"Eyang." Panggil Rama.
Putri menghentikan kekehannya. Tapi matanya masih berkilat, melotot menatap Rama.
"Daripada ketawa terus, beliin donat dong di restoran bawah. Laper nih."
"Kamuuu ngggaaaa pingginnnn melihaaaat maaasaaa depannmuuu samaaa Miaaaa?" Tanya Putri
"Ogah. Lagian belum tentu bisikan Iblis benar. Cuma bisa ngeliat akhirnya, ngga lihat prosesnya kan? Penglihatan itu bukan takdir loh!"
"Yaaaakkkiiiinnnn??"
"Atau saya saja yang beli, deh. Ini tungguin Mia."
Rama beranjak dari sisi Mia.
Terdengar Putri berdehem.
Lalu raut wajahnya kembali seperti semua. Ceria dan bersemangat.
"Ngga usah. Sebentar lagi ada yang bawain cake mahal." Lalu ia mengendus sesuatu.
"Aura putih mendekat."
"Siapa?"tanya Rama.
"Bataragunadi."
"Itu sih aura hitam legam sampai berasa buta!" Seru Rama.
"Kamu ini sudzon terus deh." Dengus Putri.
"Saya jemput ke depan dulu!" Sahut Rama sambil keluar dari ruangan.
"Tante, tante, Sini..." Panggil Mia.
"Apaaa cantiik?" Putri mengecup pipi Mia dengan gemas.
"Kok Om Rama suka panggil tante 'eyang' sih? Tante kan masih muda."
"Oh, hehe... tante kan memang sudah eyang-eyang."
"Tante masih muda kok."
"Oh, ini karena tante pakai obat untuk merawat kulit muka. Tante ahli meracik obat."
"Obat apa?"
"Semacam jamu-jamuan yang fungsinya merawat kulit supaya terlihat awet muda. Tapi lihat deh tangan tante. Berkerut kan?"
"Iya ih, kayak nenek-nenek."
"Ini usia tante yang sebenarnya. Kelihatan juga di leher dan seluruh tubuh tapi tante tutupin jilbab."
"Oh gitu tante? Kalau dijual pasti pada beli yah, dulu mama juga sering pake... Hm...skinker? Biar awet muda, katanya."
"Iya, tapi skinker tante, paten punya. Ngga bisa dibeli orang kebanyakan, soalnya pakai bahan langka, jadi sangat mahal harganya." Putri meringis.
"Ndoro Gusti Raden Ayu Putri Gandhes Bhanuwati Bagaswiryaaaa. Menika dhayohipun sampun rawuuhh." (Ini tamunya sudah datang) Sahut Rama malas sambil membuka pintu kamar.
Di belakangnya, terlihat sosok Sebastian Bataragunadi dan asistennya, Arman, memasuki kamar.
"Bu Gandhes..." Sebastian menangkap tangan Putri dan menciumnya.
Arman hanya menunduk hormat, disambut dengan senyuman ramah Putri yang ceria.
"Kepripun kabare Bu?" (Bagaimana kabarnya Bu?) Tanya Sebastian.
"Sae , kados pundi bisnis panjenengan?" (Baik, Bagaimana bisnis kamu?) Balas Putri.
"Lumayan. Mboten kulo songko saged kepanggih ibu wonten ngriki. Setunggaling kehormatan ibu ngagem fasilitas kesehatan kulo." (Lumayan. Tidak saya sangka busa bertemu ibu di sini. Suatu kehormatan ibu menggunakan fasilitas kesehatan saya.)
Kata Sebastian. Wajah pria itu tampak senang.
Putri mengibaskan tangannya sambil terkekeh.
"Kita langsung mawon, mboten betah basa-basi." (Kita langsung saja, ngga betah saya basa-basi.) Kata Putri.
Sebastian menatap Putri dengan senyuman licik penuh arti tersembunyi
"Ibu ngertos piyambak maksud rawuh kula mriki." (Ibu tahu sendiri maksud kedatangan saya kemari.) Kata Sebastian.
Rama menatap Arman yang berdiri dengan kalem di belakang Sebastian. Bertepatan dengan Arman yang juga sedang menatapnya.
Dengan sinis.
Tatapannya tersirat suatu ancaman untuk tidak ikut campur ke dalam permasalahan bisnis mereka.
Rama, memilih untuk mundur.
Lagipula, ini di rumah sakit, dan ada Mia di sini.
Rumah sakit milik Garnet Grup, milik Sebastian. Sudah wajar Sebastian bertandang kemari, memberi hormat ke Putri.
Sejak Sebastian memulai bisnisnya, mereka banyak dibantu oleh keluarga Bagaswirya.
Namun permasalahan Rama bukan pada Sebastian.
Tapi pada... Arman.
Yang mana adalah mantan atasan Rama di kepolisian.
Karena kasus misterius, Arman dipecat dari kepolisian. Rama tidak tahu persis permasalahannya. Desas-desus yang beredar karena Arman memiliki latar belakang asing. Kroasia-Korea Utara. Dan Kepolisian ingin agar 'posisi atas' diisi oleh anak bangsa. Tidak boleh ada kebangsaan ganda, walaupun Arman memiliki identitas sebagai WNI sudah sejak dia lahir.
Desas-desus yang kedua, Arman memiliki hubungan dengan partai kom*unis paling terlarang di negara ini.
Yang mana pun, sejak ia dipecat dari kepolisian, Arman bekerja untuk Sebastian. Sebagai asisten, juga bodyguardnya.
Rama sangat mewaspadai manusia yang satu ini. Karena pandangannya terhadap Rama yang masih memakai seragam kepolisian, sangat penuh dendam.
Terutama pada tanda kepangkatan yang dipakai Rama. Dua bunga sudut lima.
Karena Arman pernah juga mendapatkannya.
Sampai terakhir Arman mendapatkan tanda kepangkatan satu bintang.
Dan tak lama setelahnya kariernya di kepolisian berakhir.
Arman mendengus tanda kebencian, lalu memalingkan muka dengan sengaja dari Rama.
"Ares." Panggil Putri lembut.
Arman menoleh dan menatap Putri dengan menaikkan alisnya.
"Santai saja." sahut Putri.
Ares adalah nama kecil Arman. Entah dari mana Putri tahu yang jelas Arman tidak kaget.
Pria itu hanya tersenyum getir ke arah wanita itu sambil menunduk hormat.
"Ayo kita bicara di luar saja. Le* kamu di dalam jagain Mia ya." Kata Putri ke Rama sambil menggiring kedua pria itu keluar.
(*Le disini adalah singkatan untuk Tole, sebenarnya adalah panggilan sayang untuk anak laki-laki. Namun juga suka disebutkan untuk cucu atau cicit laki-laki.)
Setelah menutup pintu, Rama menghampiri kotak kue yang tadi dibawa Sebastian.
"Waduuuuh..." Serunya.
"Apa Om isinya??" Mia penasaran, menatap Rama dengan pandangan berbinar ingin tahu.
"Kasihan kamu Miaaaaa. Kamu belom boleh makan cake Red Velvet dengan taburan coklat chips dan robekan emas dengan krim keju yang meleleh sampai ke mulut disertai dengan potongan blue berry yang..."
"Om Rama jahat!" Seru Mia bersungut-sungut.
Rama hanya cekikikan sambil meletakkan kotak kue di kulkas.
*****
"Makanannya enak ya tadi." Kata Sandra sambil menyetir mobilnya, kembali ke rumah sakit.
"He'em." gumam Sena.
Pria itu sedang berpikir keras mengenai kode yang dilancarkan Sandra dari tadi.
Sandra lebih sering menatapnya dengan mata sayunya, membuat Sena jengah.
Juga memperhatikan Sena dengan seksama seakan meneliti setiap jengkal tubuhnya.
Dan sepertinya Sandra tidak terlalu lapar tadi, karena wanita itu hanya memesan cake dan teh.
Juga cara duduknya berbeda dari yang biasa.
Biasanya Sandra duduk dengan angkuh, bersandar sambil melipat kedua tangannya di dada, dan bibir cemberut.
Kali ini wanita itu mencondongkan tubuhnya ke depan, dengan gerak-gerik lebih sering mengangkat kedua bahunya dengan...
Genit.
Pikir Sena.
Bukannya pria itu tidak suka.
Sena suka melihatnya.
Tapi ia jadi merasa canggung, karena merasa salah tingkah dan takut salah persepsi.
Mereka sampai kembali di rumah sakit sekitar setengah jam kemudian.
Belanjaan mereka tinggal di mobil, dan Sena menenteng bubur untuk Mia.
Pria itu mengikuti Sandra yang berjalan lebih dulu
"Sena." Sandra menghentikan langkahnya, dan menunggu Sena mensejajarinya.
"Hm?" tanya Sena sambil mengangkat alisnya.
"Boleh pegangan lengan kamu? Kakiku agak pegal, lupa bawa sandal tadi, jadi aku pakai sepatu hak tinggi seharian." begitu alasan Sandra.
Ia tidak sepenuhnya jujur. Kenyataannya, Sandra sebenarnya terbiasa kemana-mana menggunakan higheels.
Sena mengulurkan lengannya untuk diraih Sandra.
Wow... ototnya terasa besar dan kencang.
Pikir Sandra.
Ini sih Gawat!
Pikir wanita itu lagi.
Mereka berjalan berdampingan, sampai memasuki lift menuju ke arah kamar Mia.
Dan saat lift terbuka, di depan mereka terlihat Putri bersama Sebastian dan Arman yang tampaknya baru saja akan pulang.
"Loh, sudah pulang? Baru jam 9..." Sapa Putri.
"Sudah jam 9, tepatnya." Ralat Sandra.
"Pak Sebastian, Apa kabar?" Sapa Sandra.
"Baik." Sahut Sebastian. Tapi pandangan Sebastian bukan ke arah Sandra, melainkan ke arah Sena yang menatapnya dengan muram.
Yang menatap Sena, bukan hanya Sebastian.
Arman juga.
Pandangannya terutama ke arah tangan Sandra yang sedang memeluk lengan Sena dengan posesif.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Fajar²
oalah namanya lengkapnya eyang itu,pantes di panggil putri
2025-02-21
0
Fajar²
punya saingan Arman.
2025-02-21
0
May Keisya
🤣🤣..aku ikutan ngiler😂
2024-01-09
0