dinner yang tertunda

''Kayaknya dinner malam ini dibatalin dulu om, tante, Fel, soalnya papa ada urusan mendadak di luar negeri dan berangkatnya juga baru 30 menit yang lalu.''

''Ya ampun Jun, gimana sih. Padahal aku udah siap siap loh,'' Fely mengerucutkan bibirnya.

''Fely...'' Bunda mencubit tangan Fely. ''Aawww.''

''Sekali lagi maaf semuanya.''

''Gakpapa kok nak Arjun, kita bisa dinner lain kali kan,'' Ayah menepuk nepuk punggung Arjun.

''Sekali lagi maa...''

''Udah, jangan minta maaf terus.''

''Kita kan gak jadi dinner di luar mending dinner di sini aja biar bunda masakin makanan spesial. Gimana?''

''Maaf tante, tapi gak usah. Saya udah terlalu sering makan di sini.''

''Udahlah Jun, gakpapa. Hmm, omongan aku yang tadi lupain aja ya.''

''Iya aku udah lupain kok tapi kalo buat dinner di sini aku emang bener bener gak bisa soalnya ada urusan penting.''

''Ya sudah, kalau memang tidak bisa gak usah dipaksain,'' tutur Ayah menyudahi semua ini.

''Iya iya pak dokter yang sibuk,'' goda Fely.

Arjun berpamitan dengan keluarga Fely. Sebenarnya dia tidak ada pekerjaan malam ini, dia menolak tawaran bunda Fely karena merasa tidak enak pada keluarga mereka. Dia yang merencanakan acara ini tapi malah digagalkan oleh papanya sendiri.

''Percuma usahaku mendekati papa beberapa hari ini, lihatlah balasan yang ku terima. Aarrgghh sungguh memalukan. Sekali orang sibuk tetap saja sibuk.'' Tanpa disadari, dari tadi dia menekan klakson mobilnya yang menciptakan suara berisik di tengah tengah padatnya lampu merah.

''Sabar dong mas, tau lampu merah gak sih,'' ketus seorang wanita dari luar mobil.

Arjun tidak menanggapinya, setelah lampu hijau dia langsung memacu mobilnya ke arah rumahnya.

Tin tin....

Suara berisik klakson mobil Arjun menggugah satpam rumahnya yang sedang tertidur. Segitu tidak sabaran kah dia.

Arjun terus saja menyalahkan keadaan, dia pikir malam ini akan menjadi malam bersejarah di mana ini adalah pertemuan pertama antar dua keluarga yang akan melebur menjadi satu keluarga.

Fely my love : Jun, kamu baik baik aja kan?

Arjun : Iya sayang.

Fely my love : Beneran? Soalnya tadi aku lihat muka kamu keliatan kesel banget.

Arjun : Beneran baby. Sejak kapan sih, aku gak baik baik aja.

Fely my love : Katanya ada urusan penting, kok sempet buka handpone?

Pertanyaan Fely membuat otak Arjun berputar memcari alasan apa yang tepat untuk dia lontarkan.

Arjun : Iya, ternyata aku salah jadwal.

Fely my love : Ya ampun... lain kali harus konsen dong. Gimana kalo misal kamu lagi nanganin pasien terus gak konsen kayak gini yang ada sesat ntar.

Arjun : Iya iya bawel ku.

Fely my love : Paan sih.

.........

Di singapore...

Papa Arjun menuju ke sebuah rumah sakit yang sangat besar. Disepanjang perjalanan wajahnya terlihat panik, khawatir dan sedih.

Dari luar ruang ICU terlihat seorang wanita tengah terbujur tak berdaya, wajahnya pucat, tubuhnya dipenuhi oleh alat medis. Hati papa Arjun semakin hancur ketika dokter mengatakan umur wanita itu sudah tidak akan lama lagi.

Papa Arjun menangis di pojokan rumah sakit, dia tidak perduli dengan orang orang yang mencemoohnya. Bagaimana jika Arjun tahu akan hal ini, apakah dia akan turut berduka, apakah dia akan marah, atau dia akan ilfeel dengan kejadian ini.

''Dok, bukankah ada cara lain untuk menyembuhkan istri saya. Tolong dok tolong lakukan yang terbaik untuk istri saya, tolong selamatkan dia,'' Papa Arjun menggoncang tubuh dokter yang ada di depannya.

''Maaf pak, kami sudah melakukan yang terbaik yang kami bisa. Untuk hasilnya hanya tuhan yang tau.''

.

.

.

Malam itu hujan turun dengan sangat lebat. Melihat rintik hujan yang gemericik membuat Arjun teringat akan keluarganya. Sudah berpuluh puluh tahun dia hidup tapi tidak pernah sekallipun dia mendengar kabar tentang mamanya. Bahkan setiap kali dia bertanya akan hal ini papanya pasti langsung mengalihkan pembicaraan.

Terkadang saat Arjun berkunjung ke rumah Fely dia sering merasa iri akan kehangatan keluarga itu. Fely beruntung sekali memiliki ibu yang lembut dan pengertian serta ayah yang tegas dan selalu siap pasang badan untuk anaknya. Andai dia bisa merasakan hal serupa pasti akan sangat menggembirakan.

''Mama dimana sih, apa mama udah di surga atau di mana, Arjun pengen banget ketemu sama mama. Selama ini papa gak pernah cerita tentang mama walau hanya seujung kuku mamapun, papa tidak mau menceritakannya. Terkadang Arjun iri ngelihat orang orang yang disayang oleh ibu mereka, sedangkan Arjun... Arjun gak pernah merasakan itu ma.''

''Jangankan merasakan kehadiran mama, kehadiran papapun jarang banget aku rasain. Dari kecil Arjun lebih sering di asuh sama nany karena papa selalu sibuk sama urusannya.''

''Masalah karir memang bagus, tapi masalah kasih sayang Arjun masih kalah jauh. Tapi satu hal yang harus mama tau... Arjun sayang banget sama mama sama papa,'' Arjun terus memandangi rintik hujan dari jendela kamarnya.

Tok tok tok

''Den ada tamu.''

''Siapa bi?''

''Katanya sih pacarnya den Arjun.''

Dengan sigap Arjun menuruni anak tangga untuk menemui pacar kesayangannya itu.

''Hai sa....'' Ternyata Fely tidak datang sendirian, dia datang bersama Rei.

''Hai Jun, apa kabar kamu?''

Ekspresi wajah Arjun langsung berubah. ''Hai Rei kabar baik. Kamu sendiri gimana?''

''Baik.''

''Ini aku bawain martabak manis kesukaan kamu,'' Fely memberikan Arjun sebuah bingkisan.

''Temben ke sini hujan hujan begini?'' tanya Arjun.

''Tadi ada meeting di kantor, pas di parkiran aku lihat mobil Fely gak bisa dinyalain, inikan udah lumayan malam jalanan juga udah sepi banget mungkin efek hujan juga. Terus aku nawarin Fely buat pulang bareng. Pas ditengah jalan, ada tukang jualan martabak kata Fely itu martabak langganan kamu, kita berhenti dan beli beberapa martabak habis itu langsung ke sini. Kamu jangan salah paham ya,'' Rei menjelaskan panjang lebar.

''Ya ampun, kenapa gak hubungin aku aja jadinya ngerepotin kamu kan,'' sahut Arjun.

''Enggak kok, nggak repot. Malah aku senang bisa ketemu sama kamu. Udah lama juga kita gak ketemu,'' jawab Rei.

Mereka mulai asik bercerita ngalor ngidul sampai lupa waktu. Fely melihat jam tangannya, ''Hah...''

''Kenapa?'' Sontak Arjun dan Rei bertanya bersamaan.

''Udah jam sembilan, aku harus cepet cepet pulang kalau enggak ayah bakalan murka.''

''Ayo saya antarin,'' Rei mengajak Fely pulang.

''Gak usah Rei, biar aku aja, mending kamu langsung pulang pasti capek kan udah kerja seharian masa masih harus nganterin Fely,'' Arjun menyauti.

''Ya sudah kalau gitu saya pamit dulu ya,'' Rei berjalan menuju puntu.

''Pak Rei,'' panggil Fely yang menghentikan langkah Rei. ''Makasih ya tumpangannya.'' Rei tersenyum sambil menganggukkan kepalanya lalu melanjutkan langkahnya kembali.

.

.

.

bersambung

Jangan lupa like, komen, dan vote ya. Kalau punya poin banyak bisa dong kasih hadiahnya hehe.... Jangan lupa juga buat sampaikan kritik dan sarannya ya....

Terimakasih 😊

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!