Salah paham

Fely di pindahkan ke ruang perawatan biasa. Tinggal menunggu waktu untuk pemulihan saja. Hampir setiap hari Arjun maupun Rei datang mengunjunginya.

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari. Semakin hari, keadaan Fely semakin membaik. Di hari sabtu sore Fely di perbolehkan untuk pulang ke rumah. Kebetulan saat pemberitahuan itu, hanya ada Rei dan bunda di sana. Sedangkan Ayah dan Arjun masih bekerja.

''Ayo saya bantu.''

''Gak usah pak, saya bisa sendiri kok.'' Rei tidak bisa menerima penolakan. Dia langsung memapah Fely.

Dari kejauhan bisa di tebak tujuan Rei. ''Kok kita malah ke mobilnya Pak Rei?''

''Emang kenapa? Tinggal naik saja apa susahnya hmm?''

''Ya ampun nak Rei... baik sekali sih. Padahal kamu atasannya Fely, tapi kamu begitu baik padanya.''

''Santai saja tante. Kalau di luar kantor seperti ini, saya bukan lagi atasannya Fely. Anggap saja saya sebagai kakaknya.''

Rei mulai melajukan kendaraanya ke rumah Fely. Suasana di dalam mobil terasa begitu hangat karena kehadiran bunda. Tidak seperti terakhir kali saat mereka naik mobil bersama.

Setibanya di rumah, bunda langsung menyiapkan makan malam. Merasa tugasnya sudah selesai, Rei berpamitan untuk undur diri. Bunda mencegahnya dan memintanya untuk makan malam bersama keluarga mereka. Berkali kali Rei menolaknya, berkali kali pula bunda membujuknya.

Cklekk...

Ayah yang baru saja pulang kerja mendapati putrinya sudah ada di rumah. Yang mencuri perhatian ayah adalah keberadaan Rei. Sedang apa dia di sini?

''Ayah, kenapa liatin pak Rei sampai segitunya?'' Perkataan Fely mewakili perasaan Rei yang heran karena sedari tadi di perhatikan oleh Ayah.

''Kenapa bos kamu ada di sini? Sedang apa dia? Apa kamu di kenakan sanksi? Apakah dia ingin memecat mu karena tidak bekerja berhari hari? Ke... Bunda datang dan menutup mulut ayah. ''Ssttt, dari pada banyak tanya mending bantuin bunda saja yuk,'' Tangan kanan bunda masih menutup mulut ayah dan tangan kirinya menarik tangan ayah membawanya ke dapur. Fely dan Rei hanya tertawa menyaksikan kejadian itu. ''Maaf ya pak, ayah saya emang kayak gitu, banyak tanya.''

''Iya, gak apa apa.'' Sambil menunggu makanan selesai di hidangkan, Fely menemani Rei mengobrol. Bau makanan yang sedang di tumis memenuhi isi ruangan. Menembus rongga rongga hidung.

...

''Aku mau kasih ini ke Fely, pasti dia seneng.'' Arjun menuju ke rumah sakit untuk menemui Fely. Betapa malangnya dia, tidak ada yang memberitahunya kalau Fely sudah pulang ke rumah.

Cklek.... ''Sayang... aku dat...'' Arjun melihat ruangan yang di tempati Fely sudah kosong, hanya ada seorang suster yang sedang membereskan ruangan itu. ''Loh, sus, pasien di ruangan ini mana ya? Kok sudah gak ada?''

''Pasien yang menempati ruangan ini sudah pulang pak.''

Rasa senang, sedih dan kecewa menyelimuti hati Arjun. Dia senang karena wanita yang di cintai sudah di perbolehkan pulang, artinya keadaannya sudah semakin membaik. Di satu sisi, dia merasa sedih dan kecewa karena tidak ada seorang pun yang memberinya kabar tentang hal ini. Bahkan Fely. Orang yang di harapkan akan selalu mengabarinya tapi....

Arjun tidak menyerah sampai di situ. Dia langsung melajukan mobilnya ke rumah Fely. ''Kenapa sih kamu gak ngabarin aku. Aku jadi seperti orang gila sekarang. Seperti orang yang kehilangan arah.''

Sesampainya di rumah Fely, pandangan Arjun tertuju pada mobil hitam yang terparkir di halaman rumah. ''Loh, mobil siapa itu. Perasaan, mobilnya Fely kan warna merah. Ah sudahlah. Mungkin itu mobil tetangganya.''

Arjun sudah tidak sabar ingin bertemu belahan jiwanya. Seperti yang dia katakan tadi, dia seperti orang gila yang kehilangan arah. Tanpa mengucap salam atau mengetuk pintu terlebih dahulu, Arjun langsung membuka pintu rumah Fely dan masuk ke dalam.

Tubuhnya kaku, matanya menjadi berkaca kaca seolah tak percaya dengan apa yang ada di sepan mata. Yang awalnya dia pikir akan bahagia setelah bertemu kekasihnya, namun kenyataan berkehendak lain. Arjun melihat Fely dan Rei saling bertatapan. Jarak wajah mereka tidak lebih dari satu senti. Apa yang ingin mereka lakukan?

Fely merasakan ada yang sedang memperhatikan mereka. Brukk...

Benar saja, ternyata ada Arjun di depan pintu. Dia menjatuhkan karangan bunga yang begitu indah. ''Ar-Ar-Arjun. Sejak ka-kapan kamu di situ?'' Fely langsung berlari ke arah Arjun. Namun, Arjun juga berlari keluar dari rumah itu. Arjun segera masuk ke mobilnya. Sedangkan Fely terus berlari untuk meraihnya.

''Jun, buka jun. Dengerin penjelasan aku dulu. Aku bisa jelasin. Itu gak seperti yang kamu lihat,'' Fely berteriak sembari mengetuk ngetuk kaca mobil Arjun. Sampai mobil itu dilajukan pun, Fely tetap mengejarnya. Rei yang menyaksikan kejadian itu sedari tadi, langsung menahan tubuh Fely untuk tidak mengejar mobil itu.

''Lepasin pak, saya mau ngejar Arjun.'' Fely menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Badan Fely bergetar, dia tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi.

''Sudahlah Fely, jangan menangis terus. Saya tau Arjun itu pacar kamu, tapi lihatlah kondisi mu sekarang. Kamu baru saja pulih. Jangan terlalu banyak pikiran, tenangkan pikiran dah hatimu.'' Rei mengusap usap punggung Fely.

''Dari mana bapak tau kalau saya dan Arjun pacaran?''

''Sudahlah, tidak penting saya tau dari mana. Lagi pula... tidak mungkin bukan kamu mengejar dan menangisi pria yang bukan siapa siapamu.'' Keadaan menjadi hening. Suara isak tangis Fely sudah tak terdengar di sana. ''Ayo pulang.''

Cklek....

''Dari mana saja kalian, ayah dan bunda sudah selesai makan. Kenapa pergi gak bilang bilang?''

''Maaf ayah, tadi kita habis dari luar, cari angin.''

''Itu tadi ada karangan bunga di depan pintu. Punya siapa? Kok di taruh di bawah? Seperti barang tak terpakai.''

''Udah ya nanya nya. Fely sama pak Rei mau makan dulu. Udah laper nih.'' Fely membawa Rei ke ruang makan. ''Silahkan duduk pak. Maaf ya, bapak jadi menyaksikan kejadian tidak enak seperti itu.''

''Iya. Besok saya akan bantuin kamu buat jelasin ke Arjun. Saya jadi tidak enak, gara gara saya hubungan kalian jadi sperti ini. Saya sudah anggap Arjun seperti saudara saya sendiri. Dia sudah menyelamatkan saya berkali kali.''

Mereka berdua makan dengan suasana hangat. Tidak ada lagi suasa canggung di sana. Lambat laun, Fely mampu merubah kepribadian Rei yang super dingin menjadi super hangat. Mereka mengobrol layaknya teman lama. Tak ada juga status atasan dan bawahan.

Setelah selesai makan, Rei langsung berpamitan dengan orang tua Fely. ''Kenapa perasaanku seperti ini ya. Aku tidak tau ini perasaan apa.'' Rei merasakan perasaan yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. ''Ah, ini adalah perasaan bersalah. Bersalah karena sudah membuat hubungan Fely dan Arjun menjadi kacau. Pokoknya besok pagi aku harus menemui Arjun dan menjelaskan semuanya.''

.

.

.

bersambung

Jangan lupa like, komen, dan vote. Ini karya pertama author, jadi mohon dukungannya ya. Bisa disampaikan juga kritik dan saran yang membangun.

Terimakasih ☺❤

Terpopuler

Comments

Nona Bucin 18294

Nona Bucin 18294

Semangat updatenya ya kak 😊😊🥰🥰🥰

2021-07-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!