Keesokan harinya Diandra datang seperti biasa ke hotel untuk bekerja. Dia mulai dengan menyapu terlebih dahulu
"Hmn ... darimana aku dapatkan uang sebanyak itu ya? Aku tidak bisa tidur karena terus mamikirkan masalah itu" DIandra melakukan pekerjaannya sambil terus melamun
"Andra! Diandra!"
"Iya!"
Diandra sangat terkejut dan langsung tersadar dari lamunannya ketika Dita tiba-tiba berteriak disamping telinganya
"Kamu ini, aku perhatikan sejak tadi kamu menyapu dibagian ini saja. Kamu mau menyapu ini sampai kapan? Sampai lantai ini tipis, hah?" Dita kembali mengomel setelah menyedari kalau Diandra sejak tadi melamun dan hanya menyapu di tempat yang sama
"Maaf bu, saya akan menyapu bagian lain" Jawab Diandra dengan menundukkan kepala
"Kamu ini, jika kamu terus melamun seperti itu, maka semua pekerjaan mu tidak akan selesai!" Terlihat Dita sangat kesal karena Diandra selalu melamun hingga membuat pekerjaannya tertunda
"Maaf bu. Saya akan segera menyelesaikan pekerjaan saya" Diandra menjawab dengan raut wajah yang ditekuk
"Ya sudah. cepat selesaikan pekerjaanmu. Masing-masing kamar hotel juga belum kamu bereskan" Dita bicara sambil melangkah pergi meninggalkan Diandra
"Iya bu"
Haah ... Diandra, fokus fokus fokus! Ayo cepat selesaikan dulu pekerjaanmu!" Ujar Diandra menyemangati dirinya sendiri
"Kakak cantik!"
Saat Dian hendak pergi untuk mengambil kain pel, dia dikejutkan dengan kedatangan Lathan
"Kakak kenapa? Aku tadi lihat kakak dimarahi oleh ibu galak itu. Apa kakak selalu dimarahi olehnya? Apa aku harus memberinya pelajaran?" Lathan bicara dengan raut wajah kesal yang begitu lucu. Pipinya mengembung saat dia menggerutu
"Hahaha, kamu tidak perlu membalasnya. Ini bukan apa-apa. Lagipula itu salah kakak dan bu Dita hanya menegur kakak saja" Diandra menundukkan punggungnya dan mengelus lembut kepala Lathan dengan penuh kasih sayang sambil tersenyum
"Tetap saja aku tidak suka melihat kakak cantik dimarahi seperti itu" Ujar Lathan dengan kepala tertunduk dan sebelah kaki yang di gerakkan ke depan dan kebelakang
"Akan aku laporkan pada papi agar wanita itu di hukum. Tidak ada yang boleh menindas kakak cantik!" Lathan bergumam dengan sorot mata penuh amarah tanpa Diandra ketahui
"Kakak tidak papa. Lathan, sekarang kakak sedang sibuk, jadi kakak tidak bisa menemanimu. Kamu kembali dulu ke kamarmu saja ya! Nanti kalau pekerjaan kakak sudah selesai, kakak akan ke kamarmu dan menemanimu bermain" Diandra bicara dengan sangat lembut
"Baiklah. Tapi benar ya kalau kakak cantik akan menemuiku di kamarku?"
"Iya, nanti kakak kesana"
"Yeaaayyy ... kalau begitu sampai bertemu nanti kakak cantik" Lathan berteriak dengan ceria sambil berbalik meninggalkan Diandra dan berlari menuju kamarnya
"Dasar anak kecil. Padahal aku sudah sering bilang padanya untuk tidak berlari karena bisa saja dia terjatuh. Tapi tetap saja dia sangat senang berlari" Gumam Diandra melihat kepergian Lathan yang berlari menjauh darinya
Beberapa saat kemudian dikamar Radit
"Papi, apa papi sedang sibuk?" Tanya Lathan pada Radit yang sedang memeriksa dokumen
"Tidak, ada apa?" Radit hanya menoleh pada Lathan sesaat, kemudian dia kembali meneliti dokumennya
"Aku melihat kakak cantik dimarahi oleh seorang wanita. Bisakah papi membantunya membalaskan dendam?" Lathan bertanya dengan sikap yang tenang dan berwibawa. Dia terlihat seperti anak kecil yang terhormat
"Kenapa papi harus membantunya?" Radit bertanya acuh tak acuh pada Lathan
"Karena dia akan menjadi ibuku, jadi papi harus melindunginya!" Jawab Lathan polos
"Kamu yakin kalau ingin menjadikan dia ibumu? Lathan, kamu tidak boleh mudah percaya pada orang lain begitu saja. Kita tidak tahu bagaimana sifat aslinya, terlebih apa kamu yakin kalau dia mau menerimamu sebagai anaknya?" Radit bertanya dengan senyum tipis di bibirnya dan sorot mata yang dingin
Sesaat Lathan terdiam, sebelum akhirnya dia menjawab apa pertanyaan Radit
"Aku yakin kalau dia gadis yang tepat untuk papi. Dia terlihat tulus menyayangiku, jadi dia pasti menerima papi sebagai pasangannya" Dari sorot matanya Lathan terlihat penuh keyakinan
Radit tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Lathan
"Anak ini, apa aku salah mendidiknya ya? Bagaimana bisa dia bertingkah seperti orang dewasa padahal masih sangat kecil?"
"Baiklah. biarkan papi bertemu dengannya dan papi ingin tahu bagaimana pendapatnya tentang tawaran kita nanti"
"Tentu pih. Katanya dia akan kemari setelah pekerjaannya selesai. Hari ini sepertinya dia punya masalah karena selalu terlihat melamun"
Lathan kembali bicara dengan sikapnya yang tenang
"Papi mengerti. Serahkan saja masalah ini pada papi"
Jawab Radit dengan senyum tipis di bibirnya
Tok tok tok
Tak berapa lama terdengar suara ketukan pintu. Radit masih duduk di depan laptop dna dokumennya sedangkan Lathan sedang menonton televisi
"Lathan, buka pintunya!"
"Baik papi"
Lathan pun beranjak dari duduknya dan melangkah ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang
"Kak cantik!" Seketika mata Lathan berbinar ceria melihat seseorang yang berdiri di balik pintu. Itu adalah Diandra
"Halo Lathan" Sapa Diandra menundukkan badan dan mengelus kepala Lathan
"Kamu sedang apa? Apa kamu sendirian dikamar?" Diandra tidak tahu kalau Radit ada di kamarnya karena Lathan berlarian keluar kamar sendiri
"Ayo kak, masuk dulu! Papi juga ada. Katanya pekerjaan papi bisa dilakukan dikamar jadi papi tidak harus meninggalkan kamar hotel" Lathan bicara setelah Diandra masuk ke kamar miliknya
"Eh ku kira ayahnya tidak ada. Bagaimana bisa aku dikamar seorang pria?" Pikir Diandra setelah masuk dan melihat Radit sedang sibuk dengan laptop dan dokumennya
"Lathan, sebaiknya kita bermain diluar saja ya? Tidak baik jika kita mengganggu ayahmu" Diandra bicara dengan nada yang ragu. Terlihat kalau dia salah tingkah begitu melihat Radit disana
"Tidak papa. Kalian bisa bermain disini. Itu tidak akan menggangguku" Ujar Radit tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen ditangannya
"Ah iya. Anda bisa mengatakannya jika nanti merasa terganggu dengan kami" Jawab Diandra yang tidak bisa menolak untuk bermain dengan Lathan
"Dia itu pria yang tampan. Tapi kenapa dia tidak pernah tersenyum ya? Coba saja kalau dia bersikap hangat dan perhatian pada Lathan. Pasti Lathan akan sangat senang"
Diandra diam-diam memperhatikan Radit yang sedang fokus bekerja. Dia tidak terlalu sibuk hari ini jadi Candra dibiarkan berada dikamarnya sendiri
"Sampai kapan kamu akan terus curi-curi pandang menatapku? Kamu tidak ingin menatapku terang-terangan?" Radit bicara dengan sikapnya yang acuh tak acuh
"Ah, maafkan saya" Diandra terlihat salah tingkah dan kembali menundukkan kepala dan bicara dengan Lathan
"Kenapa wajah kakak cantik berubah merah? Apa kakak cantik sakit?" Lathan bersikap polos dan memegang kening Diandra untuk memastikan keadaannya
"Kakak tidak papa. Kakak tidak sakit sama sekali" Jawab Diandra lembut
"Lathan, apa papi bisa pinjam kakak cantikmu sebentar? Ada yang ingin papi bicarakan dengannya"
Sesaat Lathan terdiam menatap Diandra, namun kemudian dia mengangguk dan membiarkan Diandra bicara dengan ayahnya
"Baik pih"
"Bisa ikut saya ke balkon?" Tanya Radit yang telah berdiri menuju balkon. Diandra oun mengijutinya dari belakang
"Ada apa bapak memanggil saya?" Tanya Diandra yang sedikit ragu-ragu
"Langsung saja pada intinya. Aku tahu kamu sedang dalam masalah. Aku ingin menawarkan kesepakatan padamu"
"Kesepakatan?" Terlihat jelas dari wajahnya kalau Diandra sangat bingung dengan apa yang dikatakan Radit
"Ya kesepakatan. Menikahlah denganku dan jadi ibu dari Lathan, maka aku akan menjadikan kamu ratu di dunia ini!"
"Apa?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Sumiati 32
mau , daripada dijodohkan dengan pria tua sudah beristri dua
2024-02-08
1
Zieya🖤
wedeeee enak dong jadi ratu🤭🤭🤭
2023-04-08
1
Diana Budhiarti
ah bener ya Radit...mo deh ak
2023-01-25
0