Sandra menarik napas panjang.
Lalu menatap Sena.
"Oke." Wanita itu mengangkat tangannya tanda menyerah.
"Oke kalau itu mau kamu. Kamu tidak mau dikasihani. Benar itu maksud kamu kan?!" Kata Sandra sambil menyindir Sena.
"Aku tidak..."
"Ssht!!" Sandra memotong Sena dengan mengacungkan telunjuknya.
Lalu melanjutkan kalimatnya. "...kamu tidak mau merasa berhutang, kamu juga berprasangka yang tidak sesuai, mengenai aku. Oke, kalau begitu, aku jabarkan saja di sini sekarang sekalian." Tantang Sandra.
Kurang ajar cowok ini!
Batin Sandra menahan geramnya.
Sena diam, menunggu Sandra menjabarkan argumennya. Kepalanya dimiringkan dan wajahnya tegang. Penuh kekesalan.
"Uang muka IGD 25juta, tindakan 5juta, obat 2,5jutaan, kamar 50juta semalam, perkiraan tindakan operasi besok pagi sekitar 70jutaan." Kata Sandra.
Sena menarik napas menahan sabar.
Ya Tuhan... sangat banyak jumlahnya.
"Semua akan ku anggap lunas asalkan..." Sandra merendahkan suaranya.
Sena menatapnya sambil memicingkan mata.
"Asalkan setelah Mia keluar dari rumah sakit, mereka tinggal di rumahku. Sampai kamu dapat pekerjaan tetap."
Pria itu diam menatap Sandra.
Selama beberapa saat mereka hanya bertatapan, sampai pada akhirnya Sena menggeleng perlahan, seperti tidak percaya dengan pendengarannya.
"Maaf aku tidak menjual anak-anakku." kata Sena dingin. "Kamu boleh melakukan apa pun terhadapku. Tapi kalau soal anak-anak, aku ngga bakal mau kompromi, apa pun alasan kamu. Kalau perlu aku keluarkan Mia saat ini juga dari sini. Bukan aku yang minta dia kemari." Sena mendorong pintu kamar.
Ia sedang dilanda emosi.
"Kamu tega Mia kesakitan? Orang tua macam apa kamu!" Sindir Sandra sambil mengikuti Sena ke dalam ruangan.
Sena berbalik dan mencengkeram lengan Sandra.
Mendesak wanita itu ke di dinding.
"Jaga mulut kamu!" Geram Sena sambil merendahkan suaranya. "Aku lakukan apa pun yang aku bisa demi mereka bisa makan setiap hari! Kalau kamu pikir uang kamu bisa membuatku membungkuk, kamu benar-benar salah!" Kata pria itu.
Sandra menekan desah napas penuh emosinya, akibatnya kini mata wanita itu terasa panas.
Sungguh, ia merasa direndahkan oleh pria ini.
Ia bahkan sama sekali tidak bermaksud buruk mengenai Mia dan si kembar.
Ia hanya ingin ketiganya dapat menjalani hidup layak.
Baginya, semua pertemuan manusia dalam hidup sudah diatur Yang Maha Kuasa.
Dan pertemuannya dengan Sena, membuka hubungan barunya dengan anak-anak.
Sandra langsung menyukai Mia yang bersikap bersahabat dengannya, walaupun anak itu mungkin, saat itu, menahan sakit di perutnya.
Dan si kembar yang tertawa ke arahnya saat ia membelikan stroller seakan rasa terima kasih yang begitu tulus tercetus di tawa polos mereka.
Namun penolakan Sena.
Apakah begitu berat hidup lelaki ini, sampai-sampai tidak percaya siapa pun...?
Dengan berkaca-kaca, Sandra menatap Sena.
Membuat laki-laki itu tertegun.
Dan akhirnya ia tahu.
Benar...
Ia sudah keterlaluan.
Walaupun misalnya Sandra memang ingin membuat konten, lalu apa masalahnya? Harga dirinya sudah jatuh sejak dipenjara, dan sejak Vou dengan sengaja dan terang-terangan berselingkuh untuk menghidupi keluarga, lalu sekarang ia mencoba mengembalikan ego nya?
Ini semua demi anak-anak.
Harga dirimu sudah lama hilang, Sena... Batin Pria itu berkecamuk.
Lalu tekanan dan cengkeramannya mengendur.
Ia langsung merasa bersalah.
Apalagi saat melihat air mata Sandra mulai menetes.
Entah karena wanita itu kesal, atau ketakutan.
Sena seorang pembunuh.
Mungkin Sandra ketakutan.
"Aku benar-benar ingin menampar kamu sekarang, kalau saja anak-anak tidak di sini!" Geram Sandra.
Oke.
Sena salah.
Sandra tidak takut pada dirinya.
Reflek, pria itu menyunggingkan senyum masam, tampak samar.
Merasa salut dengan sikap Sandra.
"Astaga, Sandra." Keluhnya sambil melepaskan tangannya dan menjauh. "Maaf. Aku..." Desis Sena.
Ia terhenti sejenak karena belum menemukan kata-kata yang pas.
Lalu pria itu mengeleng.
"Apa? Kamu breng sek? Iya, memang!" Gumam Sandra.
"Maaf... Semua... Terjadi bertubi-tubi." Kata Sena pelan.
Sandra mengusap air matanya.
Pria ini begitu protektif terhadap anak-anaknya.
Pikir Sandra.
Dan lagi kenapa aku jadi sensitif begini?!
"Apa aku terlalu mendesak kamu?" Tanya Sandra dengan suara lebih lembut.
"Hm..." Sena duduk di sofa di dekat mereka sambil terkulai menatap lantai. "Sebenarnya tidak, tapi aku... Entahlah..." Sesalnya.
Sandra duduk di samping Sena.
Ia menghela napas.
Mereka terdiam beberapa saat sambil memperhatikan tubuh Mia yang tertidur pulas di depan mereka.
"Dia baru kali ini merasakan kasur yang seempuk itu. Biasanya dia sering terbangun kalau malam karena merasa punggungnya pegal." Gumam Sena.
Sandra kembali menghela napas.
Kembali mereka terdiam.
Memikirkan banyak hal...
Sampai saat pukul 23, ponsel Sandra bergetar.
Telepon dari eyang Gandhes.
Sena menatap layar telepon Sandra lalu mengernyit.
"Maaf aku angkat dulu." Desis Sandra.
"Eyang..." Sapanya.
"Sudah sholat Isya belum?" Tembak Eyang Gandhes dari seberang telpon.
"Eerrghhhh..." Sandra mengernyit. Ia lupa.
"Hayo. Sholat dulu... Eyang sudah absenin satu-satu cicit eyang."
"Iya eyang, makasih sudah mengingatkan."
"Eyang telpun Gerald malah ngga diangkat. Ya tapi dia memang biasanya ngga angkat telpun dari eyang sih." Keluh Eyang Gandhes.
"Sabar ya eyang, Dia jangan dikutuk jadi batu. Kita masih butuh dia buat RUPS." Canda Sandra.
(RUPS adalah Rapat Umum Pemegang Saham. Saat dimana seluruh orang yang memiliki saham di perusahaan berembuk untuk membicarakan pengaturan manajemen baru, di depan Notaris mereka.)
"Kamu ini kalo jokes berbobot banget yah."
"Hihi..."
"Sana sholat dulu. Kalau ada waktu sempatkan juga tahajud. Biar besok urusan semua lancar. Bilang ke yang di sebelahmu kalau dia bisa imamin untuk berjamaah."
"Hah...?!" Sandra langsung membeku.
"Cepet sembuh kok nanti anaknya. Sudah ya Sandra, eyang mau lanjut telpun Rama. Neng ngendi bocah iki ngejar preman ae luama pisan*" Omel eyang.
(*Dimana anak ini, mengejar preman saja lama sekali)
Dan sambungan tertutup.
Sekali lagi bulu kuduk Sandra meremang.
Dari mana eyang tahu kalau...
Sandra melirik Sena.
Pria itu sedang memiringkan kepalanya sambil menatap Sandra.
"Kamu bilang ke keluarga kamu mengenai aku?" Tanya Sena.
"Nein." (Tidak) Jawab Sandra.
"Kok eyang kamu bilang begitu?"
Sandra tersenyum masam. Tenggorokannya langsung kering karena ketakutan. Ia tidak terlalu suka hal-hal mistis. "Er hat eine besondere fähigkeit..." (Dia memiliki kemampuan khusus) Kata Sandra sambil mengangkat bahunya, berusaha tidak ambil pusing dengan sikap eyangnya.
Tapi tidak bisa...
Sebenarnya Sandra sangat penakut, dan karena ia tinggal sendirian ia berusaha menjauhi topik-topik yang berbau supranatural.
"Wirklich?" (Masa, sih?) Sena mengangkat alisnya. "Indigo? Atau dukun jangan-jangan...?"
Tapi raut wajah Sena seakan meremehkan.
"Semacam itu sepertinya.Dia... Sudah hidup cukup lama dan melalui banyak hal."
"Hm..." Gumam Sena.
"Hm." Sandra mengelus kedua lengannya. Kenapa seakan udaranya menjadi sangat dingin.
"Kita harus terus bahas mistis-mistiisan atau bagaimana nih?!" Sandra merasa sudah saatnya mengakhiri obrolan tidak jelas semacam itu.
"Ya udah, Sholat di sini aja sambil nungguin anak-anak." Sena beranjak menuju kamar mandi.
Saat Sena menutup pintu toilet, Sandra melepas napasnya.
Kenapa rasanya menyesakkan.
Lalu Sandra perlahan mendekati Mia. Ia mengelus kedua lengannya.
Hoodie Sena sehatusnya tebal, namun kenapa ia rasanya kedinginan.
Apalagi...
Saat melihat raut wajah Mia seperti ini.
Gadis kecil ini... Batin Sandra sambil mengelus anakan rambut di dahi Mia dengan hati-hati.
Gadis mungil cantik ini telah mengarungi banyak penderitaan. Di usianya yang masih sangat muda ia harus menerima kerasnya dunia.
Astaga... Padahal dia begitu rapuh.
Bahkan raut wajah Mia mengernyit saat tidur.
Perlahan air mata Sandra kembali menitik.
Sandra yang dibesarkan dengan bergelimang harta.
Berbagai fasilitas mewah, makanan enak, akses kelas atas...
Begitu tidak adilnya kah dunia disekitarnya ini?
Kenapa begitu banyak penderitaan tak berkesudahan yang berbeda 180 derajat, saling bersinggungan satu sama lain.
Sandra mengerti, Tuhan punya rencananya sendiri.
Semua pada jalurnya sendiri.
Semua mempertanggungjawabkan perbuatannya masing-masing.
"Aku ingin kamu merasakan yang aku rasakan Mia. Kebahagiaan, orang-orang yang mencintai kita, bunyi tawa setiap hari... Aku ingin membaginya dengan kamu. Mungkin pertemuan kita ditakdirkan untuk itu." Bisik Sandra. Ia tidak tahu Mia akan mendengarnya dalam tidurnya atau tidak.
Yang jelas,
Ia bersimpati dengan anak ini.
Ia langsung suka anak ini.
Ia ingin memeluk anak ini terus...
Sena menatap wanita itu dari kejauhan.
Ada ya, wanita seperti Sandra.
Yang dengan mudahnya percaya orang lain tanpa beban...
Yang tampaknya naif pada dunia.
Yang mudah berempati pada orang lain.
Pikir Sena.
Mungkin setelah ini, mereka harus lebih membuka diri masing-masing.
*****
"Capek..." Sandra merebahkan diri di sebelah si kembar
.
"Maaf ya, aku sudah bikin repot." Sahut Sena sambil berbaring di sudut ranjang yang lain.
"It's Okey." Sahut Sandra sambil menggerakkan bahunya.
"Tadi... Aku ditanya macam-macam sama bagian administrasi. Mengenai identitas Mia." Kata Sandra.
"Terus bagaimana?"
"Aku langsung tunjukan KTPku."
"Hm? Memang ada apa di KTP kamu?"
"Ada nama sakti. Semua orang di sini kenal keluargaku."
"Oh."
Hanya itu jawaban Sena. Sepertinya pria itu tidak ingin tahu lebih jauh, jadi Sandra tidak melanjutkan topiknya.
"Hm... Kamu bilang ingin mencari pekerjaan."
"Iya. Yang nilainya setara dengan hutangku." kata Sena. "Termasuk biaya rumah sakit." sambungnya.
"Ada sih..." kata Sandra.
Sena bangkit terduduk.
"Apa?"
"Model..."
"Hah? Model?!"
Sandra menyeringai sambil mengangguk. Ia ikut terduduk juga sambil mengangkat sebelah alisnya. Di bibirnya tersungging senyuman antusias.
"Aku sedang dalam proyek membuat perhiasan untuk pria. Kamu mau jadi model untuk iklannya? Lebih menantang kalau wajah baru..."
Sedikit curang, memang.
Tentu saja Sena cocok!
Karena Sandra menciptakan model perhiasannya sambil membayangkan pria ini.
Sena adalah 'Der Charme Des Diebes' Pesona Sang Pencuri.
Nama proyek Sandra kali ini.
Namun Sandra tidak memberitahukannya ke orang-orang, bisa-bisa mereka berprasangka yang tidak-tidak, kalau tahu perhiasan itu adalah hasil Sandra membayangkan Sena.
"Model... Dengan latar belakang kriminal sepertiku? Apakah tidak masalah?" Sahut Sena.
"Hm...menurutku malah lebih menantang, kan? Sensasional." Sandra sedikit mendesah saat menyebut kata 'Sensasional'. Membuat Sena menipiskan bibirnya karena mencibir. Wanita ini sebenarnya sangat sek si, baik dari tubuh maupun kelakuannya.
Tapi hal itu malah membuat Sena semakin tidak percaya diri menghadapi Sandra.
"Lagipula menurutku posisi kamu tidak sepenuhnya salah. Setiap Ayah pasti ingin melindungi anaknya." tambah Sandra. "Kalau aku jadi kamu, aku udah siapkan jajaran massa untuk memutilasi si tersangka terus kubakar dan tabur abunya di laut." terdapat kegeraman yang nyata dalam suara wanita itu.
"Kamu suka hal-hal yang mengandung kontroversi ya." desis Sena.
"Tidak juga, anggap saja ini takdir." Sandra mengangkat bahunya lagi dengan gaya sedikit genit.
Sena menunjukan seringainya.
"Boleh juga pekerjaannya. Terima kasih."
"Lalu... Sena."
"Apa?"
"Anak-anak boleh tinggal di rumahku?"
Sena menghela napas.
"Kamu ngga kerepotan?"
"Aku akan menyewa baby sitter."
"Keluarga kamu tidak protes? Katanya mereka dari keluarga terpandang." Ada nada menyindir dalam nada suara Sena.
"Iya, paling yang protes kakakku. Tapi bisa kubilang mereka anak asuhku. Kamu bisa menemui mereka kapanpun kamu suka, nanti kuberi kunci rumah."
Terdengar kekehan dari samping.
Sandra langsung menoleh dan mengernyit.
"Apa yang membuat kamu percaya padaku? Kamu terlalu naif, Sandra."
"Mmm... Mungkin karena kamu menyebalkan dan angkuh. Kejadian yang seperti ini jangan sampai terulang lagi. Mia sudah mengalami begitu banyak hal buruk! Dia harus hidup seperti anak-anak seumurannya. Bermain tanpa rasa kuatir. Seperti aku dulu." sahut Sandra
Terdengar kekehan Sena lagi.
Dan juga, karena Sena sangat tampan.
Tapi yang itu biarlah hanya di hati saja.
Pikir Sandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
RAMA JODOHNYA MIA KELAK...
MSKI RUMI MNCINTAI MIA, NMUN HATI MIA MMILIH RAMA... MSKI PRNH MNGALAMI TRAGEDI YG DI MASA BATITA NYA, SETELAH DEWASA & MNIKAH DGN RAMA, MIA MNJADI WANITA CANTIK YG ELEGAN...
2023-10-16
2
Yuan Dhinie
ini Mia yg nanti sama Rumi anaknya Almira ya Thor?
kisah mereka juga mirip,mendapat kekerasan seksual di saat masih kecil....mungkin mereka jodoh? atau mungkin sudah ada novelnya?
maklum pembaca baru,jadi belum baca semua karya2 mu Thor☺️
2023-03-20
1
Vlink Bataragunadi 👑
hiks rumor ttg eyang ternyta bener yaaa (╥﹏╥)
2022-12-04
0