Shattered

Shattered

Bab 1.

Rintikan hujan terus membasahi jalanan, Hazel menatap kearah jendela cafe sambil meminum secangkir coklat panas. Gadis berambut panjang itu menatap sendu tanpa bosan menatap jalan itu. Setelah menghabiskan cokelat panas favoritnya ia pun berjalan keluar cafe. Sambil memakai jaket hitam dengan tudung yang menutupi kepalanya, ia berlari kecil menuju tempat kerjanya yang tak jauh dari cafe.

"Wow, kau hampir telat Zel."seru Delia—sahabat Hazel sekaligus rekan kerjanya. Hazel hanya memberikan senyuman dan duduk ditempatnya.

"Berkas apa ini?" tanya Hazel melihat berkas yang terletak di meja kerjanya. Hazel langsung membuka berkas itu.

"Kasus baru, klien meminta kita untuk memenjarakan pelakunya." jelas Delia.

"Kasian sekali bocah ini," Hazel membaca berkas kasus yang dipegangnya. Kasus tabrak lari yang menyebabkan anak laki-laki berusia tujuh tahun tewas ditempat.

"Tulah, aku geram dengan pelakunya yang tak tau diri itu!" gerutu Delia.

"Maksudmu?"

"Pelaku itu tidak ingin dipenjara, dia juga membawa pengacaranya, Hazel kita harus menang dalam kasus ini!" serunya menggebu-gebu.

"Ya itu harus." ucap Hazel sambil fokus mempelajari kasus barunya ini. Tiba-tiba sekretaris atasannya memanggil Hazel.

"Nona Hazel, anda dipanggil pak Edzhar." ucap Zayn langsung pergi setelah memberitahu Hazel. Hazel hanya mengangguk pelan.

"Astaga sekretaris itu dingin sekali," gerutu Delia melihat Zayn yang terkenal dengan irit bicara, tidak mudah didekati oleh siapa pun. Hazel hanya mengangkat bahu tidak peduli, ia pun bergegas berjalan keluar ruangannya.

"Tolong pelajari lagi ya kasus itu, aku mau bertarung diatas," Hazel berdiri dari tempatnya sambil merapikan pakaiannya.

"Hah? Bertarung?" tanya Delia mengernyit bingung dengan ucapan Hazel.

"Cih, masa kau tidak tau...biasalah si raja Simba." gemas Hazel berjalan keluar ruangan.

Beberapa detik kemudian Delia baru paham, tergelak baru menyadari ucapan abstrud sahabatnya. Hazel menggeleng-geleng kepala melihat tingkah Delia.

"Hahaha semangat!" ledek Delia menatap kepergian Hazel yang sudah menutup pintu ruangan. Delia tahu gadis itu pasti mendengar ledekannya dari luar. Hazel berjalan kearah lift menuju ruangan atasannya. Sampai di sana Hazel terdiam di depan pintu sambil mengumpulkan energi untuk berdebat dengan atasannya itu.

Hanya Hazel yang berani berdebat dengan atasannya yang selalu marah tidak jelas. Pengacara lain tidak ada yang berani berkutik didepan atasannya, lebih baik mereka tidak berurusan dengan atasannya.

Hazel menghela napas dan mengetuk pintu

"Permisi pak,"

"Apa kamu tau ini sudah jam berapa?!" cerocos pria itu duduk di kursi kebesarannya menatap tajam kearah Hazel yang terlambat lima menit menemuinya.

"Maaf pak, saya ada sedikit urusan tadi." jawab Hazel pelan.

Edzhar menghela napas pelan lalu menghempas berkas yang dipegangnya tadi di atas mejanya.

"Saya ingin kamu mempelajari kasus ini!" titahnya menatap kearah Hazel.

"Saya Pak?" tanya Hazel menunjuk dirinya sendiri.

"Coba kamu liat sekeliling kamu, ada orang nggak selain kamu hah??" kesalnya sambil melonggarkan dasi yang ia kenakan.

"Ada pak, selain saya kan ada bapak disini." ucapnya polos menatap atasannya.

Bagai singa yang ingin menerkam mangsanya, Edzhar menatap dingin kearah Hazel. "Apa kamu mau dipecat?! Tidak usah berdebat panjang hari ini...saya udah stres tambah liat kamu makin naik tensi saya!!" gerutu Edzhar sambil memijat kepalanya.

Hazel hanya terkekeh lalu dengan segera ia mengambil berkas yang ada di atas meja Edzhar, tertegun dengan berkas yang dipegangnya.

"Pak bukannya ini kasusnya ditutup, kenapa bapak meminta saya mempelajari ini?" tanya Hazel.

"Lakukan saja apa yang saya minta, nanti kamu paham sendiri." ucap Edzhar berdiri dan menatap jendela besar ruangannya. Hazel kembali memperhatikan lagi berkas yang dipegangnya. Hazel tertarik dengan kasus ini, ia kemudian melihat foto-foto bukti pembunuhan yang tertera di berkas itu.

Aneh. Pikir Hazel setelah melihat bukti-bukti itu, ia melirik sekilas kearah atasannya yang masih setia menatap kearah luar. Hazel menutup berkas itu lalu berjalan kearah atasannya.

"Pak, di mana pelaku itu?" tanya Hazel.

Edzhar berbalik badan, sambil menghela napas,

"Tidak tau, seharusnya dia sudah keluar sekarang," lirih Edzhar kembali menatap luar.

Hazel tertegun tidak biasanya atasannya ini berbicara selemah itu. Hazel yakin ada hubungan Edzhar dengan Muaz, si pelaku pembunuhan lima tahun yang lalu.

"Kalau begitu saya permisi," pamit Hazel sambil membawa berkas, lalu berjalan keluar ruangan. Hazel berjalan cepat menuju ruangannya, tanpa sengaja ia mendorong keras pintu ruangan kerjanya.

Braak.

Delia yang mendengar itu langsung terkejut, ia menoleh kearah Hazel. "Hei, kau bikin jantungku keluar dari tempatnya!" gerutu Delia, namun gadis itu tetap baik dengan sabar ia menutup pintu ruangan.

"Oh maaf, aku tidak sengaja." sahutnya Hazel sambil menyusun kertas-kertas yang berantakan di mejanya, lalu meletakkan berkas itu disana.

"Berkas apa ini?" tanya Delia menghampiri Hazel.

"Berkas pembunuhan lima tahun yang lalu, Pak Edzhar suruh aku buka kasusnya lagi," jawab Hazel.

"Wow nggak biasanya Pak Edzhar membuka kasus," ucap Delia.

Hazel hanya diam, lalu ia kembali membuka berkas itu. Membaca secara detail kasus pembunuhan pria tampan yang membunuh kedua orang tua pria itu sendiri.

"OMG ganteng banget!!" pekik Delia langsung merampas foto dari tangan Hazel.

"Ya ampun sayang sekali ganteng-ganteng pembunuh, parahnya dia tega amat bunuh orangtuanya," lanjutnya lagi, lalu Delia melirik kearah foto-foto yang lain.

"Ooo ini yaa berita yg viral lima tahun tuh," gumam Delia.

"Pernah viral?" tanya Hazel yang tidak tahu mengenai berita heboh itu.

"Ya ampun Zel, berita ini sering dibicarakan waktu kita di kampus, masa kamu ngak dengar apa-apa berita ini sih," Delia langsung mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan berita lima tahun yang sempat viral di media sosialnya pada Hazel.

"Hehehe aku ngak terlalu peduli sih soal itu." cengirnya tanpa sengaja melirik berkas kasus baru yang baru mereka dapat tadi pagi.

"Del sudah dapat titik temunya?" tanya Hazel lagi.

"Udah, yang itu biar aja aku yang urus. kamu urus aja kasus abang ganteng ini, aku yakin ada alasan pak Edzhar suruh kamu buka kasus ini lagi." seru Delia.

Hazel mengangguk, ia pun kembali membaca skenario kasus pembunuhan itu. Hingga berjam-jam ia mempelajari kasus itu.

Sementara itu ditempat lain, pria yang baru saja keluar dari penjara menatap kosong kearah langit. Muaz menghela napas berat, lalu ditatapnya jam tangan yang sudah usang yang dikenakannya sekarang. Muaz berjalan melewati taman, namun ia kembali mendengar kata 'pembunuh' yang masih melekat dalam dirinya. Orang-orang disekitar taman terlihat takut, bahkan ada yang tergesa-gesa lari menjauhi Muaz. Walaupun begitu, Muaz tidak lagi peduli dengan ucapan mereka. Ia pun membiarkan orang-orang itu mencapnya sebagai pembunuh.

Muaz berjalan gontai tak tau arah. Lima tahun didalam jeruji besi, ia sudah banyak melihat perubahan dari kotanya. Tanpa terasa ia malah salah jalan, tiga orang preman berbadan besar menghadang jalannya.

"Wah...wah...ini si pembunuh yang terkenal itu?" ucap salah satu dari mereka. Muaz hanya diam menatap dingin kearah mereka.

"Minggir," ucap Muaz dingin sambil menggeser mereka, namun siapa sangka preman itu kembali menarik tangan Muaz dan membuat Muaz jatuh.

"Hahahaha, dasar lemah...katanya pembunuh tapi ini apa, cuih menyedihkan!" ledek mereka lagi.

Muaz berdiri lagi, menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan. Salah satu dari mereka mencoba menarik tas yang dipegang Muaz. Tanpa basa-basi Muaz melintirkan tangan preman itu, dan menendang kuat preman itu. Seketika kedua preman yang tergelak tadi diam, melihat teman mereka, langsung menghajar Muaz.

Namun sayangnya mereka kalah cepat, Muaz langsung mematahkan kaki salah satu dari mereka, membuat mereka saling beradu dan jatuh bersamaan. Muaz langsung berjalan melewati ketiga preman yang tersungkur tadi. Tanpa memperdulikan rintihan ketiga preman itu.

Terpopuler

Comments

Fiza Chelsea

Fiza Chelsea

hadir thor

2023-08-04

1

Adama Askara

Adama Askara

kayaknya mantap nih ceritanya 👍

2023-08-01

1

Mulyati Wahyuni

Mulyati Wahyuni

nyimak dlu

2023-05-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!