hari pertama di Surabaya

Seperti biasa, suasana pagi hari dipadati oleh kesibukan bergelut melawan kerasnya hidup. Bekerja, bekerja, dan bekerja.

''Fely, tolong kamu carikan tiket keberangkatan tercepat ke Surabaya sekarang juga.''

''Kan berangkatnya masih besok pagi pak. Saya juga sudah mendapatkan tiketnya. Kenapa harus cari tiket lagi?''

''Anak cabang di Surabaya sedang mengalami masalah, jadi saya harus turun tangan.'' Rei tampak sibuk sendiri. Karena melihat bosnya seperti itu, dengan segera Fely langsung menjalankan perintahnya. ''Setelah dapat tiketnya, kita langsung berangkat,'' lanjut Rei.

''Loh, saya ikut juga pak?''

''Ya jelas dong."

''Tapi saya belum ijin sama orang tua, dan saya juga belum mempacking pakaian saya Pak.''

Fely, Fely seperti anak kecil saja.

Rei menghentikan pekerjaannya dan menatap Fely sejenak. ''Felysia, kamu itu bukan anak kecil lagi, hubungi orang tua mu lewat telfon. Masalah baju, kita bisa beli di sana.''

''Tapi pak...''

''Sudah dapat tiketnya?''

Fely menghela nafas pasrah. ''Sudah pak, pesawatnya akan berangkat tiga puluh menit lagi.''

Rei maupun Fely tidak membawa satu pakaian pun, kecuali yang mereka pakai. Fely hanya membawa tas yang biasa di bawanya ke kantor. Sedangkan Rei tidak membawa apapun selain telepon genggam yang ada di saku celananya. Bisa bisanya untuk mengatasi masalah dia tidak membawa atau mempersiapkan apapun, seolah masalah itu tidak ada apa apanya.

Fely mencuri curi waktu untuk memberi kabar pada orang tuanya dan juga Arjun. Karena dia tahu kalau mereka sudah sampai di Surabaya, pasti tidak akan ada waktu untuk menghubungi orang tua dan kekasihnya itu.

Di dalam pesawat, Fely tengah melihat ke arah jendela. Dia memandangi kota yang akan di tinggalkannya dengan tatapan sendu. Padahal mereka hanya akan pergi untuk beberapa hari saja. Maklum, Fely adalah anak yang tidak pernah jauh dari orang tuanya. Bukan karna anak manja, tapi karena orang tuanya selalu memperhatikan gerak gerik Fely sekecil apapun membuatnya tidak berani untuk macam macam.

Wajah Rei terlihat sangat santai, padahal dia akan bertarung di medan perang. Tapi dia seperti tidak merasakan apapun, sedih, tegang, khawatir, semua tidak tergambar di wajahnya. Sesekali dia melihat ponselnya, melihat tentang masalah yang akan dia hadapi, tentu saja dengan wajah datar.

''Pak! Kalau boleh tau, sebenarnya anak cabang di Surabaya sedang mengalami masalah apa ya, sampai bapak harus turun tangan?'' Fely membuka pembicaraan.

''Sebenarnya bukan masalah besar sih. Cuma ada salah satu direktur yang melakukan pelecehan seksual pada seorang karyawan, dan keluarga korban malah menuntut perusahaan. Mereka beranggapan kalau ini semua terjadi karena kelalaian perusahaan. Aneh kan?"

''Ya ampun pak, bisa bisanya hal kayak gini dibilang bukan masalah besar. Jelas jelas hal ini akan menodai nama baik perusahaan.'' Fely bergedek melihat sikap Rei yang acuh tak acuh pada masalah ini. Tapi bagaimana perasaan Rei, apakah perasaannya baik baik saja, atau justru sedang digoncangkan oleh perasaan panik? Hanya Rei yang mengetahui perasaannya.

...

Sesampainya di Surabaya, mereka langsung menuju ke anak perusahaan. Ekspresi wajah Rei langsung berubah 180 derajat. Dia terlihat marah, khawatir, dan panik.Tidak dapat dipungkiri, keadaan di sana benar benar kacau. Dari dalam ruangan, bisa dilihat kalau semua orang terlihat panik. Bagaimana kalau perusahaan dinyatakan bersalah, apakah perusahaan ini akan ditutup? Kalau perusahaan ini di tutup, mau kerja di mana? Pikir semua orang yang ada di sana. Sedangkan di luar, sudah banyak wartawan yang bergerombol menunggu kedatangan direktur bejad itu di sana.

Kedatangan Rei tentu saja membuat perhatian para wartawan teralihkan. ''Hai! Lihat, itu ada pak Rei.'' Ada beberapa wartawan yang mengenal Rei, ada pula yang tidak mengetahui siapa pria itu. Mengingat Rei adalah pengusaha muda sukses yang tidak mau terekpos. Mengenalnya atau tidak, semua wartawan berlari menuju ke arah Rei dan melontarkan beberapa pertanyaan.

''Pak bagaimana pendapat bapak terkait masalah ini? Apakah benar masalah ini terjadi karena kelalaian perusahaan?''

''Begini ya teman teman semua, kejadian Ini murni kesalah pelaku, atas dasar apa, saya juga kurang tau. Yang pasti, tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan. Saya, dan kami semua akan membuktikan kalau perusahaan tidak bersalah dalam kasus ini. Bagaimana bisa kasus seperti ini dikaitkan dengan kelalaian perusahaan, memangnya kita harus memperhatikan semua karyawan yang bekerja di sini. Karyawan di sini tidak hanya satu dua orang, tapi ada ribuan, gak mungkin kan kita harus perhatikan satu persatu.''

''Lalu bagaimana jika perusahaan ini terbukti bersalah, apakah akan ditutup?''

''Bagaimana dengan nasib pegawainya?''

Masih banyak lagi pertanyaan dari para wartawan, tapi Rei langsung masuk ke dalam. Rei tidak bisa menjawab semua pertanyaan dari mereka karena dia harus segera menyelesaikan masalah ini. Dia harus membersihkan nama baik perusahaannya, dan akan membuktikan kalau ini adalah kesalah Direktur bejad tak bermoral itu.

Berjam jam Rei menangani hal ini, tentu saja dengan bantuan sekretarisnya. Dia mendatangi staff keamanan untuk melihat rekaman cctv dari setiap sudut ruangan.

Rei menggebrak meja, "Kamu ini kerjanya apa sih, kerja kayak gini aja gak becus." Ketus Rei.

Dari semua cctv, ada salah satu yang menunjukkan kalau ada seorang pria dan wanita. Mereka berjalan dari arah berbeda ke tujuan yang sama, semuanya seperti sudah terencana. Terlihat jelas, kalau mereka melakukan hal ini di luar jam kerja, yaitu pada malam hari. Di sana juga terlihat kalau kedua belah pihak melakukannya secara suka rela. Baik si laki laki ataupun si perempuan, tidak ada bentuk paksaan yang terlihat. Sudah jelas bukan, ini terjadi karena kelalaian si laki laki dan si perempuan, bukan kelalaian perusahaan.

Hffttt, sungguh hari yang melelahkan. Setelah seharian mengurus hal ini, akhirnya semua clear. Pelaku sudah ditangkap di kediamannya, nama baik perusahaanpun sudah berhasil di kembalikan.

''Halo Rei, apakah semuanya sudah selesai?''

''Sudah pa, semua berjalan dengan lancar. Bisa bisanya orang bodoh itu menyalahkan perusahaan kita, jelas jelas memang mereka yang tidak bermoral.''

''Syukurlah.''

Baru kali ini Fely melihat Rei marah. Ternyata orang kaku nan dingin ini kalau marah ngeri juga ya.

''Kenapa kamu diam saja?'' Tanya Rei pada Fely.

''Saya takut pada anda.''

''Kamu takut saya melakukan hal bejat itu?''

''E-enggak pak. Bu-bukan gitu maksud saya. Maksudnya, saya takut ngelihat muka bapak, serem. Dari tadi pagi marah marah terus.''

''Gak perlu takut."

"Nanti malam kita nginep di hotel. Sebelumnya, kita makan malam dulu."

''Baik pak,'' jawab Fely sambil menunduk. Rei melangkahkan kakinya dan disusul oleh Fely

''Oh iya, kita belum sempat beli pakaian juga. Nanti habis makan, kita beli pakaian buat malam ini dan besok pagi.''

''Baik, Pak."

Seperti yang dikatakan Rei, setelah makan malan, mereka langsung pergi ke tempat penjual pakaian. Rei memilih empat pasang baju tidur, dan empat pasang pakaian formal.

''Haduh pak, kayaknya ini kebanyakan deh. Saya cuma bawa uang segini.'' Fely menunjukkan isi dompetnya yang kering.

''Ngapain sih masih mikirin uang, saya yang ngajak kamu berati saya yang bakal bayarin semuanya.''

.

.

.

bersambung

Jangan lupa like, komen dan vote. Ini karya pertama author, jadi mohon dukungannya ya. Bisa disampaikan juga kritik dan saran yang membangun.

Terimakasih ☺❤

Terpopuler

Comments

Nursiah Nursi

Nursiah Nursi

lanjut thor next singkat thor

2021-08-22

0

pat_pat

pat_pat

mangats

2021-07-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!