penjelasan

''Aaargghh....'' Arjun membanting semua yang ada di hadapannya. ''Aaarrgghhh....'' Dia terus berteriak membuat ART nya terkejut dan mendekatinya. ''Ada apa den?'' Arjun tidak menggubris ART nya. Dia langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

''Fely kenapa kamu tega. Tega sekali kamu. Aarrgghh....''

Drrtt...Drrttt...Drrttt....

Ponsel Arjun bergetar. Dia mengeluarkan benda itu dari kantong. Tertulis nama Fely di sana. Arjun bingung harus mengangkat telfon dari Fely atau tidak. Setelah bertarung melawan perasaannya sendiri, akhirnya Arjun mengangkatnya.

''Halo. Kenapa telfon? Kenapa baru menelfon sekarang? Kenapa tidak dari tadi, sejak kamu pulang dari rumah sakit? Atau mungkin, kamu dan bos mu ada hubungan spesial, makanya waktu itu kamu mau mengorbankan nyawamu.'' Setelah berkata seperti itu, Arjun langsung menutup telfonnya. Dia merasa bersalah karena telah melontarkan kata kata itu pada Fely.

.........

''Jun, kenapa kamu bicara seperti itu. Aku sama pak Rei enggak memiliki hungungan lebih. Hubungan kami hanya sebatas bos dan karyawan saja. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu. Asal kamu tau, sejak pertama kita bertemu... aku sudah menaruh rasa padamu. Hu...Hu....'' Fely terus saja menangis. Untung kamarnya kedap suara, jadi ayah dan bunda tidak bisa mendengar suara tangisannya. Tangisan berubah menjadi isakan. Sudah hampir satu jam Fely menangis. Berkali kali dia mencoba untuk menghubungi Arjun, tapi tidak pernah diangkat.

''Besok pagi aku harus menemui Arjun. Aku harus menjelaskan semuanya.'' Fely mencoba untuk memejamkan matanya. Berharap agar dia segera terlelap dan melupakan masalah ini. Tapi sangat susah sekali untuknya terlelap.

Drrtt...

Pak Rei garang : hai Fely. Kamu jangan nangis terus, tidurlah. Tenang saja, besok saya akan menjelaskan semuanya pada Arjun.

Felysia: Tidak perlu pak, saya akan menjelaskannya sendiri. Bapak tidak usah repot repot. Besok sebelum ke kantor saya akan ke rumah sakit untuk menemui Arjun.

Pak Rei garang : Jangan! Kamu jangan kemana mana dulu. Jangan ke kantor atau kemana pun. Kamu jangan bekerja dulu, keadaan mu belum sepenuhnya pulih. Biar saya saja yang menemui Arjun.

Felysia : Baiklah pak.

Rei tetaplah Rei. Walaupun sudah tidak dingin, tapi tetap keras kepala. Mau tidak mau Fely harus menuruti kemauannya. Lagi lagi Fely mencoba memejamkan bola matanya. Alhasil, sama saja. Tidak ada hasilnya. Dia tetap tidak bisa tidur.

Semalaman dia hanya menyiapkan kata kata untuk meminta maaf pada Arjun. Walaupun perkataan Arjun terakhir kali sangat menyakitkan baginya, tapi bagaimanapun ini tetap salahnya. Itu yang Fely pikirkan.

...

''Kamu mau kemana nak? Kata bos mu, kamu di beri istirahat tambahan. Kok udah rapi saja?''

''Fely mau ke rumah sakit bun. Mau check up.'' Mendengar ucapan anaknya, orang tua Fely dengan mudahnya percaya. Padahal Fely ke rumah sakit untuk menemui Arjun, bukan untuk check up.

Walaupun bos keras kepalanya melarang dia untuk melakukan ini, Fely tetap melakukannya.

Fely melihat mobil yang sangat familiar terparkir di sana. Itu kayak mobilnya pak Rei. Enggak, enggak. Mobil seperti itu kan banyak. Mana mungkin Pak Rei datang ke sini di jam kantor, Pikirnya. Fely lupa kalau bosnya itu bisa berbuat apa saja untuk mencapai tujuannya.

Di dalam rumah sakit lagi lagi Fely melihat sosok yang tak asing. Mengapa bayang bayang Rei selalu mengikutinya ke manapun. Semakin dekat, semakin dekat. Ternyata bukan hanya bayang bayang, orang itu benar benar Rei.

Saat Fely akan bersembunyi dari hadapan Rei... sudah terlambat. ''Fely. Sedang apa kamu di sini. Bukannya sudah saya katakan, kamu jangan pergi kemana mana dulu.'' Rei menangkap basah Fely.

''Sa-saya mau... mau check up. Iya, saya mau check up Pak.''

''Oh ya? Baru kemarin keluar dari rumah sakit kok sudah check up lagi. Kamu kalau mau bohong lebih profesional dong. Biar saya tertipu. Hahahaa....''

Pipi Fely seketika berubah menjadi merah. Tak ada satupun kata pembantahan yang keluar dari mulutnya. ''Diam kan kamu. Dasar keras kepala. Sudah di bilang jangan kemana mana, biar saya yang menjelaskan semuanya. Eh, malah ke sini.''

''Ma-maaf pak. Soalnya saya...'' kata kata Fely terhenti saat melihat kedatangan Arjun. Dengan segera Fely berlari ke arah Arjun dan meraih tangannya. ''Jun, dengerin penjelasan aku dulu jun. Please.''

''Jun, dengerin penjelasan kita. Ini gak seperti yang kamu bayangin,'' sambung Rei.

''Udah, mending kalian pergi aja deh,'' Arjun menepis tangan Fely yang yang menggenggam tanganya. Karena tumpuan Fely kurang kuat, dia akhirnya terjatuh.

''Fely.'' Rei berteriak dan langsung mendekati Fely. Teriakan Rei berhasil menghentikan langkah kaki Arjun. Arjun langsung membalikkan badannya. Wanita yang dia cintai terlihat sangat kesakitan. Rasa khawatir dan cemas dihati Arjun bisa melawan kemarahannya terhadap Fely. Fely segera di bawa ke ruang perawatan, sepertinya jahitan di bekas tusukannya sedikit terbuka.

Rasa senang menghampiri Fely. Bagaimana tidak, Arjun yang tadinya marah, jangankan untuk berbicara padanya, sekedar melihat wajahnya saja dia enggan. Rasa sakit akibat luka itu tidak sebanding dengan rasa senang di hati Fely. Melihat Arjun khawatir padanya saja sudah menggembirakan. Apalagi Arjun sampai menanganinya, sungguh kebahagiaan yang tiada tara.

''Kenapa senyum senyum?''

''Ciee... udah mau ngomong.'' Fely menowel nowel lengan Arjun. ''Aku mau jelasin tentang kemarin. Dengerin ya.''

''Hmmm.''

''Aku gak ngabarin kamu karena hp aku low bat. Kalau pun hp aku gak low bat, aku...''

''Gak usah jelasin yang bagian itu. Jelasin yang itu aja.'' Arjun merujuk pada pada saat Fely dan Rei mendekatkan wajah mereka.

''Yang itu... yang mana?'' Fely mencoba untuk mengingat ingat setiap detail kejadian semalam. Terbesit di kepalanya saat Arjun menjatuhkan rangkaian bunga yang ia bawa. ''Ya ampun... gara gara itu. Karena wajah aku sama Pak Rei deketan, haha....''

''Kenapa ketawa?''

''Kamu kira kami mau ngapain, mau ciuman?''

''Maybe.''

''Gak mungkin dong jun. Pak Rei itu bos aku. Mana mungkin aku ngelakuin itu sama dia. Wajah kita deketan karena mata aku kelilipan dan pak Rei yang niupin.''

Kan bisa niup sendiri.

''Cemburu ya.... Jangan cemburu dong, pak Rei itu bos aku. Gak baik kalau kamu cemburu sama dia, aku bakal ngerasa gak enak sama dia.''

Setelah di pikir pikir, benar yang di katakan Fely. Hal ini, pasti akan menimbulkan kecanggungan di antara Fely dan Rei. ''Iya, maafin aku juga ya karena langsung menyimpulkan secara sepihak.''

Akhirnya hubungan Arjun dan Fely kembali seperti semula. Kesalahpahaman di antara mereka sudah terselesaikan. Saat mereka keluar dari ruangan itu, Rei sudah tidak ada di sana.

''Rei kemana, kok gak ada. Padahal aku mau minta maaf sama dia.''

''Udah ke kantor mungkin.''

''Hmm, ya udah nanti aku telfon dia aja. Kamu punya nomor hp nya kan?'' Fely menganggukkan kepalanya. ''Tulis di sini ya.'' Arjun memberikan hp nya pada Fely untuk memasukkan nomor Rei di sana.

''Kan semuanya udah selesai, kesalahpahaman juga udah di luruskan. Aku pulang dulu ya.''

''Gak kerja?''

Fely menggelengkan kepalanya.

''Ya udah aku antarin ya.''

''Gak usah, aku bisa sendiri kok. Aku juga tau, pasti kamu lagi sibuk kan.''

''Hmm, iya sih. Maaf ya.''

.

.

.

bersambung

Jangan lupa like, komen, dan vote. Ini karya pertama author, jadi mohon dukungannya ya. Bisa disampaikan juga kritik dan saran yang membangun.

Terimakasih ☺❤

Terpopuler

Comments

its_me

its_me

selalu menunggu 👍

2021-07-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!