meeting pertama

"Hai siapa kalian!" Teriak dokter Arjun.

Orang asing yang ingin mencelakai Rei langsung memutar badan mereka. Tanpa basa basi mereka langsung menyerang Arjun dan perkelahian tak dapat dielakkan. Tiba tiba ada seorang suster yang lewat di depan ICU. Dia melihat kejadian itu dan memanggil satpam rumah sakit untuk menangkap si pembuat onar, tapi sayangnya orang asing pembuat onar itu berhasil melarikan diri.

Lagi lagi tim rumah sakit harus menghubungi keluarga Rei. Begitupula Fely, padahal dia baru sampai di kantor tapi harus kembali lagi ke rumah sakit. Saat Fely sampai di rumah sakit, orang tua Rei sudah menuju pintu keluar.

''Bagaimana keadaan pak Rei?'' Tanya Fely pada orang tua Rei.

Bukannya menjawab pertanyaan Fely, Mama Arjun malah menbentaknya. ''INI SEMUA GARA GARA KAMU. DASAR PEMBAWA SIAL!!''

Mama Rei mengatakan itu karena beliau merasa masalah yang menimpa anaknya terjadi setelah dia bertemu Fely.

Kata kata itu bagai pedang bermata dua yang mampu menembus hingga ke jantung Fely. Jantungnya seolah berhenti berdetak, bibirnya kelu, tak ada satu katapun yang berani ia lontarkan untuk membantah wanita paruh baya yang ada dihadapannya itu.

''Ma, jangan teriak teriak, ini rumah sakit. Malu diliatin orang.'' Ucapan papa Rei membuat istrinya kesal. Dia menganggap kalau papa Rei membela wanita tak berguna itu (Fely). Mama Rei berjalan terlebih dahulu, meninggalkan suaminya.

''Maafin istri saya ya. Dia memang suka seperti itu.'' Papa Rei mengembalikan semangat Fely yang pergi entah kemana.

''Iya Pak, gak apa apa kok.'' Papa Rei pergi menyusul istrinya, sedangkan Fely melanjutkan langkahnya ke ICU.

Kata kata Mama Rei harus dilupakan, dunia harus tahu kalau semua baik baik saja. Memang berat, tapi harus diusahakan.

Langkah kaki Fely yang semakin mendekati ruang ICU mengalihkan perhatian Rei dan Arjun. Siapakah yang datang? Ternyata Fely.

''Kok balik lagi?'' Tanya Rei pada sekretarisnya.

''Iya Pak. Tadi saya dihubungi, disuruh ke sini. Katanya ada yang ingin mencelakakan bapak. Apa benar? Lalu bagaimana keadaan bapak sekarang?''

Loh, sedang apa wanita itu di sini? Pak? Kenapa dia manggil Rei dengan sebutan Pak? Kenapa mereka terlihat sudah saling mengenal? Bukankah kemarin wanita itu bilang, dia bukan siapa siapanya Rei. Bahkan mengenalnyapun tidak.

Kehadiran Fely membuat banyak pertanyaan berkecamuk di kepala Arjun.

''Keadaan saya baik baik saja berkat dokter Arjun.'' Rei menepuk lengan Arjun.

''Oh, kebetulan aja kok.''

Setiap kali melihat wanita ini ada perasaan tak wajar di hati Arjun.

...

Hari demi hari telah dilewati. Tidak terasa sudah satu minggu lebih Rei terbaring di rumah sakit. Karena semakin hari keadaannya kian membaik, akhirnya hari ini Rei diizinkan untuk pulang. Betapa bahagianya dia. Berhari hari terkurung di ruangan hampa dan sekarang diperbolehkan pulang. Bagaikan burung yang dilepaskan dari kandang. Kebayangkan, gimana senangnya.

Keesokan harinya, Rei langsung pergi bekerja. Semua karyawan yang menyaksikan hal itu turut berbahagia, termasuk Fely. "Selamat bekerja kembali Pak Rei." Fely tersenyum lebar menyambut kedatangan Rei.

"Hmm," jawab Rei dengan raut wajah datar tanpa ekspresi.

Ya ampun, ternyata benar kata semua orang. CEO PT. Golden Sentosa Abadi itu benar benar datar.

Tok tok tok.... Suara ketukan pintu.

"Masuk." jawab Rei yang tampak sibuk dengan laptop di depannya. "Ada apa lagi?" Tanya Rei ketika mendapati siapa yang datang.

"Maaf pak, saya cuma mau mengingatkan. Nanti jam 11.00 siang kita ada meeting bersama calon brand ambassador kita yang baru di restoran Amora.''

"Hmm.'' Hari pertama kembali ke kantor disambut oleh meeting bersama calon brand ambassador baru.

"Kalau begitu saya permisi," kata Fely sambil membungkukkan badannya dan segera keluar.

Meeting pertama bersama Rei membuat Fely gugup. Saking gugupnya, dia sampai kebelet untuk buang air kecil. Setelah itu, dia berhenti di depan cermin menatap wajah gugupnya. Semangat! Pasti bisa! Fely terus meyakinkan dirinya.

"Eh Fely!" Seorang wanita menepuk pundak Fely dari belakang.

"Oh hai Nita, kamu ngapain di sini?"

"Kerja dong, kamu sendiri ngapain di sini?" Nita bertanya balik pada Fely.

"Aku juga kerja di sini," jawab Fely.

"Oh, jadi Felysia sekretaris baru pak Rei itu kamu. Ya ampun, bisa bisanya aku gak ngeh.''

''Gakpapa Nit. Emang kamu kemana pas hari perkenalan kemarin?'' Tanya Fely.

''Aku pulang kampung, soalnya kakak mau nikah.''

"Pantesan aku gak lihat kamu. Btw, selamat ya buat kakak kamu.''

''Kamu kapan nyusul?'' Ucap Fely dan Nita bersamaan. Mereka tertawa lepas, suaranya menggema jelas.

''Aku tau, pasti kamu bakal ngonong kayak gitu.''

Dasar perempuan, kalau ngobrol suka tidak mengenal tempat dan waktu. Fely menceritakan awal pertemuannya dengan Rei sampai dia ditawari pekerjaan oleh orang tua Rei. Unik sekali, berawal daru kerampokan berakhir dapat keerjaan. Memang benar, yang namanya rezeki tidak akan tertukar.

Fely melihat jam tangannya. Ternyata sudah jam 10.30, dia bergegas mendatangi Rei. Baru saja membuka pintu, ternyata Rei sudah berdiri di hadapannya. Tidak mau membuang buang waktu, mereka langsung meluncur ke TKP.

''Mau pesen apa pak, buk?'' Tanya pelayan restaurant.

''Nanti saja, kami sedang menunggu seseorang.'' Fely menjawab pelayan tersebut karena Rei asik dengan ponselnya. Entah apa yang sedang dia lihat.

''Permisi, dengan Pak Rei dan Ibu Fely?'' ucap seorang wanita dengan tampilannya yang mempesona.

''Oh, iya. Silahkan duduk.'' Meeting pun dimulai. Tidak perlu bicara panjang lebar, wanita itu langsung tertarik dengan produk produk yang diproduksi oleh PT. Golden Sentosa Abadi. Wanita itu langsung menandatangani kontraknya dengan perusahaan Rei.

Meeting kali ini ditutup dengan makan siang bersama.

...

"Ada apa pak?" Tanya Fely pada Rei yang tiba tiba mengerem mobilnya.

Rei tidak menggubris Fely sedikitpun. Ternyata ada seekor anak kucing yang sedang melintas. Fely merasa kagum pada Rei, walaupun dia bersikap dingin tapi dia sangat baik bahkan pada seekor kucing. Pasti orang tuanya mengajarkan hal hal baik pada Rei. Oleh karena itu, Rei tumbuh menjadi orang yang baik (tapi dingin).

"Wahh bapak hebat ya!"

"Hah?"

"Iya, dibalik sikap bapak yang dingin, ternyata bapak adalah orang yang baik dan peduli pada sesama bahkan pada seekor kucing" jelas Fely.

"Ngomong apa kamu.''

''Ah elah, pak Rei mah...''

Rei menatap tajam Fely dengan wajah garangnya. Dia tidak suka dengan orang yang kebanyakan bicara. Fely langsung tertunduk, terdiam tanpa kata. Keadaan pun kembali sunyi.

"Pak, itu!" Fely menunjuk ke arah punggung Rei.

"Apa?" Rei menoleh ke kiri kanan untuk mencari sesuatu yang ditunjuk Fely.

Seekor ulat bulu berwarna hijau menggeliat di punggung Rei. Mungkin ulat itu terjatuh saat Rei meletakkan anak kucung tadi di bawah pohon yang besar. Fely mengambil ulat itu dan menunjukkannya di depan wajah Rei.

Rei yang kelihatannya garang ternyata takut pada ulat bulu. Dia mengerem mobilnya untuk yang kedua kali. Tak sengaja bibirnya mendarat di jidat mulus Fely.

Jangan tanya ulatnya kemana? Pasti dia kabur karena sudah menyebabkan hal di atas terjadi hehe...

.

.

.

bersambung

Jangan lupa like, komen, dan vote. kalau punya poin banyak bisalah kasih hadiahnya hehe... Ini karya pertama author, jadi mohon dukungannya ya. Bisa disampaikan juga kritik dan saran yang membangun.

Terimakasih ☺❤

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

ada ada aja sih ulah si ulat bulu.

2021-11-25

0

Nona Bucin 18294

Nona Bucin 18294

hehehe ternyata Mas Rei takut sama ulat berbulu 🤣🤣👍👍👍

2021-07-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!