"Kamu ada kereta bayi?" Tanya Sandra.
"Mana ada?!" Sena juga panik. Dia menggendong Mia yang kini mulai terkulai lemas.
"Aku ngga pernah gendong bayi, Sena! Aku takut salah!" Sahut Sandra.
"Kamu gendong Mia, Aku gendong si kembar."
Mereka dengan panik mempersiapkan segalanya untuk ke rumah sakit.
Lalu setengah berlari menuju ke arah mobil Sandra.
"Tolong ambil kunci dari kantong belakang celanaku." Desis Sandra sambil memapah Mia.
"Aku lagi gendong dua anak." Desis Sena sedikit kesal.
"Terus gimana caranya?" Sahut Sandra. Wanita itu berputar mengarahkan bo kongnya ke arah Sena.
"Kenapa sih harus ditaruh di kantong belakang?!" Keluh Sena
"Mana aku tahu kalau kamu... Ugh!" Sandra mengeram gemas. "Bagaimana mungkin anak 10 tahun makan Mie setiap hati Sena! Di Kabinet atas ada Sereal kenapa kamu ngga kasih itu!"
"Aku tidak selalu tahu jenis makanan kaum kelas atas seperti kamu yah! Kalau kamu tidak ikhlas mengantar kami ya tidak apa!"
"Bagian mana yang aku bilang ngga ikhlas padahal aku udah mengendong Mia sampai sini?! Ambil kunci mobilku !" Sandra memerintah sambil kembali menyodorkan bo kongnya.
Sena menghela napas.
"Kamu jangan bergerak." Dan Sena sedikit membungkuk, dengan dua bayi di kedua tangannya, memaksakan salah satu tangannya merogoh kantong belakang celana jeans Sandra.
"Oke." Desis Sena sambil menegakkan badannya dengan kunci tergantung di jemarinya.
Astaga, rasanya aneh sekali!
Pikir mereka berdua.
"Kamu bisa nyetir mobil?" Tanya Sandra.
"Enggak."
"Yah, kurasa aku akan menyetir sambil menggendong Mia."
"Hati-hati..." desis Sena.
*****
Garnet Medical International Hospital.
Permasalahan 'kecil' juga datang saat mereka sudah tiba di rumah sakit.
"Ini... Rumah sakit?" Sena setengah melongo menatap sekitarnya. Dibandingkan rumah sakit, tempat mereka berpijak kali ini lebih pantas disebut hotel bintang lima.
Dengan banyak toko.
"Kita ke IGD dulu." Desis Sandra dengan langkah terburu-buru ke bagian IGD.
"Sandra... Sandra... Sebentar!" Seru Sena menghentikan Sandra.
"Apa sih? Mia sudah lemas ini, mulai demam tinggi!"
"Aku ngga bisa bayarnya! Rumah sakit semewah ini pasti sangat mahal!"
"Kamu ngga perlu pusingkan itu."
"Aku ngga mau lagi berhutang sama kamu."
"Kalau urusan Mia, tidak kujadikan hutang!" Sahut Sandra.
"Sandra..." Sena mengeluh saat Sandra berlari mendahuluinya memasuki IGD.
Ia tidak bisa mengejar wanita itu karena dalam posisi menggendong bayi.
Hanya bisa menyusul wanita itu perlahan sambil mengerang tak setuju.
*****
"Ini indikasi usus buntu ya Bu. Dilihat dari kondisinya, setelah kami beri penurun demam, harus segera dilakukan operasi. Apakah dia memiliki alergi terhadap suatu jenis obat?"
"Di tes saja, Dok." Desis Sandra.
"Dia alergi sulfa. Waktu itu pernah sampai kejang." Kata Sena.
Dokter melirik Sena lalu tersenyum sambil mengangguk
.
"Saya bertanya mengenai prosedur dulu ya Pak, Bu. Golongan darah adeknya apa?"
"Dia A." Jawab Sena.
"Oke..." Desis Dokter sambil mencorat-coret mapnya. "Bapak?"
"Saya B."
"Hm, Jadi Ibunya A ya." Gumam si dokter.
Sandra tidak menjawab, Sena hanya meliriknya.
"Saya sudah memberikan penanganan awal agar kondisi adeknya stabil dulu sebelum dimulai operasi. Silahkan ke bagian administrasi dulu ya Pak."
Sena menghela napas.
Sedikit mengeluh.
Sandra langsung berjalan keluar. "Kamu tungguin Mia. Aku sekalian booking kamar." Desis Sandra.
Sena hanya bisa duduk termangu sambil menggendong si kembar.
"Abaaaang..." Mia sadar dari pingsannya mencari Sena.
"Ya Mia. Abang di sini." Sena mendekat.
"Bang, aku takut. " Desis Mia.
"Ngga papa, abang jagain kamu."
"Jangan kemana-mana."
"Iya..."
Dokter jaga, yang masih berada di situ, langsung menaruh perhatian ke percakapan mereka.
"Ah, maaf tadi saya pikir Anda bapaknya." kata Dokter.
Sena tidak menjawabnya.
Ia tidak tahu harus menjawab apa.
Namun tingkah lakunya malah membuat Dokter jaga curiga.
*****
Sekitar setengah jam kemudian, Sandra datang sambil membawa kereta bayi.
"Hey..." Sapa wanita itu sambil tersenyum.
Sena tidak menjawabnya, hanya menatap Sandra dan kereta bayi dengan was-was.
"Sampai kapan kamu mau menatapku dengan pandangan begitu?" Tanya Sandra.
Sena hanya menarik napas panjang.
"Taruh Kenny dan Kenzo di sini." Sahut Sandra.
"Hm..." Desis Sena.
Sandra mengerutkan kening karena sepertinya Sena tidak berkenan memasukkan si kembar ke dalam kereta bayi.
Namun wanita itu diam saja karena saat ini bukanlah saat yang tepat untuk membahas hal-hal remeh.
Si kembar tampak kegirangan saat berada di dalam keretanya.
Apalagi terdapat musik dan setelan getaran yang dapat menenangkan mereka.
Wanita itu melayangkan pandangan ke Sena, merasa menang.
Tapi Sena menatapnya dengan tidak senang.
Sandra mengernyit.
Seketika Ia merasa usahanya tidak dihargai.
Ada apa sih dengan pria ini?!
Pikir Sandra sebal.
Apalagi saat mereka sudah berada di kamar.
Mewah dan luas.
Dengan kamar mandi model bathtub, tv besar, dan tempat tidur besar untuk orang yang menunggui pasien.
Bukannya mengucapkan terima kasih Sena malah menipiskan bibirnya seperti menahan geram.
Ia meletakkan si kembar yang sudah kembali tertidur, diatas ranjang, dengan bantal sebagai pembatas.
Sementara Mia terbaring di ranjang di depan jendela, di atas dipan khusus, tertidur dengan selang infus di tangannya.
Jam sudah menunjukan pukul 22.
"Bisa bicara di luar?" Tanya Sena.
Sandra menengadahkan tangannya tanda setuju.
Ia juga ingin tahu penyebab perangai Sena yang tidak sesuai ekspektasinya.
Sandra melipat kedua tangannya sambil menatap Sena dengan kesal. Tapi tampaknya pria itu juga menatap Sandra dengan kekesalan yang sama
.
"Du bist nicht glücklich." (Kamu tidak senang.) kata Sandra.
Itu bukan pertanyaan. Itu pernyataan.
Sena mengangguk pelan, sekilas, namun entah bagaimana membuat hati Sandra terasa sakit.
"Warum das?" (Kenapa begitu?)
Sena masih dalam posisi berdiri menghadap Sandra, dengan melipat kedua tangannya, dan dengan muka merengut.
"Jadi, begini..." desis Sena. "Apa sih yang kamu lakukan? Oh Bukan," terlihat Sena mengernyitkan dahinya. "Sebenarnya apa yang mau kamu lakukan? Apa tujuan kamu sebenarnya?" Sena meralat pertanyaanya.
Sandra menaikkan alisnya.
"Apa? Apa maksud kamu? Aku tidak mengerti."
"Ini semua." Sena mengangkat tangannya menunjuk sekeliling mereka. "Apa ada kamera tersembunyi di sini? Yang membuat kamu melakukan segala hal baik? Menggunakan kami orang-orang sengsara untuk menerima segala kebaikan kamu? Apa itu namanya yang sering di Youtube..."
"Hah...?!" dengus Sandra sambil membelalakkan matanya. "Maksud kamu konten?!" Tebaknya.
Tapi wanita itu tidak berharap Sena mengiyakan pertanyaannya barusan.
"Iya. Konten." sahut Sena.
Sial... umpat Sandra dalam hati.
"Kamu mau bikin konten atau bagaimana? Sekeluarga miskin ini dibiayai sosialita kaya sampai anaknya sembuh bla bla bla." tuduh Sena.
Sandra mendengus menahan geram.
"Kamu keterlaluan Sena. Kamu tahu? Kamu keterlaluan." sahut Sandra.
"Terus apa tujuan kamu? Tidak ada manusia yang secara cuma-cuma melakukan hal ini. Sejak aku dilahirkan aku tidak pernah..."
"Mungkin kamu memang selalu ditanamkan hal-hal negatif di kepala kamu!" seru Sandra memotong ucapan Sena.
Wanita itu saat ini sedang merasakan sakit hati yang begitu dalam.
"Lalu kenapa? Apakah aku akan membayar dengan hal lain sebagai gantinya? kamu tahu, aku selalu tidak setuju saat anak-anak dimanjakan dengan harta dan fasilitas lengkap seperti ini. Mereka masih anak-anak... ini akan membekas di ingatan mereka. Suatu saat mereka akan meminta yang sama dan aku tidak bisa memberikannya!" sahut Sena.
"Oooh... Jadi kamu mau bilang yang kulakukan ini salah?"
"Bukan salah. Tapi tidak tepat."
"Dengar yah, Sena, ini bukan buat kamu, ini buat Mia!"
"Buat apa juga kamu melakukan itu untuk anak yang sama sekali tidak kamu kenal?!"
Sandra memekik tertahan.
"Apa sebenarnya yang kamu mau?!" desak Sena.
Sandra menggelengkan kepalanya sambil berkacak pinggang.
Sejujurnya...
Wanita itu melakukan semua ini, murni karena hati nuraninya yang tergerak.
Ia tahu Sena pria yang baik.
Dari awal ia melihat sosok ini di dapur rumahnya, sebulan yang lalu... hari-harinya dipenuhi dengan sosok Sena.
Bahkan sampai tercetus ide untuk membuat perhiasan dengan inspirasi pencuri di dapur rumahnya ini.
Nuraninya tergerak oleh Sena.
Sena bisa saja mondar-mandir di rumahnya, mencari barang berharga, membekap Sandra sampai tidak bernyawa, menggasak semua barang lalu kabur.
Tapi tidak dilakukannya.
Sandra pun sudah melakukan riset ke sekeliling komplek rumahnya, tidak ada yang mengalami hal sepertinya.
Komplek rumahnya termasuk aman, itu berarti Sena memiliki kapasitas untuk masuk tanpa ketahuan. Tapi ia mengambil seperlunya, hanya yang benar-benar ia butuhkan.
Tandanya, Sena terpaksa melakukan semua ini.
Itu yang membuat hati Sandra tergerak untuk membantu Sena, karena menurutnya Sena benar-benar butuh bantuan.
Tapi sekarang ia malah dituduh macam-macam!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Siti Aisah
duh duh duuuhhh bang Sena mah gituu iihhh
2022-07-31
2
Sunny ᵇᵃˢᵉ
buat orang miskin bukannya ga mau berterima kasih..tp seakan jadi beban dan punya hutang budi
2022-07-21
3
Aurora
Bang Sena, curi aku aja deh😬😅
2022-06-12
0