jadian

Arjun menghampiri tempat dimana Fely bekerja. Fely bingung dengan kedatangan Arjun, darimana dia tahu tempat Fely bekerja.

Arjun mengajak Fely untuk bicara dengannya. Bicara empat mata, dari hati ke hati.

Kian hari Arjun makin memyadari akan perasaannya. Dia membulatkan tekat untuk menyatakan perasaan ini pada Fely. Apa pun resikonya, akan diterima dengan lapang dada.

Arjun mengajak Fely ke sebuah kafe yang tampak sepi.

"Loh, kok tempat ini sepi banget ya," Fely menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan orang lain di sana.

Arjun menarik kursi untuk Fely dan mempersilahkannya untuk duduk. "Ah masa, perasaan kamu aja kali. Ayo duduk."

"Makasih.'' Fely duduk di kursi itu. ''Mau ngomongin apa?'' Tanyanya.

"Sebenernya aku...,"

"Aku... aku apa?"

"Dari awal kita ketemu aku udah tertarik sama kamu."

"Hah?"

"Semakin hari, semakin sering kita bertemu, semakin tumbuh pula perasaan ini. Mungkin terlalu cepat untuk menyatakannya tapi aku udah gak sanggup menutupinya lagi. Aku suka sama kamu, aku cinta sama kamu, aku mau kamu jadi pendamping hidup aku." Arjun menggenggam kedua tangan Fely.

"Kenapa harus aku? Apa alasannya? Kenapa kamu bisa suka sama aku? Kenapa kamu bisa cinta sama aku?"

"Aku juga gak tau. Perasaan ini tiba tiba muncul begitu saja. Kalau kamu gak bisa jawab sekarang... gapapa kok, aku akan terus menunggu jawaban dari kamu."

Fely memang belum bisa memberikan jawabannya sekarang. Berhari hari dia memikirkan hal ini. Ucapan Arjun terus terngiang ngiang di kepala. Di pagi hari dia tak bisa fokus beraktivitas, bila malam tiba tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Sebenarnya ada sedikit rasa di hati Fely. Dia mencoba untuk menerima Arjun, barangkali semakin hari perasaan ini semakin bertumbuh. "Ha.. halo jun."

"Jadinya gimana, udah dapet keputusan?"

"Udah. Tapi kamu janji dulu."

"Janji apa?"

"kalo misalnya kita putus, kita harus tetap temanan ya jangan langsung menjauh."

"Iya aku janji, lagian mana mungkin aku kayak gitu." Arjun meyakinkan Fely. "Kok diam. Kalau diam aku anggap kamu mau. Mulai hari ini, detik ini kita jadian ya!"

"Hmm iya...."

"Yey, makasih ya sayang." Arjun melompat lompat di kamarnya layaknya anak kecil yang baru di belikan mainan.

"Jun..."

"Iya?"

"Nanti jangan terlalu sering panggil aku sayang ya apalagi di tempat umum, soalnya itu buat aku gak nyaman. Satu lagi untuk saat ini jangan sampai orang orang tau tentang hubungan kita."

"Ya ampun bebi, kaku banget sih. Yaudah deh iya." Panggilan pun diakhiri.

Rasa senang, haru, gelisah dan gundah bercampur menjadi satu.

"Kamu kenapa kok kelihatannya gelisah sekali?" Tanya bunda.

"Gapapa kok bun, cuma banyak pikiran aja. Biasalah masalah kerjaan." Fely menjadikan pekerjaan sebagai tamengnya.

"Emang jadi sekretaris pribadi CEO sepusing itu ya?" tanya ayah.

"Ya gitu deh yah."

Untuk menghilangkan kegelisahannya, Fely pergi berjalan jalan ke mall. Harusnya hari ini dia merayakan hari jadinya dengan Arjun. Tapi apa daya, Arjun adalah seorang dokter. Dokter propesional harus bisa membagi waktu, antara urusan pribadi dan urusan pekerjaan.

Fely duduk disebuah kursi dekat eskalator. Dia memandangi anak anak yang tengah bermain.

Aku kangen banget sama masa masa itu, masa dimana hidup terasa begitu plong seperti tanpa beban. Gak perlu pusing mikirin kerjaan atau perasaan.

Tiba tiba ada anak kecil yang menumpahkan minuman ke baju Fely, dan sontak membuat Fely terkejut. Alih alih memarahi anak itu, Fely malah tersenyum manis padanya. Fely mengelus kepala anak itu. "Dek, lain kali hati hati ya. Kamu ke sini sama siapa kok sendirian aja? Orang tuanya mana?"

Anak itu hanya diam. Dia tidak berani menatap wajah Fely. "Kamu tersesat ya?"

Anak itu hanya mengangguk anggukan kepalanya sebagai tanda mengiyakan ucapan Fely.

Fely membawa anak itu ke tempat pusat informasi. Saat Fely melangkah untuk meninggalkan anak itu, dia menarik tangan Fely seolah tak ingin ditinggalkan. Fely pun memutuskan untuk menemaninya sampai ada keluarga yang datang menghampirinya.

Satu menit, dua menit, lima belas menit, tiga puluh menit. Setelah menunggu lebih dari setengah jam, akhirnya ada seorang perempuan dan seorang laki laki yang datang ke tempat itu.

"Jeny.''

Anak itu membalikkan badannya. ''Om, Tante.'' Betapa bahagianya dia ketika melihat keluarganya datang menjemputnya. Anak itu berlari menuju mereka dan memeluknya erat erat.

"Fely, jadi kamu yang udah nemuin keponakan saya?" tanya Rei.

Fely kaget ternyata om dan tante yang disebut anak itu adalah Rei dan Vallen. "Iya kebetulan pak."

"Makasih ya, kamu udah nolongin Jeny," sambung vallen. Fely mengangguk anggukkan kepalanya.

Rei dan Vallen terlihat sangat cocok, terlebih mereka sering keluar bersama. Setiap orang yang melihat mereka pasti akan mengira bahwasannya mereka adalah sepasang kekasih.

Drrttt... Drrrttt... Drrrttt...

Saku celana Fely bergetar karena ada telefon masuk. Ternyata Arjun yang menelfonnya.

"Halo Fel, kamu lagi dimana."

"Lagi di mall, jalan jalan.''

"Di mall, kok gak bilang bilang sih, kan kita bisa jalan bareng. Itu siapa, kok suaranya gak asing ya?"

"Itu suaranya pak Rei."

"Loh, kamu pergi sama dia?"

"Enggak lah mana mungkin. Panjang banget ceritanya."

"Coba ceritain."

"Jadi gini.... Tadi kan aku pergi ke mall sendirian. Aku udah beli beberapa barang dan udah keliling keliling mall juga. Tapi aku belum mau pulang. Bingung dong mau ngapain. Ya udah, aku duduk aja di kursi deket eskalator sambil liatin anak anak lagi main. Nah, tiba tiba ada bocil yang numpahin minuman ke baju aku. Dan.. ternyata dia adalah keponakannya Pak Rei."

"Ya ampun, maaf ya... tadi aku gak bisa nemenin kamu jalan. Mau aku jemput gak. Kebetulan aku lagi di perjalanan pulang."

"Gak usah, nanti aku bisa naik taksi, pasti kamu capek kan."

"Oke, aku jemput sekarang."

Dibilang gak usah malah dilakuin.

''Ya udah, terserah kamu aja.''

Setelah menunggu 15 menit akhirnya Arjun sampai di mall. Dia langsung mendatangi Fely yang tak jauh dari pintu masuk. Arjun menarik tangan Fely untuk mengajaknya masuk ke dalam mobil.

"Jun," teriak seorang laki laki dari belakang mereka.

Arjun langsung membalikkan badan. "Oh hai," Dia melambaikan tangannya pada Rei. "Kebetulan banget kita ketemu di sini," sambungnya.

"Iya nih.'' Rei melihat tangan Arjun yang menggandeng tangan Fely. Seketika itu, Fely langsung menhempaskan tangan Arjun. "Kalian berdua...''

"Iya, kami itu udah jadi..." Fely langsung meutup mulut Arjun sambil menatapnya tajam.

''Kami udah jadi temen pak. Kebetulan ketemu di sana.'' Fely menunjuk dengan dagunya. ''sama aja kayak kita, ga sengaja ketemu di sini," sambil tertawa kecil.

Terus kenapa harus gandengan tangan. Kayak anak kecil aja...

"Rei, ayo pulang. Kasian Jeny pasti udah kecapekan." Vallen menepuk bahu Rei.

...

"Lain kali kalo kamu mau jalan jalan ajak aku ya."

"Aku takut ganggu kamu. Secara... kamu kan dokter pasti sibuk."

Arjun menghentikan mobilnya. "Hai liat aku," Arjun merangkum wajah Fely dengan kedua tangannya. "Aku itu pacar kamu, jadi kapan pun kamu butuh aku, aku bakal usahain.''

Ucapan Arjun membuat Fely senang sekaligus terharu. ''Makasih ya."

"Sama sama by."

"Bi?"

"Baby sayang."

Mereka pun tertawa bersama. Terutama Arjun, dia menertawakan kepolosan Fely. Entah dia benar benar polos atau bagaimana.

.

.

.

bersambung

Jangan lupa like dan komen, vote ya.... Ini karya pertama author, jadi mohon dukungannya ya. Bisa disampaikan juga kritik dan saran yang membangun.

Terimakasih ☺❤

Terpopuler

Comments

Nona Bucin 18294

Nona Bucin 18294

Baby sayang 🤭🤗🥰🥰

2021-07-23

0

its_me

its_me

lanjut thor

2021-07-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!