mulai mencair

Di pinggir jalan raya yang sepi tampak seorang pria tengah mengotak atik mesin mobilnya yang sedari tadi tidak berkesudahan. Mungkin pria itu tidak begitu paham soal mesin mobil. Nasib baik masih berpihak padanya ada seseorang yang datang menghampirinya.

''Loh, dokter Arjun. Sedang apa di sini?'' Rei menurunkan kaca mobilnya.

''Eh, pak Rei. Ini mobil saya mogok.'' Rei menepikan mobinya dan menghampiri Arjun. Karena tidak terlalu paham tentang mesin, Rei menghubungi bengkel langganannya untuk memeperbaiki mobil Arjun.

''Ya ampun, kenapa saya gak kepikiran buat menghubungi bengkel ya. Makasih ya pak Rei.'' Entah mengapa, setiap kali orang bingung, pasti mereka tak bisa berpikir jernih.

Karena kerusakan mobilnya cukup parah, Arjun diminta untuk menunggu kurang lebih satu jam. ''Lama banget ya, saya harus sampai di rumah sakit sebelum jam 07.30.''

''Bareng saya aja.''

''Jangan pak, gak usah. Tujuan kitakan beda.''

''Ayolah dok, anggap saja ini sebagai ucapan terimakasih karena dokter sudah menolong saya waktu itu.''

''Hmm... oke. Tapi saya gak ngerepotin kan?''

''Ya enggak lah dok.''

Sesampainya di rumah sakit, Arjun dan Rei tidak sengaja bertemu dengan Fely. Fely menyapa mereka terlebih dahulu disusul Arjun yang membalas sapaan Fely sedangkan

Rei tidak menganggap keberadaan sekretarisnya itu, pandangannya terfokuskan oleh telepon genggam yang ada ditangannya, tak lama kemudian diapun berlalu.

...

"Habis dari Jerman, kok baru sampai?''

"Ya ampun pak, kenapa sih? Lagian saya juga gak telat kan?" Fely diam sebentar. "Saran saya nih ya pak, bapak jangan sering sering kayak gitu deh, karena gak semua orang bisa nerima perkataan atau perlakuan bapak dengan baik, saya permisi.'' Setelah mengatakan itu, Fely pergi meninggalkan Rei.

Cocok banget ya mereka, yang satu dingin + keras kepala, yang satunya sensian.

Cocok jadi rekan kerja maksudnya. Eh, bos dan karyawan deh.

Rei tertampar dengan ucapan yang keluar dari mulut Fely. Selama ini tidak ada yang berani bicara seperti itu padanya hanya Fely yang berani berbuat demikian. Di satu sisi Rei menilai kalau Fely terlalu baperan. Seharian Rei memikirkan dua hal tersebut. Keduanya berkecamuk di otak Rei.

Sampai di rumah pun Rei masih termenung memikirkan perkataan Fely. Orang tua Rei heran dengan anak mereka yang tidak biasanya seperti itu. Ada apa dengan anak itu. Belum sempat mereka menanyai Rei, dia sudah pergi meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya.

Pak Rei garang : Fely apa maksud omongan kamu tadi pagi?

Felysia : Yang mana Pak?

Felysia : Oh, yang itu. Maaf ya pak, saya benar benar tidak berniat untuk bicara seperti itu. Kalau bapak mau marah, marah aja pak gakapapa.

Pak Rei garang : Siapa juga yang mau marah.

Felysia : Lah terus, buat apa bapak chat saya malam malam begini.

Pak Rei garang : Apa menurut kamu saya terlalu kaku?

Loh, kesambet apa ni orang, kok tiba tiba nanya kayak gitu.

Felysia : Maaf?

Pak Rei garang : Udah, jawab aja apa susahnya.

Felysia : Kalo menurut saya, hmm... jangan marah ya pak. Kalau menurut saya sih banget.

Pak Rei garang : Apa bisa dirubah?

Ini gak salah lihatkan, ini beneran Pak Rei?

Felysia : Sebenarnya bisa sih Pak. Tapi untuk merubah sikap seseorang itu susah susah gampang. Harus ada niat dari lubuk hati orang tersebut bahwasannya dia benar benar ingin merubah sikapnya.

Pak Rei garang : Iya saya tau, yang saya bingungkan itu... saya harus mulai dari mana?

Felysia : Bapak yakin mau ngelakuin ini?

Pak Rei garang : Kalau saya gak yakin, gak mungkin saya mau nanya sama kamu.

Malam ini tidak ada status atasan dan bawahannya. Yang ada hanyalah guru dan muridnya. Fely menjelaskan banyak hal pada Rei. Tidak tahu ini akan bertahan sampai berapa lama, yang penting sudah berani untuk mencoba.

Keesokan harinya, Rei mulai melakukan apa yang dikatakan Fely. Setiap ada yang menyapanya, dia menyapa balik orang tersebut. Bahkan dia menyapa lebih dulu orang yang tidak berani menyapanya. Semua orang merasa kaget, mereka tidak percaya dengan apa yang ada.

Cklek

"Rei, coba lihat mama datang sama siapa,"

Mendengar suara mamanya, Rei langsung mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk. "Vallen.''

"Hai Rei, kamu apa kabar, long time no see. Kamu makin ganteng aja deh." Vallen langsung bercipika cipiki dengan Rei.

Dulu Rei dan Vallen sangat dekat bahkan mereka pernah berkata jika mereka sudah besar, mereka akan menikah dan memiliki anak yang banyak (Ucapan mereka saat masih SD).

''Ada apa ini, kenapa pada ke sini?''

''Rei! Ini ada Vallen loh, dia jauh jauh datang ke sini bukannya di sambut malah.''

''Mama ke sini karena mau ajak kamu lunch bareng.''

''Lunch apaan sih ma, ini masih pagi,'' Rei melihat jam tangannya yang masih menunjukan pukul 10.

''Emang masih pagi, kan sekalian jalan jalan. Gakpapa dong sekali kali kamu temenin mama sama Vallen jalan bareng.''

''Tapi ma, Rei masih banyak kerjaan.''

''Ayo dong.'' Mama terus membujuk Rei. Tidak tahan dengan kelakuan mamanya, akhirnya Rei menyetujui permintaan beliau.

Saat bersamaan, Fely membuka pintu untuk ke ruangan Rei. Tapi dia melihat Rei bersama mamanya dan seorang perempuan sedang menuju ke arah lift. Siapa wanita itu. Apakah wanita itu kekasih bos dingin nan keras kepala itu.

''Oh, ternyata pak Rei udah punya pacar,'' gumam Fely.

"Dor...," teriak Nita mengagetkan Fely.

"Eh Nit apaan sih, ngagetin aja deh.''

"Hayo lagi liat apaan, kamu cemburu ya liat pak Rei sama perempuan lain.''

"Apaan sih, kenapa harus cemburu coba, pak Rei itu kan bos kita," kata Fely sambil mencubit tangan Nita.

...

Mama Rei terlihat sangat senang karena bisa mempertemukan Vallen dengan anaknya. Dari dulu dia memang berniat menjodohkan Rei dengan Vallen, terlebih lagi Vallen adalah anak sahabatnya. Mama Rei berpikir kalau dia menikahkan Vallen dengan anaknya, hubungan persahabatan mereka tidak akan terputus.

Sangat terlihat jelas kalau Vallen masih menyimpan perasaan pada Rei yang tak pernah ia ungkapkan selama ini. Terpancar dari sorotan matanya ketika memandang pria yang ada di hadapannya itu.

''Gimana kabar mama sama papa kamu?'' Tanya mama Rei.

''Baik tante.''

''Syukurlah. Kenapa mereka gak ikut balik ke Indo?''

''Enggak tante, mereka masih sibuk sama kerjaan, biasalah.''

''Rei, kok diem aja sih, ini Vallen di ajak ngomong dong.''

''Kan aku udah bilang, aku sibuk mama....'' Kata Rei sambil mengotak atik ponselnya.

''Udah tante, gakpapa kok.''

''Hufftt, dasar Rei. Gak pernah berubah, dari dulu selalu aja kayak gitu.''

Setelah puas menemani mamanya jalan jalan dan makan siang, Rei kembali ke kantor. Sedangkan mamanya dan Vallen masih tetap di tempat.

...

"Kenapa kamu liatin saya kayak gitu," tanya Rei pada Fely.

"Ketahuan ya, ternyata pak Rei punya pacar. Ayo ngaku.''

"Itu Vallen temen saya, kami sudah temenan dari kecil.''

"Temen apa demen....'' Fely terus menggoda bosnya.

''Jangan ngada ngada kamu.''

.

.

.

bersambung

Jangan lupa like, komen, dan vote. kalau punya poin banyak bisalah kasih hadiahnya hehe... Ini karya pertama author, jadi mohon dukungannya ya. Bisa disampaikan juga kritik dan saran yang membangun.

Terimakasih ☺❤

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

Rei kepikiran sama sifatnya sendiri. 👍

2021-12-01

0

Nona Bucin 18294

Nona Bucin 18294

Wah, ternyata mas Rei baik juga mau nolongin si mas dokter yang lagi kesusahan 🤗🤗

2021-07-23

0

its_me

its_me

semangat thor

2021-07-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!