Sena menatap ponselnya dengan hati campur aduk.
"Mohon maaf. Pengajuan kerja anda ditolak karena tidak memenuhi kualifikasi." Begitu pesan yang tertera di layar ponselnya.
Lalu laki-laki itu melempar ponselnya ke atas kasur tipis dengan putus asa.
Ini perusahaan ke 58 yang menolaknya.
Sena duduk bersandar di tembok triplek lapuk sambil menutupi dahinya dengan sebelah tangannya.
Aku cari pekerjaan di mana lagi?
Uangku tinggal 50ribu. Tidak ada lagi yang bisa dijual.
Aku tidak mau mencuri lagi.
Desisnya dalam hati.
"Abang..." Mia, 10th, duduk di depannya. "Masih ada mie instannya ngga? Aku lapar. Dari kemarin malam belum makan."
"Di kardus habis?"
"Habis Bang."
"Kue keringnya?"
"Habis juga."
"Oke abang cari mie instan dulu ya ke warung."
"Bang, susunya juga habis. Jadi Kenny dan Kenzo aku kasih teh tawar. Soalnya mereka nangis terus. Badannya agak anget."
Astaga!
Kenny dan Kenzo baru 7 bulan. Harus minum Teh Tawar?
"Iya, abang juga beli susu. Kamu kalau yang begitu habis, langsung bilang yah, jangan sampai mereka mal nutrisi."
"Hem. Maaf Bang, lain kali aku langsung bilang." Kata Mia mengangguk.
Sena membelai kepala Mia sambil beranjak ke warung untuk membeli susu dan mie instan.
*****
Kenapa tiba-tiba uangku tinggal 15 ribu?!
Pikir Sena panik.
Ia baru saja menerima kembalian dari warung dan tertegun.
Apakah nanti malam aku harus...
Astaga!
Aku terpaksa!
*****
Drak!
Sandra membuka matanya.
Ia bisa mendengar ...
Lagi-lagi bunyi kulkas di buka!
"Mist ... " (Aduh) keluh Sandra sambil bangun dengan perlahan.
Sudah sebulan lamanya sejak kejadian terakhir, Sandra masih mengingat traumanya.
Ia memang tidak melaporkan kejadian itu ke polisi karena hanya makanan yang dikuras.
Tapi ia akhirnya memasang cctv di seluruh pojok rumahnya.
Ia mengambil tongkat baseball dari besi yang ia sediakan di sebelah ranjangnya dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara.
Lalu dengan langkah sepelan mungkin ia keluar dari kamarnya (pintu kamarnya tidak pernah ditutup karena ia tinggal sendirian) sambil menggenggam tongkat besinya dengan kuat.
Ke arah dapur.
Bersembunyi di celah dinding.
Dan mengamati sosok tinggi di dalam konter dapurnya.
Berusaha merekam penampilan si penyusup lewat ingatannya.
Jaket hoodie hitam, topi hitam, masker hitam, sarung tangan karet.
Jaketnya kini digulung sampai siku, lengannya tampak kokoh dengan sembulan urat.
Sandra bisa melihat tato naga menghiasi lengannya.
Ia seperti biasa menguras semua isi kulkas Sandra, lalu ke konter atas mengambil semua biskuit, Mie instan, makanan kaleng.
Ini bukan pencuri biasa.
Kalau benar-benar maling, ia pasti menyasar kamar utama. Karena semua perhiasan ada di sana.
Tapi penyusup ini menyasar dapur.
Batin Sandra.
Sandra meraih stop kontak dan menyalakan lampu.
Sosok hoodie hitam itu tampak terkaget dan terpaku di tempat, karena ruangan yang terang tiba-tiba.
Lalu menoleh sedikit.
Ia bisa melihat Sandra ada di belakangnya lewat pantulan bayangan buram dinding kulkas di sebelahnya.
Sandra memegang tongkat baseball dan memperlihatkan layar ponselnya yang bertuliskan 110 untuk mengancam si penyusup. "Saya memegang ponsel, siap menelpon polisi. Kamu jangan macam-macam!" sahut Sandra.
Si penyusup mengangkat tangannya pelan-pelan tanda menyerah.
"Berbalik perlahan." Sahut Sandra.
Si penyusup menghela napas panjang, lalu perlahan berbalik.
Dan menatap Sandra.
"Buka masker kamu." Sahut Sandra.
Si penyusup diam beberapa saat memperhatikan Sandra.
Matanya menatap Sandra dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Lalu ia menoleh ke samping, melihat apron yang tergantung di samping kulkas.
Dan meraihnya.
Lalu meletakkannya di konter di antara mereka.
Sambil menunjuk Sandra dengan dagunya.
Sandra mengernyit bingung.
Menatap apron di depannya.
Apa maksudnya? Pengalih perhatian atau bagaimana? Pikir Sandra.
Namun ia tertegun saat si penyusup membuang muka ke samping, berusaha tidak menatap Sandra.
Sandra mulai jengah dan dengan hati-hati ia menunduk ke bawah, memperhatikan dirinya sendiri.
Lalu terkesiap, terpekik saat menyadari kalau ia dalam kondisi tidak berbusana.
"Mein Gott!!" (Ya Tuhanku) pekik Sandra menyadari kesalahannya.
Ia baru ingat saat pulang kerja, ia mandi dan karena sangat capek ia langsung tidur tanpa berpakaian.
Ia bahkan sempat ketiduran dalam bathtub. Untung saja tidak tenggelam dan bangun di saat yang tepat.
Namun setelah itu dia kembali tertidur di kasur dengan hanya berbalut handuk.
"Du bewegst dich nicht, oder ich rufe die Polizei!" (Kamu jangan bergerak, atau kupanggil polisi!) Sahut Sandra sambil meletakkan ponsel dan tongkat besinya dan meraih apron untuk memakainya.
Si Penyusup kini sudah menurunkan tangan yang tadi terangkat tanda menyerah.
Ia berdiri bersandar di konter sambil menunduk.
Sepertinya ia tidak membawa senjata apa pun, namun Sandra bisa melihat tas ransel besar untuk kemping di samping kulkas.
Isi ranselnya adalah makanan dari kulkas Sandra.
Saat itu Sandra merasakan suatu keanehan.
Ini bukan pencuri biasa.
Kalau ia benar-benar jahat, ia sudah memperkosa Sandra dari tadi.
Sandra tertegun sambil menatap sosok di depannya, yang kini sudah mengangkat wajahnya, menatapnya lurus.
Pandangan matanya ...
Sendu dan memelas.
Mata coklat yang indah, terbias terkena cahaya lampu dapur.
"Bleib still!" (Diam di sana) Sahut Sandra.
Si penyusup mengangguk sekilas. Lalu pria itu menghela napas.
Sandra mengernyit.
Barusan ia bicara bahasa Jerman.
Dan Pria di depannya ini mengangguk.
Jelas si penyusup adalah orang terpelajar sebenarnya. Paling tidak ia mengerti bahasa Jerman.
Sandra mundur sedikit untuk meraih laci di belakangnya.
Lalu mengeluarkan amplop coklat dari sana.
Uang belanja untuk ARTnya di pagi hari, persediaan selama sebulan.
Si ART tinggal tidak jauh dari rumah Sandra, jadi terbiasa pulang-pergi.
Sandra meletakkan amplop itu di atas meja konter di antara mereka.
"Ambil ini. Dan jangan kembali lagi." Desis Sandra waspada.
Si Penyusup hanya menatap amplop itu. Ia tidak bergerak dari sana.
Tampak pria itu sedang berpikir untuk menerima atau menolak pemberian Sandra.
Amplop coklat itu lumayan tebal.
Akhirnya si Penyusup meraih amplop itu dan membuka isinya.
Satu gepok uang berwarna biru.
"Sudah diambil beberapa lembar untuk belanja. Tapi kurasa cukup untuk kebutuhan kamu sehari-hari. Ambil juga semua isi kulkas saya, dan tolong kali ini keluar lewat pintu depan, jangan lewat plafon."
Sandra kuatir genteng rumahnya roboh karena laki-laki ini lumayan tinggi dan besar.
Terdengar helaan napas dari arah si Penyusup.
Lelaki itu mengangkat tas Ransel, kardus mie instan, lalu amplop uangnya di masukan ke saku depan hoodienya.
Sandra menyingkir saat Pria itu melewatinya.
Wangi.
Susu? Minyak telon?
Sandra mengernyit.
Tapi memutuskan untuk memikirkannya nanti saja dan mengikuti pria sampai ruang tamu.
Pria itu agak menyingkir saat Sandra akan membuka kunci pintu keluar.
"Silahkan." Desis Sandra sambil mempersilahkannya keluar.
"Terima kasih." Desis si penyusup. Suaranya rendah dan terkesan lembut.
Dari tarikan kulit di atas maskernya, Sandra bisa melihat mata lelaki itu menyipit, tersenyum padanya.
Kenapa...
Jantungku rasanya langsung berdebar-debar begini?!
Pikir Sandra saat Pria itu sudah menghilang di kegelapan malam.
Mungkin akibat shock karena berinteraksi dengan penyusup.
Astaga !
Aku bisa saja mengalami kekerasan!
Sandra mengusap rambut pirangnya ke belakang kepala dan berusaha menguasai dirinya.
Napasnya tersengal-sengal.
Maka ia pun mengibaskan tangannya. Berusaha mengusir hawa menegangkan.
Lalu masuk ke dalam dan mengunci pintunya kembali.
*****
Ya Ampun.
Semalaman aku tidak bisa tidur.
Pikir Sandra.
Wanita itu termenung di meja kerjanya sambil menunduk menatap kertas putih kosong di depannya.
Mata itu ...
Menghipnotisku.
Aku terus-terusan memikirkannya.
Sangat memikat!
The thieft...
Itu dia!
Itu konsep untuk gelang pria berikutnya!
Sang Pencuri...
Dengan kalut Sandra menyambar pensilnya dan mulai mencorat-coret kertas desainnya.
Batu alam yang dipilih? Ah! Sudah pasti Tiger Eye, coklat redup yang berkilau saat terkena cahaya.
Pikirnya.
Lalu,
Kulitnya putih susu, batu alam lainnya. Mutiara air tawar putih.
Lalu rambutnya yang tersembunyi dari balik topinya. Hitam berkilau.
Opal terlalu biasa.
Tidak, jangan opal.Opal tidak berkilau sejelas itu.
Sandra menggaruk rambutnya, memikirkan batu yang lebih eksklusif.
Lalu menatap brankas di depannya.
Berlian hitam.
"Ja. Berlian. Eksklusif dan berkilau. Menghipnotis semuanya." Gumam Sandra. Ia kembali mencorat-coret kertasnya.
"Meine Güte! Das wird ein Meisterwerk!" (Astaga! Ini akan jadi masterpiece!) Serunya senang saat menatap desainnya.
"Indahnya." sahutnya kagum, membayangkan rangkanya. "Ini pasti akan Mencuri hati semua orang!"
Senyum puas terpatri di bibir wanita itu.
Der Charme Des Diebes.
Pesona Sang Pencuri.
Itu nama tema marterpiecenya kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Hanachi
pencurinya paham bahasa asing kah ?
2024-11-27
0
irish gia
balik baca lagiiihh
2024-08-23
0
Putri Dhamayanti
koq iso 🤣
2024-06-24
0