah. Mereka sudah akrab karena Dakota memang orang yang mudah mendekat dan berbaur tidak memandang buluh untuk bergaul dengan siapapun.
“Pak, kenapa ramai sekali security, biasanya hanya beberapa orang saja” tanya Dakota pada Pak Munah dan melihat sekitarnya, ternyata semua karyawan sedang sibuk juga.
“Itu neng, hari ini jadwal Presdir tiba neng. Semua pada siap-siap buat nyambut soalnya Presdir suka bersih neng” ucap Pak Munah.
“Pasti Presdir sudah tua ya pak, perutnya buncit dan kepalanya botak lagi” ucap Dakota lagi sambil tangannya meragakan perut buncit.
“Apa? Perut buncit! Kepala botak, apa lagi tadi?” tanya pria tampan yang baru saja berdiri dihadapan Dakota dan Pak Munah.
"Matilah aku, Presdir sudah tiba, kenapa Neng Dakota masih menggumpat, bisa-bisa aku ikut dipecat nanti. Pura-pura pingsan aja" batin Pak Munah
“Bukanya itu Presdir” ucap karyawan yang satu.
“Presdir kita tampan sekali” ucap yang satu.
“Kya ... apakah aku sudah terlihat cantik” ucap karyawan yang lain.
Semua karyawan sudah mempersiapkan diri untuk menyambut.
“Ya, biasanya bos besar itu perutnya buncit, kepalanya botak dan sudah tua tentunya, apa saya salah pak?” jelas Dakota bingung.
“Haha ...” Naon mendengar hal tersebut tertawa kecil sambil mengalihkan wajahnya dari Presdir Fano.
“Berani sekali nyalimu mengatai presdir Reinhard Group seperti itu, cari mati” batin Naon.
“Minggir!” perintah pria tampan sambil mengepal tangannya.
“Beraninya gadis jelek ini mengataiku” batin Fano.
“Eh ....” Dakota makin bingung
“Kenapa dia terlihat marah” batin Dakota.
Dakota melihat sekitar, ternyata dia menghalangi jalan pria tampan itu. Dakota melangkah kesamping.
“Eh, Pak Munah.” Tiba-tiba saja Pak Munah pingsan. “Pak, bangun Pak” sahut Dakota.
Akhirnya Pak Munah dipapah oleh security lain. Terpaksa Dakota mengikuti security tersebut untuk memastikan keadaan Pak Munah.
“Selamat Datang Presdir” ucap semua karyawan ketika pria tampan itu melangkah memasuki lobi utama dari Reinhard Group.
“Selamat pagi Presdir Fano” ucap Yunas sekretaris pribadi Presdir. Merekapun berangkat menuju lift.
“Yunas, kenapa ada gadis culun di kantor ini?” tanya Presdir Fano.
“Eh ....” Yunas diam namun Naon yang disampingnya memberikan kode “Begini Presdir, mungkin yang Presdir maksud karyawan baru bagian Desain Interior” jawab Yunas gugup.
“Berikan data karyawan baru yang sudah direkrut 6 bulan terakhir oleh HRD” perintah Presdir Fano. Pintu lift terbuka mereka melangkah keruangan Presdir.
“Baik Presdir” jawab Yunas melangkah menjauh menuju ruangannya.
#Sesampainya diruangan Presdir.
“Presdir ... ini jadwal anda hari ini” ucap Naon Manejer pribadi Presdir Fano memberikan jadwal harian. Fano menerima jadwalnya.
“Naon” ucap Fano.
“Iya Presdir” sahut Naon.
“Push Up 100 kali” perintah Presdir Fano memainkan jari telunjuknya lalu duduk dikursinya. Dimejanya sudah tertulis Presdir Cleofano Reinhard.
“Tapi Presdir ... ini masih pagi” ucap Naon. Fano hanya diam sambil membaca jadwalnya. Melihat Fano yang diam saja, Naon mengingat sejenak apa kesalahan yang dia perbuat.
“Berarti Presdir mendengar tawa kecil ku tadi, ****** lah aku” batin Naon
“Presdir bisa nanti saja saya lakukan” pinta Naon melihat situasi ruangan.
“Kau yang Presdir atau Aku” tegas Fano.
“Baik Presdir, saya salah” Naon melangkah.
“Tunggu, lakukan diruangan ini. Kau punya waktu 15 menit” perintah Fano.
“Baik Presdir, laksanakan” Naon melepas jasnya dan sepatunya, ia memulai push up.
“Dia bahkan tidak melihat situasi kalau sudah marah, pasti hukum ditempat” batin Naon.
“1 aku cinta Presdir, 2 aku benci Presdir, 3 aku cinta Presdir, 4 aku benci Presdir ....” Teriak Naon melaksankan push up.
“Tok ... tok ...." Ketukan pintu dari Yunas.
"Presdir” ucap Yunas diluar ruangan Presdir.
“Masuk” ucap Fano. Yunas masuk keruangan tersebut dan mengabaikan Naon yang sedang push up.
“Presdir, ini daftar karyawan yang sudah direkrut oleh bagian HRD selama 6 bulan terakhir” Yunas menyerahkan dokumen pada Fano.
“Pisahkan data bagian Desain Interior” perintah Fano.
“Baik Presdir” ucap Yunas memisahkan data dokumen karyawan.
Sementara itu Naon “62 aku cinta Presdir, 63 aku benci Presdir, 64 aku cinta Presdir ....” Teriak Naon masih melaksanakan push up.
“Presdir, sudah saya pisahkan datanya” ucap Yunas.
“Sesuai jadwal, tolong siapkan Rapat pukul 09.30 wib dengan bagian HRD” perintah Fano lalu membaca data karyawan Dakota.
“Baik Presdir, apa ada perintah yang lain Presdir?” tanya Yunas memastikan.
“Suruh Dakota Kaif datang keruangan saya selesai rapat dengan HRD nanti” perintah Fano.
“Baik Presdir, saya pamit undur diri” Yunas meninggalkan ruangan Presdir.
“98 aku cinta Presdir, 99 ... huh aku benci Presdir, 100 ak ... ku cintaaa Presdir ... huh ... huh” ucap Naon dengan keringatnya yang sudah bercucuran. Akhirnya berakhir juga push up yang diperintahkan oleh Fano.
“15 menit lewat 23 detik, kau hutang 23 detik waktuku, berdirilah” perintah Fano.
“Saya salah Presdir” ucap Naon memakai jasnya kembali, lalu membersihkan keringat diwajahnya pakai sapu tangan bajunya.
“Cari tau tentang Dakota Kaif sedetail mungkin” perintah Fano.
“Tapi Presdir, bukannya data karyawan baru sudah Presdir terima dari Yunas” jawab Naon. Namun mata Fano malah melotot menandakan perintah Presdir tidak boleh dibantah.
“Maaf Presir, saya salah. Siap laksanakan tugas. Saya undur diri Presdir” jawab Naon.
Naon meninggalkan ruangan Presdir untuk membersihkan diri. Presdir Fano yang memegang Data Dakota Kaif ada yang janggal. Data pribadi Dakota Kaif tidak lengkap, baik dari data pribadi, keluarganya juga seperti misterius.
“Data gadis jelek ini tidak lengkap, kenapa dia bisa diterima di Perusahaan. Bahkan foto copy Izajahnya saja tidak ada, hanya surat keterangan lulus dari Kampus Z. Memangnya kenapa dengan Izajahnya? Tapi foto copy transkrip nilainya ada. Bahkan nama di SKL Dakota Kaif tidak ada penambahan, sementara di transkrip nilai Dakota Kaif A. Kenapa ada penambahan A? Tidak mungkin Kampus Z salah menulis nama, apalagi untuk transkrip nilai. Nama terakhir itu marga atau singkatan dari ayahnya tapi data ayahnya saja tidak diketahui” batin Fano memegangi data Dakota.
BERSAMBUNG............
Hai Para Reader yang setia.😊
Mohon like dan Komentarnya untuk membangkitkan semangat dari penulis.
Semoga novel pertama saya menghibur reader semua. Terima kasih sudah mampir.🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Sulisayaheaisyah Sulis
namanya naon🤭
2023-03-03
0
Longk Harti
masih menyimak...belum terlalu ngeh tp menarik heehe
2022-06-07
0
istriHanbinPacarKyungSoo
naon?
2021-08-27
1