Di tengah obrolan, mereka melihat keenan menggendong tas seperti mau pergi.
"Abang!!" panggil isal setengah berteriak.
Keenan menoleh sejenak.
"Apaa?"
"Mau kemana? Kok bawa tas?" penasaran isal.
"Keluar bentaran" ucap keenan berlalu.
"GAK BOLEHHH" larang isal menghentikan langkah keenan.
"Abang kan tau kalau aku takut ditinggal dirumah, kalau ada apa apa gimana?" ujar isal dengan nada sedikit tinggi.
Bella agak terkejut sekaligus bingung mendengar ucapan isal.
"Kan kalian berdua, gak sendiri"
"Tapi kan, tapikan bangg ihhh"
"Duh gimana yaa? kalau gue tinggal, gue pernah ninggalin isal sendirian dan dia masih trauma kejadian pencurian dulu. Tapi kan ini ada bella" pikir dalam hati keenan.
"Keenan malem malem mau kemana sih?" hati bella penasaran.
"Bentar doang kok dek" ucap keenan nekat pergi.
"Abanggg ihhh!" teriak isal.
Pandangan bella membulat terkejut. Bukan terkejut lagi tapi kaget, keenan memang sangat keras kepala.
"Sabar dek, gapapa kan kita berdua" ucap bella menenangkan isal.
"Tapi kak..."
"Tenang isal, kan ada kak bella disini"
Isal memandang bella sangat teduh.
Keenan baru saja tiba di Warnet yang biasa dia dan teman temannya menghabiskan waktu bermain game online. Disana dia tidak sendiri, kedua sahabatnya itu sudah berada disana, menunggunya.
"Wihh ini dia orangnya, baru di omongin" ujar zakki.
"Ngomkngin apa?" keenan yang baru masuk nampak bingung.
"Gakk" ucap zakki. Sudut matanya menatap jovial kemudian tersenyum penuh misteri.
Keenan acuh, dia tidak peduli. "Dasar!".
Keenan segera duduj di kursi, tepatnya di sampingnya jovi, tengah mendengarkan musik melalui Earphone di telinganya yang terpasang satu.
"Lesu amat?" tanya jovi tanpa memalingkan pandangan dari monitor.
Keenan paham. Jovi memiliki sifat peduli yang sangat tinggi dan selalu peka dengan keadaan. Dia juga yang paling alim sendiri di antara mereka bertiga. Jadi tidak salah, kalau keenan selalu jujur apa adanya ketika jovi yang bertanya, dibandingkan zakki yang banyak bercanda dan tidak bisa di ajak serius.
Keenan menghela nafas lelah. "Berat jov.."
Tiba tiba jovi berdiri dari kursinya. "Ikut gue yok" ucapnya kemudian beranjak.
Keenan menggerenyit heran melihat jovi yang mengajaknya keluar, tetapi akhirnya dia mengikutinya.
"Woii kemanaa? bentar lagi main nih" zakki panik melihat kedua sahabatnya pergi kekuar dari ruangan.
"Beli cemilan" ucap keenan asal.
Bodohnya, zakki percaya saja. "Oke, nitip sekalian".
Jovi dan keenan audah sampai di tempat penjual makanan pinggir jalan. Mereka tengah menunggu minuman yang baru saja di pesan.
Setelah jovi menyalakan rokoknya dia memberikan korek api beserta bungkus rokok miliknya kepada keenan. Keenan mengambil satu batang, kemudian menyalakannya dan mulai menghisap rokok itu.
"Lagi ada masalah?" tanya jovi.
Keenan menghela nafas lelah. "Iyaa, gue di jodohin jov".
Jovial tidak begitu terkejut sama sekali mendengar kabar itu, Keenan sama sekali tidak heran, sahabatnya satu itu selalu bisa berpikir jernih dan positif apapun keadaanya.
Keenan menikmati rokoknya untuk sesaat. Sedangkan jovi dia diam menunggu sahabatnya bersiap untuk menyimak.
Keenan mengingat kejadia beberapa hari lalu. "Bunda maksa gue buat nerima perjodohan itu. Dan sialnya, pernikahannya minggu depan"
"Alesannya konyol, masa iyaa? gue di jodohin cuma gara gara kenakalan yang sering gue lakuin. Gila bunda gak mikir apa yaa kalau gue masih SMA?"
Keenan menghisap rokoknya, lalu melanjutkan ceritanya.
Keenan mengadahkan kepalanya ke langit. "Gue sebenernya juga kasihan sama Bunda atas sikap perlakuan gue selama ini. Jujur gue emang nakal, tapi nakal gue wajar gak sampai keterlaluan".
"Menurut keinginan itu sama aja itung itumg balas budi. Apasih yang Bunda Ayah gue harapkan dari gue yang seperti ini. Banyak waktu yang gue buang buat main main. Mungkin emang udah jalannya, buat menyadarkan gue kalau hidup bukan cuma untuk bersenang senang.
"Lu, dijodohin sama—" jovi berhenti sejenak. "Belka?" tebaknya.
Keenan mengangguk kaku. Dia sedikit terkejut, bagaimana bisa jovi mengetahuinya.
"Sorry, gue gak sengaja liat ku ngasih data diri bella ke kantor. Pas itu gue udah curiga, dan ternyata benar bella masuk sekolah kita. Di kelas juga, kalian keliatannya deket. Yaa, memang gak terang terangan tapi gue paham aja sih" ujar jovial.
Kali ini jovi penasaran. "Bellanya gimana?"
"Dia juga gak bisa nolak. Ternyata, perjodohan itu sudah dibuat bertahun tahun yang lalu oleh bunda gue sama sahabatnya. Sahabat bunda gue itu mamanya bella, tapi sekarang beliau sudah tiada jov".
"Lu udah kenal bella?" tanya jovi.
Keenan langsung menggeleng. "Kita baru pertama ketemu kemaren kemaren jov. Gue gak tau asal usulnya, dimana tempat tinggalnya, keluarganya dan semua dari dia gue gak tau. Tau tau udah dirumah aja".
"Ngapain mikir itu?" Pertanyaan jovi membuat keenan penasaran.
"Siapin mental, tata hati lu sendiri dulu sebelum memikirkan bella. Pikirkan apa yang akan lu hadepin nanti. Emang lu udah siap nikah?" tanya jovi.
Keenan menggelengkan kepalanya lesu "Gak tau" jawabnya ragu.
"Lu udah ada perasaan sama bella kan?"
Keenan tertunduk diam. Dia bingung, hatinya masih tidak terima.
"Yaudah kalo itu gak bisa dipaksa, kalian butuh waktu. Gue yakin, belka juga sama bingungnya kaya lu. Tapi percayalah Nan cinta itu datang karena kebiasaan".
"Ngenes amat hidup gue sampe dijodohin segala" Keenan tertawa hambar.
"Hehh, dibalik kejadian yang menimpa seseorang pasti ada hikmah yang tersembunyi. Jangan diliat dari sisi luarnya saja". ucap jovi menepuk pundak keenan lalu berdiri.
"Ohh iyaa. Mulai sekarang, lu mesti bikin bella tertarik sama lu, cepat atau lambat sebelum orang lain mengambil hatinya. Minimal bikin dia nyaman" jovi serius mengucapkan itu.
"Cepat atau lambat pasti akan ada banyak cowo yang suka sama dia nan dan gue yakin cowok-cowok bakalan banyak yang ngantri buat dapetin hatinya bella, bahkan seorang zakki sekalipun. Pikirkan lagu nan, pernikahan bukan hal main main. Gue cuma bisa bantu semampunya. Semua keputusan ada di tangan kalian berdua. Kalau kalian serius pasti jalannya akan mudah".
Ucapan jovial langsung masuk kedalam memori ingatan keenan, hingga membuatnya berpikir akan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Keputusan ada padanya dan bella, sesuai ucapan jovi.
"Banyak hal yang harus dihadapi kedepannya. Tetep jadi diri lu sendiri" lanjut jovi.
Setelah tidak ada yang dibicarakan lagi, keduanya langsung kembali.
"Njeeeng lama amat lu berdua homoan apa. Mana cemilan gue?" tanya zakki tidak sabar.
"Gak ada cemilan, adanya cepuluh hahaha. Ayoo invite". jovi tertawa dan mengajak zakki bermain game.
Keenan duduk sebentar untuk mematikan komputernya. Setelah itu, dia berdiri membawa tasnya dan menyalakan rokok yang tadi dibelinya.
"Ehh mau kemana lu? Belum juga maen. Woiii!" zakki panik melihat kepergian keenan.
"Biarin. Ayolah maen" jovi menyela
"Kampret, kalian berdua jadi aneh gini".
Keenan bergegas pulang. Dia mengendarai motornya, damapi dirumah, waktu menandakan sudah jam 10 malam.
Begitu masuk kerumah. Dia mendapati rumahnya sepi tidak ada suara dari adiknya dan bella. Tetapi, semua lampu rumahnya masih menyala. TV diruang keluarga juga menyala.
Keenan berjalan kearah ruang keluarga. Saat sudah sampai, adiknya dan bella yang dia cari sudah tertidur pulas di tempat yang berbeda. Bella tidur meringkuk di atas sofa, sedangkan isal tidur di kursi bulat kesukaanya. Bungkus makanan ringan berserakan, dan juga botol botol minuman dingin.
"Huhh sejak kapan kalian belajar begadang?" gumam keenan.
Setelah itu keenan bergerak menghampiri adiknya. "Dek dekk, bangun pindah ke kamar" ucapnya sambil menepuk nepuk pipinya isal.
"Ehmmh. Kenapa bang? aku masih ngantuk" isal meracu, karena tidurnya terusik.
"Hehh, pindah kamar" bisikan keenan cukup manjur. Adiknya itu langsung berdiri dari tempatnya, tetapi dengan tubuh yang sempoyongan.
Keenan segera membantu adiknya menuju kamar dengan cara merangkulnya. Setelah memastikan isal tidur. Keenan kembali ke ruang kekuarga untuk membangunkan bella.
"Bangun. Pindah ke kamar" ucap keenan sambil menggoyangkan bahu bella dengan pelan.
Berkali kali keenan melakukan itu. Tetapi, tidak ada perubahan sama sekali yang ditu jukan oleh bella. Gadis itu masih terlelap dengan damai di atas sofa.
"Huhh, kasihan juga" batin keenan.
Akhirnya keenan menyudahi usahanya membangunkan bella. Dia beranjak ke kamar tempat bella tidur untuk mencari selimut. Tidak lupa, dia juga ke kamarnya mengambil selimut miliknya sendiri. Dia terpaksa menemani bella tidur diruang keluarga.
Keenan memandangi tubuh bella dari bawah menuju ke atas secara perlahan. Hingga tatapan matanya terkunci dibsatu titik. Yaitu, tepat diwajahnya bella yang tengah terlelap.
Keenan tidak bisa mengelak. Matanya jujur melihat kecantikan di wajah itu. Bella memiliki kulit yang putih dengan rambut hitam kecoklatan lurus. Kedua pipinya menampilkan rona merah meskipun tidak terlalu jelas. Hidungnya mancung. Lalu, bibirnya berwarna pink alami.
Keenan menahan senyum, entah sengaja atau tidak. Selanjutnya, dia menyelimuti tubuh bella dari ujung kaki samapi ke leher. Karena merasakan ada yang menyelimuti. Bella langsung mendekap selimut itu, kemudian bergerak mencari posisi nyaman.
Lagi-lagi keenan hanya bisa menahan senyum melihat itu. Sesaat setelah itu, dia beranjak merebahkan tubuhnya di sofa yang lain karena rasa kantuknya mulai menghinggapinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Fhivie
suka Ama karyamu kak Thor...
jadi keinget masa SMA...gemesh sama Keenan..
semangat ya kak..
2021-08-03
0
Nelly Faisal
bagus kog ceritanya saya suka thor semangat ya thor
2021-07-14
1