Mohon maaf, netizen kalau cerita di novel kali ini agak berbau mistis.
Dari awal memang di plot begitu, sejak novel terdahulu, Lady's Gentleman.
Kejawen di Keluarga Bagaswirya memang terasa sekali.
Seperti yang memang ada di kehidupan nyata, rumor mengenai dunia per-ghoib-an kerap ada di setiap pengusaha dan kalangan atas.
Tapi tenang, otor usahakan mistisnya tidak terlalu menonjol. Karena yang penting kali ini adalah kisah CINTA.
Walaupun terkesan tidak masuk akal.
Mohon sabar menghadapi Author yaaa. Hehe.
Lanjuuut...
*****
Mia sibuk mencorat-coret buku gambar mewarnainya dengan crayon sambil bersenandung kecil. Anak itu baru saja selesai makan bubur dan Putri menghadiahinya peralatan menggambar.
Di depannya, terlihat Putri duduk di sofa dengan kaki terlipat dan tubuh ditegakkan sambil menatap Rama dengan pandangan kesal.
"Bocah gendheng!" Gumam Putri kesal.
Rama mengernyit sambil menunduk.
"Kulo nyuwun pangapunten." (Saya minta maaf) Gumam Rama.
"Menawi mboten wonten Mia neng ngriki sampun kulo thuthuk mustoko panjenengan ngangge sandhal!" (Kalau tidak ada Mia di sini sudah aku pukul kepala kamu pakai sandal!) Sahut Putri dengan suara perlahan.
"Hm... Mia, makasih yaaa." Sahut Rama sambil menyeringai.
Mia hanya mengangkat wajahnya dengan raut wajah kebingungan.
"Makasih untuk apa, Om?"
"Terima kasih kamu sudah menjaga Kenzo dan Kenny selama ini." Kata Putri sambil menginjak kaki Rama yang kini mengernyit menahan sakit.
"Eh? Hehehehe! Mia sayang Kenzo dan Kenny soalnya." Sahut Mia dengan wajah sumringahnya.
Membuat Putri tidak tahan untuk berdiri dan langsung menghampiri anak itu untuk mencium pipinya dengan gemas.
"Si cantik, pinteeeerrr bangeeet!" Ujar Putri sambil memeluk Mia.
Sedetik berikutnya ia kembali memicingkan mata sinisnya ke arah Rama yang sedang cengengesan.
Lalu, mereka kembali duduk berhadapan. Dengan Putri menegakkan punggungnya, dan Rama merendahkan punggungnya.
Terlihat sekali siapa yang berkuasa di sini.
"Awas ya, kali ini kamu jangan mengacaukan rencanaku. Tingkah kamu dulu terhadap Sena bikin malu satu keturunan!"
"Soal rencananya sih saya bisa terima. Tapi... Apakah harus Sena? Apa ngga ada orang lain lagi?"
"Loh, kenapa dengannya memang?"
"Dia dari keturunan yang tidak baik. Ibunya wanita panggilan, menikah dengan turis Jerman."
"Kata siapa?"
"Kata rumor."
"Kata Sena sendiri, bukan?!"
"Heeemmm... Sena tidak bilang. Dia cuma isi form mengenai kebangsaan orang tuanya. Saya tahu waktu investigasi. Yang bilang begitu keluarganya Vonny Utomo, istri Sena."
Terlihat Putri gemetar menahan geram.
Matanya tampak berkaca-kaca.
"Masyarakat menghakimi seenaknya sendiri. Menyebarkan rumor yang tidak benar!" Geram Putri. "Pertemuan Sandra dengan Sena sudah digariskan takdir! Tapi prosesnya tidak bisa saya lihat, termasuk saat..." Putri menatap Mia dengan prihatin.
"Lah, kita mah ngga ikut-ikutan begituaaaan. Saya kan polisi masa saya berpatokan ke kejawen..." Rama bersungut-sungut.
"Ibunya dari kalangan atas, melarikan diri dari perjodohan. Dan dia bukan wanita panggilan. Ayahnya juga bukan turis. Ayahnya ke Indonesia untuk menjemput Ibunya. Jauh-jauh dari Jerman ke Indonesia! Mereka berdua tidak direstui keluarga masing-masing."
"Tidak ada buktinya. Dan lagi memangnya itu urusan saya? Waktu itu, saat Sena dipenjara, saya kan ngga tahu. Saya memperlakukan para pesakitan sama saja."
"Memang bikinin kopi, minta pijetin dan... Dipaksa menari ular di depan banyak orang dengan tujuan hiburan, itu pekerjaan Sena?" Sindir Putri.
"Eh... Yaaa... Wajahnya ganteng dan sikapnya songong banget. Waktu itu cuma bercanda."
"Bercanda kamu sudah keterlaluan!!" Seru Putri.
Sampai Mia terperajat melihatnya.
"Aduh, sayang maaf... Ini tante lagi ngomeli Om Rama ini nakal buanget!!" Sahut Putri ke Mia.
"Om Rama nakal ya Tante?"
"Iya! Dia tukang bully! Perundung!" Putri memicingkan mata sesinis mungkin ke Rama yang hanya bisa menunduk sambil menghela napas.
"Ih... Mia ngga suka sama tukang bully. Bang Sena pernah ngomong kalo bully itu perbuatan jahat!" Sahut Mia ikut memarahi Rama.
"Betul Mia. Jadi ngga papa yah, Tante omeli Om Rama ini?"
"Omelin aja Tante. Tapi jangan sampai Kenny dan Kenzo bangun." Mia berbicara sambil melanjutkan kegiatan menggambarnya.
Dan Putri kembali berhadapan dengan Rama.
"Sudah dong. Saya juga sudah tobat kok." Gumam Rama.
"Aku itu ngga habis pikir waktu kamu dulu babak belur dibawa ke rumah sakit! Katanya kamu berantem, lagipula aku sibuk sama urusan lain ngga sempat nerawang kamu! Ternyata yaaaa kelakuan kamu itu hiihh!!" Putri mengacungkan tinjunya ke arah Rama.
"Sukurin kamu digebukin Sena! Habis ini minta maaf sama dia!" Kata Putri.
"Siaaaaap." Desis Rama malas-malasan.
"Dan jangan kamu interupsi rencanaku."
"Iyaaaa Ndorooo...." Gumam Rama, masih malas-malasan. "Memang penting banget ya mereka menikah?!"
"Dari turunan Dewo dan Agatha belum ada Wareng. Biar aku matinya agak tenang begitu loh."
"Perasaan kata bapakku, 50 tahun yang lalu juga ngomong begitu, tapi sampai sekarang ngga mati-mati. Apa mau nunggu sampai muncul turunan ketujuh? Makanya ilmu kanuragannya dilepas dulu lah, Eyang..."
"Arep Kualat kowe*?!" Seru putri. Kali ini sambil benar-benar memukul Rama dengan sandal wc.
(*Mau kualat kamu?!)
*****
"Putri siapa?" Tanya Sena sambil memasukan meat ball ke mulutnya.
Mereka benar-benar kelaparan.
Dua jam berlalu dengan kegiatan belanja furniture mereka, sampai-sampai Sandra memutuskan untuk meminta pihak toko mengantarkannya saja dengan fasilitas mobil box mereka.
Setelah belanja furniture, mereka akan melanjutkan perjalanan ke mall dekat sini untuk pakaian Mia dan si Kembar. Dan Sandra bersikeras Sena juga harus memilih beberapa potong untuk dirinya sendiri, sambil menunggu hoodienya selesai di-laundry.
"Eh? Saudara." Gumam Sandra pelan. Terlihat sekali kalau ia malas menjawab dan tidak yakin juga dengan jawabannya sendiri.
"Bukannya aku rese, tapi aku meninggalkan tiga anakku bersamanya. Ditambah si tukang bully itu. Aku hanya bisa berpegang pada ucapan kamu kalau mereka dapat dipercaya." Kata Sena.
"Kerabat dari keturunan pertama." Jawab Sandra melengkapi identitas Putri.
"Huh!" Dengus Sena. Jawabannya sama sekali tidak menyurutkan kecurigaannya.
"Yang jelas, aku tidak ingin membicarakannya di tempat umum, terlalu riskan." kata Sandra.
"Jadi... Aku meninggalkan anak-anakku dengan wanita yang ada kecenderungan mengundang niat jahat banyak orang?!"
"Tidak ada yang mengenali sosoknya. Hanya kami keluarganya. Itu pun hanya segelintir orang. Papa-Mamaku bahkan belum pernah melihatnya."
"Putri itu siapa?!" Tanya Sena lagi.
"Nanti saja perkenalannya di rumah sakit. Rumah sakitnya milik Garnet Grup. Relasi kami. Resiko aman terkendali."
"Bukan itu masalahnya, Sandra." Sena sewot.
"Tenang saja Sena." Sandra menyandarkan tubuhnya ke kursi makan, berusaha santai. "Mia baik-baik saja. Aku yakin itu. Coba saja telepon Rama."
Sena mendengus lagi sambil mengacak-acak sayuran di piringnya.
"Hei, apa yang Rama lakukan kepadamu saat dipenjara?" Tanya Sandra.
Sena menipiskan bibirnya. Terlihat urat berdenyut di dahinya.
Apa aku salah bertanya?
Pikir Sandra.
"Kalau tidak mau menjawab, tidak dipaksa, kok." Sambung Sandra. Ia tidak ingin menguak masa lalu Sena menyakitkan.
"Kami satu sel dikumpulkan ke lapangan." Kata Sena, dia menusuk beberapa sayuran dengan garpu lalu memasukkannya dengan malas ke mulutnya.
"Ada yang disuruh bikin kopi, ada yang disuruh pijetin, ada yang disuruh berkelahi satu lawan satu, ada juga yang disuruh push up beberapa puluh kali. Aku... Ck."
Sena berdecak.
Lalu tersenyum masam.
"Sepupu kamu menyuruhku menari. Meliuk-liuk kayak ular."
Sandra bengong sampai menjatuhkan sendoknya.
Sialan si Rama!
Umpat Sandra dalam hati.
"Aku ngga gubris. Aku cuek saja masuk kembali ke sel. Dan mereka mengeroyokku. Aku kalah, dan sepupu kamu dengan sifat sok berkuasanya memperlakukanku seakan aku bukan manusia. Begitulah."
"Hm... Lalu?"
"Aku marah. Dan berikutnya yang kuingat, aku sudah di dalam ruang isolasi. Katanya semua kubuat pingsan. Aku katanya mengamuk dan memukuli semuanya sampai beberapa tembok hancur. Babak belur, termasuk sepupu kamu."
Sandra menggelengkan kepalanya.
"Aku mewakili Rama, meminta maaf atas perlakuannya kepada kamu."
"Komandan sudah minta maaf, tapi rasanya berat memaafkan. Tapi ya karena kamu yang minta maaf mewakili dia, ya sudahlah." Desis Sena sambil menaikkan alisnya.
Seringai muncul dari bibir tebalnya.
Ulasan senyum jahil yang menawan.
Dengan kerutan disekitar rahang kokohnya.
Begitu mudahkah aku menyukai seseorang?
Apakah benar aku ini sebenarnya naif?
Karena sepertinya dia sudah tidak tahan menghadapi binar mata Sena dan senyuman di rahang kokohnya.
Ah! Alisnya tebal ya ternyata.
Aku penasaran dibalik kaos yang ia pakai sekarang, seperti apa bentuk otot perutnya...
"Kok jadi kebalik sekarang? Kamu yang jadi bengong melihatku." sahut Sena sambil menopang dagunya di atas meja.
Sandra menegakkan duduknya.
Lalu berdehem.
"Aku hanya membayangkan pose yang pas untuk kamu kalau nanti jadi model untuk produkku." Sandra berbohong untuk mengalihkan suasana canggung.
"Pose yang pas saat aku nanti jadi model, atau aku yang sedang menari ular?"
"Ohok!! Ohok!! Ohok!!" Sandra langsung tersedak minumannya sendiri.
Ia tidak berani menatap Sena.
Sial! Aku ketahuan!
Umpat Sandra sambil menstabilkan pernapasannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
kalea rizuky
Rama ini canggah ya ges bukan cicit kn yg cicit emak bapaknya rama
2024-10-21
0
kalea rizuky
putri eyang gandes bukan
2024-10-21
0
Asngadah Baruharjo
wa ha ha 🤣🤣🤣
2024-06-30
0