Satu minggu sudah berlalu sejak Arzena terkontaminasi oleh Devil.
Setelah dua kali Dave memberikan Devil secara gratis kepada Arzena, ia mulai meminta bayaran dengan harga yang sebenarnya tidak ada artinya untuk seorang Dave.
Siang ini, Arzena kembali berulah. Ia kembali menginginkan obat terlarang tersebut.
Ia yang sedari tadi hanya dikamar kini mulai gelisah hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi menemui Dave di mansion nya.
Arzena pergi dengan menggunakan sebuah taxi. Didalam taxi pun ia bergerak gelisah.
Tak berselang lama akhirnya ia sampai di mansion Dave.
Ia segera berlari sempoyongan masuk kedalam mansion Dave.
"DAVE BERIKAN DEVIL PADAKU!" Teriak Arzena dengan suara gemetar.
Tidak ada respon dari Dave.
"Hei, ada apa kau kemari?" Tanya Drick yang baru keluar dari ruang kerja Dave.
"Devil! Aku membutuhkan Devil!" Pinta Arzena berjalan dengan semampunya untuk mendekat pada Drick.
Drick menarik tangan Arzena untuk masuk kedalam ruangan kerja Dave.
Dave yang sedang berdiri dan menghisap rokoknya pun berbalik dan menatap Arzena dengan tatapan sulit diartikan.
"Dave, berikan Devil padaku!" Pinta Arzena segera berlutut dan memeluk satu kaki Dave.
Dave masih tidak bergeming dan terus menatap Arzena.
"Dave, aku mohon." Pinta Arzena lagi.
Dave kini tersenyum sinis.
Dave berjongkok lalu mencengkram kuat dagu Arzena.
"Bodoh! Kau tahu, hanya wajahmu saja yang mirip dengannya. Tapi tingkah mu menjijikkan." Ucap Dave geram.
"Aku mohon Dave. Aku butuh Devil sekarang." Pinta Arzena terisak sambil memeluk tubuhnya dan sesekali menggosok hidungnya.
"Akan aku berikan. Tapi aku butuh bayaran!" Ucap Dave berdiri lalu berjalan mendekati meja kerjanya dan mengambil sebatang jarum suntik berisi cairan dari laci mejanya.
"Berapapun akan ku bayar." Ucap Arzena.
"Aku tidak butuh uang mu." Ujar Dave menggoyangkan jarum suntik tersebut didepan Arzena membuat Arzena ingin merebutnya namun segera Dave menghindar.
"Beritahu apa yang kau inginkan! Apapun itu akan aku sanggupi." Mohon Arzena.
"Bayar dengan tubuhmu!" Ucap Dave dengan nada datar.
Dave sebenarnya tidak tertarik sedikitpun dengan Arzena hanya saja ia ingin memperlihatkan pada Arvina bagaimana ia bisa menghancurkan orang-orang yang Arvina sayangi.
"Apapun itu Dave." Ucap Arzena tanpa ada keberatan sedikitpun, bahkan ia saat ini ingin membuka pakaian nya.
"Tidak tidak! Tidak disini, tapi di rumahmu tepatnya di kamarmu." Ucap Dave lagi.
"Terserah di manapun itu. Berikan aku Devil sekarang!" Titah Arzena benar-benar sudah kritis obat terlarang tersebut.
Dave pun melemparkan jarum suntik tersebut pada Arzena dan Arzena segera menyuntikkan cairan haram itu pada tubuhnya.
"Arvina, pertunjukkan akan segera dimulai. Aku harap kau akan suka dengan hadiah spesial dari ku nanti." Ucap Dave menampilkan seringai menakutkan lalu berjalan keluar dari ruangannya mengabaik Arzena yang mulai dibawah kendali obat terlarang tersebut.
Drick juga mengikuti Dave karena ia tidak mendapat perintah untuk mengurus Arzena.
•••••••••••
"Hei sweety, apa kau tidak perlu makan siang?" Tanya Angelo yang daritadi melihat Arvina berkutat dengan pekerjaannya.
"Em..aku belum lapar. Kau duluan saja." Jawab Arvina sopan.
"Baiklah. Apa ingin menitip sesuatu?" Tanya Angelo perhatian.
"Tidak perlu." Ucap Arvina.
Angelo pun melenggang pergi.
"Hah, lelah sekali. Seandainya saja Ken ada disini, pasti tidak akan selelah ini." Gumam Arvina meluruskan otot-otot nya.
Arvina kembali berkutat dengan desain-desain nya yang ditugaskan oleh Angelo.
"Apa desain sebanyak itu bisa membuatmu kenyang?" Tanya seorang pria yang melangkah mendekat pada Arvina.
"Dia lagi." Gumam Arvina kesal.
"Makanlah dulu!" Titah Dave memberikan makan siang yang ia belikan untuk Arvina.
Seminggu ini Dave memang selalu rutin mengunjungi Arvina namun ia juga tidak melupakan rencana jahatnya karena Arvina selalu saja menolaknya.
"Dave, apa kau tidak lelah seperti ini terus? Menjauhlah dari ku!" Ucap Arvina kesal.
"Apa seperti ini caramu berbicara dengan atasan mu?" Tanya Dave santai sambil menata makanan yang ia bawa diatas meja Arvina.
"Tidak perlu mengeluarkan semua itu! Aku tidak lapar!" Ucap Arvina tegas.
Dave tetaplah Dave yang pemaksa.
Ia berinisiatif menyendok makanan didepan mereka dan menyuapi Arvina.
"Dave, sudah a .... "
Belum sempat Arvina menyelesaikan perkataannya, Dave sudah berhasil memasukkan makanan tersebut kedalam mulut Arvina.
"Pergilah! Jangan mengganggu ku lagi!" Titah Arvina kesal sambil mengunyah kasar makanan didalam mulutnya.
"Arvina, apa kurangnya diriku dibanding pria lemah itu?" Tanya Dave menahan geram.
"Bedanya adalah kau brengsek!" Jawab Arvina ketus.
"Brengsek ya? Baiklah. Akan ku tunjukkan padamu seberapa brengseknya diriku." Ucap Dave geram lalu bangkit dari duduknya dan berbalik meninggalkan Arvina.
Arvina merapikan makanan yang dibawa Dave tadi dengan niat nanti akan ia berikan pada pengemis jalanan.
Arvina kembali melanjutkan pekerjaannya dengan serius.
•••••••••••
"Astaga, hari sudah malam rupanya." Gumam Arvina saat melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
Arvina pun segera merapikan tumpukan pekerjaannya.
Setelah selesai, ia pun keluar meninggalkan ruangannya dengan menenteng bungkusan makanan dari Dave tadi.
Ia segera turun ke lobi gedung tersebut.
Saat sudah dilobi, Arvina melihat ada beberapa anak jalanan yang berpakaian kumuh sedang duduk disebrang jalanan.
Arvina segera menghampiri anak-anak tersebut dan memberikan makanan tadi untuk mereka.
"Makanlah! Ini untuk kalian. Semuanya masih bagus, tadi kakak hanya memakan sedikit saja." Ucap Arvina jujur.
"Terima kasih kakak. Semoga hari-hari kakak di penuhi kebahagiaan." Ucap Anak yang menerima bungkusan makanan dari Arvina.
Arvina mengangguk dan kembali ke halaman tempat magangnya lalu masuk kedalam mobilnya dan mengendarai mobilnya untuk kembali ke rumahnya.
"Astaga, kenapa perasaanku tidak enak begini?" Gumam Arvina.
Pikirannya selalu tertuju pada Arzena saat ini.
"Apa lagi yang akan terjadi kali ini?" Gumam Arvina lagi kemudian menambah laju mobilnya.
Tak berselang lama ia pun sampai dirumahnya.
Saat turun dari mobilnya, ia cukup kaget melihat sebuah mobil yang sangat ia kenali terparkir rapi didepan rumahnya.
Mobil tersebut adalah mobil Dave.
"Ada apa orang itu kemari?" Gumam Arvina bingung.
Ia pun segera masuk kedalam rumah, namun langkahnya menjadi pelan karena melihat beberapa helai pakaian wanita dan pria berserakan diruang keluarganya.
"Pakaian Zena?" Gumam Arvina memungut pakaian-pakaian tersebut.
Arvina segera melangkah naik kekamar Arzena, namun sebelum sampai didepan pintu kamar Arzena, telinganya mendengar suara desahan dan erangan yang begitu liar dari seorang wanita dan pria.
"Auch..Dave kau sangat hebat..lebih dalam lagi.." Ucap si wanita yang sudah pasti adalah Arzena.
"As your wish Nona Bi**h..eergh.." Ucap seorang pria.
Arvina segera membuka pintu kamar Arzena bersamaan dengan desahan dan erangan yang semakin dahsyat.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?" Tanya Arvina dengan teriakan penuh amarah melihat adiknya digagahi oleh Dave.
"Tenang saja, aku memakai pengamanan. Jadi kembaranmu ini tidak akan hamil." Jawab Dave santai lalu turun dari ranjang Arzena karena mereka sudah menyelesaikan permainan mereka.
Arzena sudah lemas tak berdaya.
Arvina menghampiri Dave dengan tubuh gemetar dan mengangkat tangannya hendak menampar Dave, namun entah kenapa tangannya seolah berat untuk menyentuh pipi Dave.
Dave meraih tangan Arvina yang terangkat, lalu menempelkan pada pipinya.
Dave bahkan tidak malu berdiri dalam keadaan telanjang didepan Arvina.
Air mata Arvina mulai mengalir, entah karena rasa kecewa atau apapun itu.
Dave meraih tangan Arvina memeluk lehernya dan ia mencium lembut bibir Arvina. Arvina hanya memejamkan matanya dengan air mata yang mengalir.
"Maafkan aku menyakitimu seperti ini. Tapi ini hanya hukuman yang tidak seberapa dengan penolakan mu kepadaku. Sudah aku bilang Arvina, aku akan menghancurkan satu persatu orang yang kau sayangi hingga kau yang datang dan memohon kepadaku untuk melepaskan mereka." Ucap Dave tepat ditelinga Arvina.
Dave kemudian melepaskan tangan Arvina dari lehernya dan mengenakan pakaian nya.
Ia kemudian mengeluarkan sebuah jarum suntik berisi cairan lalu menyuntikkan pada Arzena.
"Apa yang kau lakukan Dave?" Tanya Arvina melihat perbuatan Dave.
"Hanya bonus untuk adikmu tercinta." Jawab Dave dan keluar meninggalkan Arvina.
Arzena mulai meracau tak jelas.
Dan kini Arvina yakin suara teriakan malam hari itu memang milik Arzena.
Arvina luruh terduduk dilantai memeluk lututnya.
"Apa salahku? Kenapa semua ini harus terjadi padaku? Selama ini aku tidak pernah menyakiti siapapun. Aku bahkan selalu berusaha menjadi perempuan baik seperti yang Dad dan Mom ajarkan. Tapi kenapa semua ini menimpaku? Kenapa Tuhan?" Batin Arvina menangis tanpa suara.
Arvina sungguh tidak menyangka Dave bisa sekejam itu hanya karena penolakan dari nya.
...~ TO THE CONTINUE ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Ricka Monika
kalau menurut ku lebih baik arvina pergi diam diam dr kehidupan Meraka,dan lihat apa yg akan terjadi selanjutnya,apakah makin parah atau tdk,berusah pergi hilang ditelan bumi dan minta bantuan Deddy angkatnya
2023-09-01
0
Nilaaa🍒
hadir kakak
2021-08-06
1
Little Peony
Semangat selalu Thor ✨✨✨
2021-07-26
1