"Kamu ajak bella kemana aja? Terus kenapa itu jaketmu dipakai bella? Terus bella kok cuman pakai sandal? Bunda ingat tadi dia berangkat pakai sepatu" Tanya bunda bertubi tubi.
Keenan mengerenyitkan dari melirik kearah isal yang mengangkat kedua jarinya, damai kak.
"Bella kamau apain!" tuduh bunda.
Keenan menghela nafas lelah. "Tanya dia sendiri aja nda" Setelah mengucapkan itu, dia melenggang ke kamar begitu saja.
"Keenan!!! dasar ini anak yaa. Awas kalo macem²" bunda kesal melihat sikap keenan acuh.
"Bella, kamu kemana aja sama keenan hmm?"
"Tadi itu.. kita cuman liat acara musik aja tante" ucap bella malu mengingat hal yang dilakukan keenan kepadanya.
Bunda kurang puas mendengar jawaban itu, tapi dia berusaha mengerti. Yang penting bella baik² saja.
"Hmm yaudah, kamu mandi dulu aja, habis itu makan gausah sungkan lagi kamu udah jadi keluarga kita"
"Iyaa tante terimakasih, kalau gitu bella permisi ke kamar dulu, mari om" pamitnya di angguki oleh bunda dan ayah.
"Kak besok berangkat bareng adek aja yak?" teriak isal
Bella tersenyum mengiyakan permintaan isal, setelah itu dia melangkah menuju kamarnya.
Tiba dikamar, bella langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, saat dia melepas jaket milik keenan, dia mencium harum parfume yang menarik perhatiannya.
Dia sampai lupa diri karena terhipnotis aroma parfume milik keenan, aroma itu begitu menggodanya.
"Bodoh, kenapa malah aku endusin sihh" bella merutuki tingkahnya setelah sadar.
Setelah selesai, bella mengenakan piyama tidurnya lalu berinisiatif pergi kedapur untuk makan.
Cklekkk
Bella membuka pintu kamarnya. Entah kebetulan apa, keenan juga membuka pintu kamarnya.
Untuk beberapa saat tatapan mata keduanya saling terkunci satu sama lain. Setelah sadar mereka jadi salah tingkah, mengingat ada kedekatan yang tidak sengaja tercipta beberapa waktu lalu.
"Bisa imut juga.." batin keenan menyadari.
Bella sengaja menggerai rambutnya yang masih terlihat basah, wajahnya begitu cerah seusai mandi, ditambah setelan piyama pendek berwarna pink yang membuatnya terlihat feminim.
Disisi lain, bella juga baru sadar kalau keenan terlihat manis malam ini.
Rambut keenan acak² an, wajahnya terlihat begitu segar, pria itu mengenakan celana pendek selutut dan kaos hitam polos membuatnya terlihat keren.
"Mmmau makan?" tanya keenan setenang mungkin.
"Iyaa" entah saat ini susah bagi bella menatap kearah keenan.
"Yaudah ayooo bareng" ajak keenan diikuti bella dengan malu².
Mereka mengambil makan malam bergantian, setelah itu duduk di meja makan berdampingan. Hanya bunyi dentingan sendok dan piring yang terdengar, keduanya fokus menikmati makan malam saat itu.
"Kalau besok belum siap sekolah gak usah masuk dulu" keenan buka suara setelah makannya habis.
Bella terdiam beberapa saat "sudah siap kok" singkatnya.
"Ohh, hmmm habis ini gw mau ngomong. Tunggu dikamar nanti gw kesana" ucap keenan sambil membawa peralatan makannya untuk dicuci, tanpa menunggu jawaban dari bella.
Bella sedikit terkejut, dia membayangkan apa yang akan keenan bicarakan nantinya.
Beberapa saat kemudian, keenan mengetuk pintu kamar bella saat jarum jam menunjukan angka setengan 12 malam.
Bella membuka pintu kamarnya kemudian mempersilahkan keenan masuk, dia tidak nyaman sebenarnya berduaan dengan keenan. Tetapi mau bagaimana lagi.
Bella melihat keenan sudah duduk di sofa kamarnya, lalu meraih remote TV dan menyalakannya.
Bella bergumam bingung. "Katanya mau ngomong, kok malah nyalain TV" dia masih belum beranjak dari tempatnya.
"Ngapain masih disitu?" tanya keenan heran.
"Ehhh" Bella sadar dengan ragu dia menutup pintu lalu berjalan mendekat kearah sofa.
"Duduk aja" perintah keenan mempersilahkan bella duduk di sampingnya.
"Duhhduhh, kok jadi deg² an gini, tenang yaa jantung" Batin bella tidak nyaman.
"Gw terima perjodohannya, gw juga setuju pelaksanaan waktu pernikahan seperti yang disampaikan bunda" ujar keenan tanpa mengalihkan pandangan dari layar TV.
Dia terlihat sangat tenang, padahal perasaan hatinya tidak bisa digambarkan.
Bella merasa jantungnya hampir mau copot karena terkejut mendengar keputusan keenan, bagaimana tidak? sebelumnya dia tau sendiri kalau keenan menolak keras perjodohannya.
Keenan kembali membuat bella terkejut.
"Kita berdua harus tinggak sendiri setelah menikah"
Bella langsung bisa mencerna ucapan keenan.
"Tinggal sendiri hanya aku sama keenan? Gak! aku gak mau" batin bella tidak setuju.
Dia tidak berani mengucapkan itu, tetapi gelengan kepalanya dapat ditangkap oleh keenan.
Keenan menghela nafas. "Kali ini gw gak main², gw udah capek bahas masalah ini terus menerus. Mungkin bunda nikahin gw supaya gw kapok jadi anak bandel lagi, biar gw berpikir dewasa dan belajar bertanggung jawab".
Keenan mengucap, "Mungkin cuma ini yang bisa membuat bunda dan ayah bahagia, melihat gw menikah. Apasih yang diharapkan mereka dari anak seperti gw?"
Bella diam, dia tidak menyangka kalau kehidupan keenan seperti itu.
"Maaf aku belum siap kalau tinggal sendiri" akhirnya bella berani jujur mengungkapkan itu.
Keenan menghela nafas, dia sudah menduganya.
"Gue bahkan gak mikir bakalan bilang gitu, gw juga belum siap kalau harus tinggal sendiri. Taoi gw ingin mencobanya dan belajar dari awal, entah nanti hasilnya akan seperti apa yang penting semuanya sesuai keinginan gw"
Keenan menatap lekat mata bella, dia berharap banyak, "lo, mau kan?".
Itu adalah permintaan tulus yang bella dengar dari mulut keenan tuk pertama kalinya sejak mereka bertemu, sungguh tidak menyangka keenan akan seperti itu.
Bella yang mendapat tatapan intens dari keenan hanya diam tidak berani membalas, sejujurnya dia tidak mau tapi karena mendengar permintaan tulus dari keenan perlahan keputusan hatinya berubah.
"Bella?" untuk pertama kalinya keenan menyebutkan nama. Seperti aliran listrik yang masuk melalui telinganya.
Bella menghela nafas untuk menenangkan pikirannya, keputusan yang berat memang.
Bella mengangguk pelan menjawab permintaan keenan karena lidahnya tidak dapat digerakan, rasa gugup juga melanda hatinya dan detak jantungnya sudah tidak normal sejak keenan memanggil namanya.
"Mengapa jantungku selalu berdetak sesaat melihat dirinya" batin bella malu.
Setelah melihat bella mengiyakan permintaannya, keenan berucap, "Makasih" sengan senyuman.
"Ehh iyaa, kalo boleh tau, Kenapa mau terima perjodohan ini?" ucap keenan.
Keenan langsung melihat perubahan di raut wajah bella setelah dia bertanya.
"Kalo gak mau cerita, gakpapa kok"
Ucapan keenan tadi membuat bella teringat almarhum mamanya, saat² bahagia dan kenangan indah bersama sang mama dulu pun mulai muncul di dalam pikirannya.
Air mata mulai mengalir dipipinya.
Keenan menyadari kesalahannya, sehatusnya dia tidak menanyakan hal seperti itu kepada bella untuk saat ini.
"Udah² gausah dipikir lagi sorry gue gak ada maksud bikin lo sedih" keenan merapatkan duduknya lalu mengelus tangan bella dengan rasa bersalah.
"Aku cuman kangen mama" ucap bella setegar mungkin setelah menyeka air matanya.
Keenan terdiam sambil mengangguk pelan, hatinya menghangat mendengar ucapan bella. Dia tidak sanggup berlama lama di dekat bella yang memperlihatkan kesedihannya, hatinya bisa mencair kapan saja.
"Yaudah jangan nangis lagi, gw mau balik ke kamar dulu. Jangan lupa besok sekolah".
"Makasih yaa, soal tadi" Keenan berbalik menatap kearah bella.
Bella mengangguk pelan.
Keenan mempersembahkan senyum manis kepada bella untuk pertama kalinya, begutu pula sebaliknya. Bella membalas dengan senyuman mengembang, dia tidak tau kenapa sudut bibirnya bisa melengkung ke atas tanpa diminta.
Keduanya saling melambaikan tangan sebelum pintu tertutup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments