kembali ke Jakarta

Tak terasa tiga hari sudah di Surabaya. Sebenarnya Fely masih belum mau pulang dari sana, suasana ini mampu mengobati rasa rindu terhadap kampung halamannya, tapi mau gimana lagi.

Tok Tok Tok

''Sudah siap?''

Cklek.... Fely membuka pintu.

''Sudah Pak. Tiketnya juga sudah saya pesan.'' Semakin kesini Fely paham akan tugasnya, tidak perlu menunggu perintah dari Rei dia langsung melakukan yang sehaeusnya dia lakukan.

Karena terlalu terburu buru, mereka sampai lupa untuk sarapan. Disepanjang perjalanan menuju bandara, sesekali Fely memeluk perutnya kemudian di lepaskan kembali, begitu terus sampai mereka memasuki pintu pesawat. Di sinilah Rei menyadari akan hal itu.

''Kamu kenapa? Kok megangin perut terus? Muka mu juga pucat sekali.''

''Saya gak apa apa Pak.'' Fely masih bisa tersenyum lebar pada bosnya yang tidak peka itu.

''Gakpapa gimana, tanganmu juga dingin banget,'' Rei meremat tangan Fely. ''Kamu sakit?''

Fely hanya bergedek. ''Perutmu sakit?'' Tanya Rei. ''Jujur aja, gausah takut.''

''Iya pak, perut saya perih. Kayaknya maag saya kambuh.''

''Ya ampun, apa yang harus kita lakukan. Tapi ini di pesawat, di mana kita harus membeli obat.'' Dasar Rei, pria kaku, dingin, dan tidak pekaan. Heran deh!

''Saya udah minum obat kok pak, saya selalu bawa obat kemana pun.''

''Lalu, kenapa masih sakit?''

''Coba dibelikan makan mas. Mungkin mbaknya telat makan. Percuma minum obat kalau enggak makan,'' ujar seseorang.

''Benar juga, kita belum sempat makan dari tadi pagi. Bentar bentar.'' Haruskah ada yang selalu mengingatkan?

Fely memejamkan kelopak matanya, wajahnya putih pasih. Kasihan sekali, karena selalu menemani bosnya Fely tidak ada waktu untuk memikirkan dirinya sendiri.

''Ini makan dulu.'' Bau makanan merambah hidung Fely. Rei membawa dua porsi bubur ayam.

''Loh, kok bapak beli dua porsi?''

''Masih nanya, ya jelas untuk saya satu dan untuk kamu satu. Maagmu kambuh karena telat makan. Makan sendiri atau saya suapin?''

''Iya iya, saya makan sendiri aja Pak.'' Fely makan sedikit demi sedikit. Setelah itu, dia kembali memjamkan matanya dan terlelap.

Rei memandangi wajah Fely yang sangat pucat itu. Tidak disangka wanita yang pernah dia tolong dulu, sekarang mengabdikan dirinya pada Rei. Tidak hanya itu, sedikit banyak wanit itu sudah membantu Rei berubah menjadi lebih baik.

Dua jam berlalu, akhirnya mereka sampai di Jakarta.

''Hai, bangun,'' Rei mengguncangkan tubuh Fely.

''Oh, sudah sampai ya pak?'' Sekarang wajah Fely sudah tampak sedikit fresh. Setidaknya tampak aliran darah yang mengalir tidak seperti tadi, dia tampak seperti mayat hidup yang begitu pucat.

''Hmmm. Kuat jalan gak?''

''Kuat dong Pak.''

Mereka menuruni tangga dari pesawat ke bawah, hampir saja Fely tergelincir ke bawah.

''Katanya kuat.''

''Emang kuat pak. Tadi saya cuma kesandung.'' Fely berbohong pada Rei, padahal sebenarnya dia masih sangat lemas.

''Ayo jalan lagi.'' Rei memapah Fely karena khawatir dia akan terjatuh.

Dari bandara, mobil dihentikan di sebuah restaurant. ''Kok ke sini?'' Tanya Fely.

''Makan dulu.''

''Ya ampun pak, dua jam yang lalu kan kita sudah makan masa mau makan lagi.''

''Emang kenapa? Gak boleh?''

''Bo-boleh sih.'' Mentang mentang habis telat makan, langsung disuruh makan aja terus. Biar apa coba.

''Mau pesen apa?''

''Hmm, pesen steak aja deh pak.''

Kenapa pesen steak, karena bagi Fely steak itu tidak mengenyangkan.

...

Arjun : Cie... yang habis jalan jalan sampai lupa ngabarin.

Fely my love : Jalan jalan apa sih jun, jelas jelas kita habis nyelesaiin masalah kerjaan

Arjun : Dan sekarang lagi lunch bareng ya... asik nih

Fely memutarkan kepalanya mencari keberadaan Arjun. Kenapa Arjun bisa tahu kalau Fely dan Rei sedang makan siang. Percuma, Fely tidak menemukan Arjun di sana.

''Cari apaan?''

Fely menarik sebelah alisnya, ''Hmm, gak ada pak.''

Tanpa mereka sadari Arjun selalu mereka mengikuti mereka. Dari hari pertama mereka di Surabaya, sampai mereka kembali lagi ke Jakarta.

perasaan Fely tiba tiba menjadi tidak enak. Benar kata Arjun, saking sibuknya Fely sampai tidak sempat untuk mengabari Arjun bahkan orang tuanya sekalipun. Tiga hari di Surabaya hanya saat hari pertama saja dia memberi kabar, itupun mendadak.

''Kenapa, sakit lagi?''

''Eh, enggak Pak. Saya cuma kepikiran sama orang rumah.''

''Saya anterin ke rumah ya.''

''Gak usah Pak, saya bisa naik taksi kok.''

''Saya tidak menerima penolakan.''

Hati Arjun terasa seperti dicabik cabik melihat kekasihnya diperhatikan oleh pria lain sekalipun pria itu adalah bosnya. Ingin sekali muncul di hadapan mereka saat ini juga, tapi Arjun sadar kalau dia muncul di waktu yang salah hanya akan merusak suasana, karena selain bosnya Fely, Rei juga termasuk salah satu teman Arjun.

Lebih baik aku ke rumah Fely menemui orang tuanya. Aku yakin pasti wanita itu belum mengabari orang tuanya kalau dia sudah di Jakarta.

Selama tiga hari ini, Arjunlah yang mengabarkan keadaan Fely pada orang tuanya dengan syarat tidak memberi tahu Fely tentang ini.

.........

''Mampir dulu Pak.''

''Gak usah, saya masih ada urusan, maaf ya.''

''Ya sudah, gakpapa Pak.''

Mobil itu menjauh dari pandangan.

Cklek

Mata Fely bertemu dengan mata Arjun. Ternyata Arjun di sini, lalu bagaimana caranya dia bisa tahu kalau Fely bersama Rei tadi.

''Udah pulang?'' Tanya bunda yang pura pura tidak tahu.

''Iya bun, maaf ya gak sempet ngabarin soalnya sibuk banget.''

''Iya gakpapa nak.''

Fely, Fely, kamu lebih mementikan pekerjaanmu dibandingkan orang tuamu sendiri.

''Jun, kamu kok di sini?''

''Emang kenapa, gak boleh?'' Arjun berdiri menyamai posisi Fely. ''Bukannya kangen kangenan malah....''

''Boleh, kan cuma nanya doang.'' Fely memangkas ucapan Arjun. ''Aku masuk dulu ya, mau istirahat.''

''Om dan Tante lihat kan?''

''Iya, kasihan sekali anak itu pasti dia sangat kelelahan,'' ayah melihat pitrinya yang berjalan menjauhi mereka.

''Kamu beneran ngikutin mereka?'' Tanya bunda penasaran.

''Bener dong tan, masa aku bohong. Pas Fely ngabarin dia mau pergi ke Surabaya, saya merasa khawatir...''

''Dasar bucin.'' Potong Ayah.

Bunda mengeplak paha ayah, ''Ayah, dengerin dulu. Ayo lanjutin jun.''

''Karena merasa khawatir, ya udah ta ikutin aja mereka. Kemanapun mereka pergi saya selalu ngintilin.''

''Untung ada kamu jun. Kalo enggak, pasti kami gak bakal tahu kabar anak kamu di sana.''

''Iya, santai saja om, tante.''

Arjun tidak hanya berhasil memikat hati wanitanya tapi hati orang tuanyapun berhasil dia raih. Walaupun begitu, Papanya belum tahu sama sekali kalau Arjun sudah memiliki tambatan hati. Mungkin karena mereka tidak terlalu akrab ditambah papanya yang sering ke luar negeri membuat merek jarang bertemu.

.

.

.

bersambung

Jangan lupa like, komen, dan vote kalau ada poin lebih bisalah kasih hadiahnya hehe... Ini adalah karya pertama author mohon dukungannya ya. Auothor juga perlu kritik dan saran dari kalian nih, jadi bisa disampaikan di bawah ya...

Terimakasih 😊❤

Terpopuler

Comments

Jans🍒

Jans🍒

hdir bawa dkungn like lg kak... slm my husband my partner😇

2021-08-21

0

Lizaz

Lizaz

aku hadir kembali 🖐️

2021-08-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!