ternyata

"Ayah lagi sariawan, makanya dari pagi males ngomong." jelas ayah tenang.

"Ya ampun ayah.... Padahal anakmu sudah khawatir setengah mati." Bunda mencubit tangan ayah. "Aduh, sakit bund." Wajah ayah memelas. Semua penghuni meja makan terkekek melihat pemandangan itu. Suasana meja makan yang diperkirakan akan panas, ternyata malah penuh tawa.

"Emang kalian kira ayah bakal semarah itu?" tanya ayah sambil melahap makanan di depannya.

"Ya jelas dong. Pikirin aja nih, malamnya ayah marah marah sama Fely, terus paginya ayah nyuekin Fely. Mana berangkat gak pamit lagi," Fely mengerucutkan bibirnya.

"Enggak lah sayang, mana mungkin ayah cuekin kamu. Kamu kan anak kesayangan ayah satu satunya." Ayah meraih kepala Fely dan mengelus elusnya. "Oh iya, Arjun kamu...bla...bla...bla." Di saat semuanya asik mengobrol, bunda tidak mengucap sepatah katapun, matanya menatap Arjun dalam dalam. Setiap kali menatap pria itu, rasanya damai sekali.

"Bunda kenapa liatin Arjun terus?" Fely menyadari kalau sedari tadi bunda terus menatap kekasihnya.

"Eh, enggak kok," bunda jadi malu sendiri. "Oh iya, tadi katanya Arjun mau jelasin sesuatu. Mau jelasin apa?" Bunda langsung mengalihkan pembicaraan.

Mendengar ucapan bunda, semua penghuni meja makan terdiam. Arjun menatap mata indah Fely, mengode apakah dia harus melakukannya sekarang. Fely mengedipkan mata dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Hmm... gimana ya, saya bingung harus mulai dari mana." Arjun menggaruk kepalanya yang tidak gatel. Arjun menarik nafas dalam dalam "Om, tante, sebenarnya saya dan Fely punya hubungan lebih, kita bukan hanya sekedar temenan. Kita sudah menjalin hubungan selama tiga bulan."

"Maksudnya, kalian udah pacaran?" Tanya ayah. Fely dan dan Arjun mengganggukan kepala. "Kenapa kalian gak pernah ceritain tentang hal ini?"

"Sebenarnya Arjun udah lama mau ngomongin masalah ini, tapi Fely selalu mencegah arjun. Fely merasa belum siap untuk ngasih tau sama siapa siapa." Jawab Fely.

"Kalau kalian udah pacaran tiga bulan, berarti pas Fely di rumah sakit kalian udah jadian? Terua kenapa Arjun gak datang ke sini buat jenguk Fely?"

"Sebenarnya malam itu saya datang tan, tapi saya lihat Fely lagi sama Rei. Terus saya gak sengaja lihat muka mereka saling berdekatan. Waktu itu pikiran saya benar benar..."

"Halah, tinggal bilang kalau kamu cemburu terus pergi, gitu aja susah. Pake berbelit belit segala." Fely memutus ucapan Arjun. Perkataan Fely ini membuat mental baja Arjun menciut, dia merasa sangat malu pada orang tua Fely, seketika pipinya berubah menjadi merah.

Bunda tersenyum jahil. "Benar begitu?" Bunda menatap wajah tampan Arjun, tapi Arjun hanya membalas dengan senyuman.

"Ya benerlah bun, sangking cemburunya, sebucket bunga indah yang dibawa langsung di buang sama dia haha." Fely mengejek Arjun yang membisu.

"Ya ampun nak Arjun, kamu ini." Suasana meja makan kali dipenuhi canda tawa. Mereka tertawa bersama layaknya anggota keluarga.

Setelah selesai makan, bunda dan Fely membereskan meja makan dan mencuci piring, sedangkan Ayah dan Arjun mengobrol di ruang tamu. Mereka mengobrol soal pekerjaan, politik, dan masih banyak lagi.

Hari semakin larut, sudah saatnya untuk pulang. Fely mengantar Arjun ke depan rumah. Betapa senangnya mereka, ternyata kejadian sebenarnya tidak seburuk yang mereka pikirkan. Memang tidak baik menduga duga suatu hal. Dari pada menduga duga, mending langsung pastikan saja, iya kan?

...

Sesampainya di rumah, Arjun disambut pelukan hangat dari papanya. "Oh hai, my son."

"Apaan sih pa." Arjun langsung menjauhkan tubuhnya.

"Hei, hei. Kenapa sih? Tadi papa lihat pas baru masuk rumah wajahnya bahagia sekali. Pas ketemu papa kok wajahnya langsung berubah?" Arjun tidak menanggapi papanya dengan sepatah katapun. Entah mengapa Arjun tidak bisa begitu akrab dengan papanya, padahal beliau adalah orang tua yang sudah merawat Arjun dari kecil sampai sekarang. Sedangkan dengan ayah Fely, padahal mereka belum lama kenal, tapi sudah sangat akrab seperti anak dan ayah kandung.

...

''Maaf pak, bapak manggil saya, ada apa ya?'' Tanya Fely sambil menutup pintu.

Rei mendongak. "Iya. Tolong kamu pesankan dua tiket pesawat untuk kita ya."

"Hah, maksudnya pak?''

''Lusa saya ada acara di Surabaya, dan... kamu harus dampingi saya ke sana.''

''Loh, bapak ada acara di Surabaya, Kok saya gak tau? Bukannya semua kegiatan bapak saya yang ngatur?''

''Ini bukan urusan pekerjaan, jadi mana mungkin kamu tau.''

''Terus?''

''Acara reunian SMA.''

''Emang bapak SMA-nya di Surabaya? Kenapa acara reuniannya gak di sini aja?'' Fely terus melemparkan pertanyaan pada Rei dengan wajahnya yang penuh tanda tanya.

''Udah deh, gak usah banyak tanya. Pesankan saja.'' Rei menatap tajam Fely yang terus saja bertanya.

''Ba-baik pak. Saya permisi.'' Fely membungkukkan tubuhnya.

''Hmm.''

Fely kembali ke ruangannya, dia mulai mencari cari tiket pesawat terbaik. Ahha ini dia!

Felysia: Pak, sudah saya pesankan ya (Fely mengirim gambar tiket pesawat yang sudah dua pesan)

Pak Rei garang : Oke, makasih.

Felysia: Sama sama pak.

.

.

.

Akhirnya pekerjaan hari selesai juga. Saatnya untuk kembali ke istana kecilku. Istana kecil yang hangat akan kasih sayang. Nanti mampir ke minimarket ah, masak theoppoki enak nih. Oh iya, kimchinya jangan lupa hehe

Sesampainya di rumah, Fely mendapati rumah masih kosong. Tidak apa apa, dia bisa langsung memulai atraksinya bergelut di dapur. Apakah ayah dan Bunda akan suka dengan makanan ini? Ah, pasti suka dong, ini kan enak pakai banget malahan.

Bau masakan membelah ke semua sudut ruangan. ''Hmm, bau apa ini?'' Ayah dan Bunda yang baru saja memasuki rumah di sambut oleh aroma masakan yang tidak biasa mereka hirup. Saat di dapur, mereka mendapati putri kesayangan mereka tengah memasak.

''Wah, anak Ayah masak apa nih?''

''Wah, anak bunda masak apa nih?

Ayah dan Bunda mengatakan hal itu secara bersamaan yang mengundang tawa sesaat.

''Ini Fely masak theoppoki sama kimchi.'' Mendengar nama masakan yang tidak familiar, ayah dan bunda mendekat ke arah Fely. ''Selesai deh, tinggal di sajikan. ''Fely menumpahkan masakannya ke dalam wadah.''

''Waw.'' Ayah takjub dengan bentuk makanan itu.

''Ini bukannya sawi putih dikasih itu ya?'' Tanya bunda yang membuat Fely tertawa kecil.

''Bukan bunda, ini tuh namanya kimchi. Makanan khas Korea.'' Fely duduk dan di susul oleh orang tuanya. ''Nih, mending langsung cobain aja dari pada penasaran.'' Fely mengambilkan satu porsi untuk Ayah dan satu porsi untuk Bunda. Karena tidak mau dihantui oleh rasa penasaran, mereka langsung melahapnya.

''Hmm... enak!'' Seru Bunda.

''Enak sih, tapi kok ada kecut kecutnya.'' Lagi lagi Ayah membuat Fely tergelitik.

''Emang rasanya kayak gitu yah. Ada perpaduan manis, asin, pedas, dan asam juga.''

''Oalah, hahaha...''

.

.

.

bersambung

Ini adalah novel pertama author, jadi masih perlu ktitik dan saran dari readers. Semoga kalian suka. Jangan lupa like, komen dan vote juga ya...

Terimakasih ☺❤

Terpopuler

Comments

dwiptrrhy _

dwiptrrhy _

harap maklum kak authornya masih pemula hehe 😅

2021-08-22

0

Nursiah Nursi

Nursiah Nursi

thor ko alur y cun
man skitaran kel. feli arjun dan rei...seperti y kurang greget...

2021-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!