"San, aku boleh tanya?" Bima dan Sandra sedang dalam perjalanan kembali ke kantor setelah meeting di Cafe Bunga bersama Kang Pur dan Hassan tadi.
Bima di kursi driver mengetuk-ngetuk setirnya dengan perasaan tak menentu.
Sementara Sandra sepanjang perjalanan hanya diam sambil menatap jalanan di jendela samping, seakan dia sedang memendam kekesalan yang cukup besar
"Hm?" Gumam Sandra. Wanita itu terdengar malas.
"Hei jangan sekesal itu. Aku sudah bilang dari dulu, Nia jangan dikasih pekerjaan yang terlalu krusial, nanti dia seenaknya. Tenang, nanti pelan-pelan kita tanya maunya apa, oke?" Sahut Bima.
Sandra menghela napas.
"Bukan soal Nia. Tapi kakak." Gumam wanita itu.
"Ha? Oh, Pak Gerald?!"
"Apa itu salah satu upaya manipulatifnya untuk menunjukan kalau aku tidak bisa apa-apa tanpa dia?!" Sandra menatap Bima dengan raut wajah penuh emosi.
Ada kemarahan dan kesedihan dalam diri wanita itu.
"Eeh... Aku tidak mengerti, terus terang. Kupikir bukankah wajar kalau seorang kakak mengayomi adiknya?"
"Kok kesannya seperti menyindirku ya?!" Sandra agak menaikkan intonasi suaranya. "Kalau ingin mengayomi, lebih baik cepat menikah agar Mama-ku tidak selalu cerewet. Ini malah meninggalkanku dengan kabur ke Jerman segala!"
"Aku tidak mengikuti kondisi keluarga kamu dari awal." Sahut Bima.
"Huh..." Sandra menghembuskan napas panjang.
"Mau cerita? Mumpung lagi macet." Sahut Bima sambil menyeringai.
"Tadi mau tanya apa?" Sandra terkesan ingin mengalihkan perhatian.
"Hm... Bayi kembar yang kamu maksud, anak siapa?"
"Oh. Anak Sena. Temanku. Single father." Sahut Sandra.
"Teman kamu atau pacar kamu?"
Hati Sandra langsung mencelos.
Entah kenapa.
Kenapa ia langsung deg-degan saat mendengar kata 'pacar kamu'?
"Nein, nicht meine Freundin. Bukan pacarku." Sahut Sandra.
"Bukan atau belum?" Goda Bima.
"Maksud kamu apa, Bimaaa..." Sandra melirik Bima dengan berlagak malas, namun jantungnya berdebar kencang.
"Soalnya bayinya panggil kamu mama."
"Ya karena mereka ditinggalkan ibunya, mereka mungkin rindu ibunya. Mereka baru 7 bulan, masuk 8 bulan minggu depan sepertinya."
"Hemmm..." Gumam Bima. Pria itu tampak memikirkan sesuatu, namun akhirnya memutuskan untuk tidak lagi membahasnya karena Sandra kurang antusias.
"Lalu, soal Pak Gerald itu, kenapa?" Tanya Bima kemudian.
"Maksudnya persoalan keluargaku?" Tanya Sandra.
"Kalau tidak mau bahas ngga papa loh ya, aku cuma kepo." Sahut Bima buru-buru memberi pengertian.
"Hehe. Keluargaku rumit karena Eyangku sangat jahil." Kata Sandra.
"Iya, aku dengar begitu. Dia suka membuat teka-teki dan iseng membuat konspirasi."
"Iya, mungkin karena sudah hidup cukup lama, jadi sudah sedikit bosan."
"Berapa sih umur Eyang Gandhes?"
"Kami dilarang bilang. Yang jelas, ayahku adalah cicitnya. Jadi aku posisinya kurang tepat disebut cicit ya... Apa yah istilah Jawanya?" Sandra mengernyit. "Ya tapi karena tidak ingin ribet, sebut saja aku dan Gerald adalah cicitnya."
Bima langsung meraba tengkuknya yang merinding. Tapi dia tidak berbicara apa pun.
"Eyang Gandhes bikin sayembara. Katanya, kalau aku atau Gerald menikah, Papa-Mamaku akan kebagian harta yang di Surabaya. Nilainya triliunan. Itu baru untuk Papa dan Mama, belum untuk aku atau Gerald. Tapi kurasa dia cuma iseng... Aku sih yakinnya aset di Surabaya akan diserahkan ke negara, karena bentuknya prasasti rahasia. Terbuat dari intan murni, rumornya."
"Oh, jokes orang dulu ya. Berkelas sekali yah Eyang kamu, kalau bercanda."
"Ya tapi Papa dan Mamaku percaya. Terus terang saja, Bima, aku sudah merasa cukup dengan yang kumiliki sekarang. Aku tidak ingin seperti keluarga konglomerat lainnya yang saking kaya-rayanya sampai-sampai diintai mafia. Ya kamu tahu sendiri keluarganya siapa."
"Hem."
Bima membelokkan mobil mereka ke parkiran Gedung Garnet Grup yang luas.
"Aku pulang duluan yah, tolong pantau Kang Pur dan tentunya, Nia urusanku."
"Yakin kamu bisa mengurusi Nia?"
"Kami sama-sama wanita. Kurasa lebih baik dia berhadapan denganku secara pribadi." Kata Sandra sambil melangkah keluar dari mobil Bima.
Tapi lalu dia berbalik dan menatap Bima.
"Tapi kalau aku sudah menyerah soal Nia, baru aku akan menghubungi kamu." Sandra mengerling ke Bima.
"Eh, kalau sudah ada persoalan yang ngga enak baru dikasihkan ke aku." gerutu Bima.
Mereka berpisah di parkiran gedung, tanpa menyadari kalau sedari tadi 'Geng Julid' memperhatikan tingkah laku Sandra dan Bima dari jauh dengan pandangan mata sinis.
*****
Sena memperhatikan Rama yang sedang membacakan Mia dongeng "Tiga Babi dan Serigala" dari ponselnya dengan waspada.
Mia tampak cekikikan saat Rama menirukan suara serigala yang mengeram.
Melihat kakaknya cekikikan, Kenny dan Kenzo juga ikutan kegirangan, dan melonjak-lonjak bersemangat di stroller mereka.
Sena belum pernah membacakan Mia dongeng anak-anak karena kesibukannya. Dan tampaknya Mia dengan sikap dewasanya bisa memaklumi Sena.
Dan lambat laun hal itu jadi kebiasaan. Setiap hari dijalani dengan serius.
Juga,
Lambat laun Sena lupa kalau Mia hanya seorang anak kecil yang butuh hiburan selayaknya anak seumurannya.
Apalagi Mia tidak bersekolah, sehingga tidak memiliki teman yang sebaya dengannya.
Terdengar bunyi tawa Mia yang sumringah, padahal ia belum boleh tertawa terlalu keras saat Rama memperagakan sang Serigala meniup rumah si babi.
Lalu pintu kamar mereka di ketuk dari luar.
"Bukannya tadi dokter udah visit ya?" Tanya Rama.
"Mungkin ada pengecekan infus atau alat." Sena berjalan ke arah pintu dan membukanya.
Seorang wanita.
Berusia sekitar 20an, mengenakan hijab modern dengan gaya baju khas anak muda, dan sepatu boot.
Wajahnya tampak berbinar dan ceria.
"Ya?" Tanya Sena. "Cari siapa?"
"Cari kamu. Sena kan?" Tanya wanita itu.
"Iyaaaa. Kamu siapa?" Sena mengernyit sambil berusaha mengingat sosok wanita ini, apakah pernah hadir dalam hidupnya atau tidak.
"Hehe." Wanita itu hanya menyeringai.
"Siapa, Na?" Tanya Rama sambil memiringkan kepalanya berusaha melihat tamu di depan Sena.
Seketika dia langsung tegang.
Dan pucat...
Dan mulutnya ternganga.
Wanita itu mengerling ke Rama.
"Namaku Putri, aku saudara Rama dan Sandra." sahut wanita itu.
"Sodara kamu?" Tanya Sena ke Rama.
Rama hanya mengernyit bingung.
Sekaligus tampak enggan.
Dan membuang mukanya sambil menghadap Mia, membelakangi mereka.
"Om Rama kenapa kayak ketakutan begitu?" Tanya Mia gamblang.
"Ssst!" Desis Rama sambil menempelkan telunjuknya ke bibir.
"Aku kesini karena sepertinya sebentar lagi kamu akan diajak Sandra mencari perabotan dan kebutuhan untuk anak-anak." Sahut Putri sambil melenggang masuk ruangan.
Rama otomatis melipir ke seberang ranjang, berusaha menjauhi Putri.
Sena mengernyit melihat pemandangan itu.
Rama yang dikenalnya sombong begitu ketakutan dan menghindari Putri.
"Komandan, dia saudara kamu?" Tanya Sena.
"I..iyaaaa siiih... Senior di keluarga." Sahut Rama sambil mengernyit.
Putri tersenyum penuh arti ke Rama.
"Kenapa kesini?" Tanya Rama ke Putri.
"Nemenin kamu. Memangnya kamu bisa mengasuh dua bayi saat Sena tak ada?"
"Hah?"
Putri mengangkat bahunya.
"Sebentar lagi Sandra datang. Sepertinya Sena harus ikut memilih pakaian dan peralatan untuk anak-anak agar Sandra tidak kebingungan. Masa kamu tega Sandra belanja sendirian sih?" Putri menoleh ke arah Sena.
Sena mengernyit lagi.
Pria itu merasa aneh.
"Ah... Manisnya. Siapa nama kamu, cantik?" Tanya Putri ke Mia.
"Nama aku Mia, tante."
Mia mencium punggung tangan Putri.
"Wah, kamu sopan sekali. Siapa yang ajari?"
"Kata abang harus hormat sama yang lebih tua."
"Bagus... Bagus... Itu benar sayang, tapi kamu juga harus tahu, kalau jangan bersikap terlalu ramah sama orang asing. Ya?"
"Tante orang asing?"
"Bukan. Tante Putri saudaranya Tante Sandra. Om Rama juga. Tapi selain kami, jangan terlalu percaya ya, sayang."
"Hummm..." Mia mengangguk saat Putri membelai rambut hitam lembutnya.
Sesaat Mia tertegun.
"Eh, kok ngga sakit lagi?"
"Apanya?" Tanya Sena sambil mendekat.
"Ini bekas operasinya ngga sakit lagi, Bang!"
"Hah?"
"Wah wah... Mungkin karena Mia dari tadi perasaannya senang terus. Om Rama bacain cerita kan lucu kan ya?"
"Iya kayaknya tante!" Sahut Mia
Rama mendengus menyiratkan kalau ia tidak setuju dengan Putri.
Tapi berikutnya pria itu diam saja.
Sena mengernyit lagi.
Darimana Putri tahu kalau dari tadi Rama membacakan cerita untuk Mia? Putri kan baru saja datang.
Tapi sudahlah...
Ia sudah terlalu capek untuk memikirkan hal lain.
Tidak berapa lama, Sandra pun tiba di rumah sakit.
"Sena, bagaimana kalau kita bawa si kembar belanja, Mia ditunggui Rama di sini..."
Lalu kalimatnya berhenti saat ia melihat Putri ada di tengah-tengah mereka.
Sandra sempat melirik Rama, yang langsung menggaruk-garuk kepalanya tanda ia sendiri pun kebingungan.
"Biar saya dan Rama saja yang jagain mereka ya San. Kamu silahkan belanja kebutuhan anak-anak dengan Sena." Sahut Putri.
"Hemm..." Sandra melipat kedua tangannya ke dada. "Apa tidak merepotkan?"
"Loh, untuk itu saya datang kesini."
"Hm. Sich die Mühe machen, hierher zu kommen, ist es in Ordnung, das Haus ohne Begleitung zu verlassen?" (repot-repot datang kemari apa tidak apa-apa meninggalkan rumah tanpa pengawalan?) Tanya Sandra.
"Niemand kennt mich." (Tidak ada yang mengenalku.) Ujar Putri sambil menaikkan bahunya sekilas.
"Sandra..." Rama langsung menarik Sandra keluar dari kamar.
"Duh..." Keluh Sandra sambil menggerutu saat sudah di luar kamar.
"Please jangan tinggalin aku sama dia. Apalagi, satu ruangan!" Desis Rama kalut.
"Dia yang minta. Aku harus tolak?" Tanya Sandra.
"Bagaimana kek caranya!"
"Kamu tahu ngga bisa. Dia tampaknya juga kesini mencari kamu. Buat apa kamu sengaja di suruh ke sini, padahal dia sendiri akhirnya akan kesini? Sudah pasti jebakan biar kamu datang."
"Eerrgh! Gawat ini..."
"Kamu bikin salah apa lagi, Rama? Sampai kamu ketakutan begini?" Tanya Sandra.
Rama menyandarkan dahinya ke dinding sambil mengerang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
May Keisya
knp sih😅
2024-01-09
0
Sulaiman Efendy
SEREM TU KISAH EYANG GANDHES, MMBUNUH KDUA ORTUNYA YG MMUJA SETAN UNTUK KKAYAAN, BAKAR SUAMINYA, DN BUNUH KETIGA PUTRI KEMBARNYA DRIPADA JDI TUMBAL PESUGIHAN KDUA ORTU DN SUAMINYA.. SAAT ITU EYANG GANDHES SDG HAMIL, ANAK YG DIKANDUNG EYANG MNJADI PENERUS KLUARGA BAGASWIRYA, SDGKN EYANG DIKUTUK SETAN JUNJUNGAN PRSUGIHAN KDUA ORTU & SUAMINYA MNJADI AWET MUDA DN IMMORTAL SAMPE KIAMAT.. BIAR EYANG MLIHAT MANUSIA2 RAKUS, TAMAK PEMUJA DUNIA,
2023-10-16
0
Sulaiman Efendy
PASTI EYANG GANDHES...
2023-10-16
0