Menjelang malam, tibalah mereka di Mall terdekat.
Sena mengikuti di belakang Sandra, mendampingi wanita itu kemanapun melangkah.
Saat berada di toko pakaian anak dan bayi, Sena hanya duduk sambil mengamati sekitarnya, sedangkan Sandra berkutat dengan tumpukan warna warni baju anak perempuan dan pakaian bayi.
Wanita itu sigap, mendarat dari satu konter ke konter lain secepat kilat dan akhirnya mereka harus bolak balik ke mobil menaruh belanjaan, karena tangan mereka sudah tidak kuat mengangkat banyak tas belanja.
"Sudah?" Tanya Sena.
Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam.
"Belum." Sandra terengah-engah setelah menaruh beberapa belanjaan di bagasi mobil.
"Bagasinya sudah tidak muat lagi, Nyonya besar." Ujar pria itu.
Sandra bersandar di pintu belakang mobil sambil mengatur napasnya sambil berkacak pinggang.
"Kamu ngga belanja buat diri kamu sendiri." Sahut Sena. Ia menghampiri Sandra dan menawarkan air mineral kemasan yang masih tersegel.
"Aku gampang. Lagipula aku sering belanja." Sahut Sandra berusaha menenangkan dirinya dengan cara mengibaskan rambut pirangnya dengan gaya angkuhnya ke belakang pundak.
"Kita mau kemana lagi?" Tanya Sena.
"Kita ke toko pakaian pria. Aku akan membeli beberapa stel."
Seketika jantung Sena down.
Sandra akan membelikan seseorang pakaian pria.
Siapa yang akan dibelikannya?
Papanya? Kakaknya?
Ternyata dia sudah punya pasangan.
Batin Sena sambil membuang muka.
Entah kenapa, ia merasa kecewa.
"...untuk kamu, Sena." sambung Sandra setelah menegak air.
Sena menoleh dengan kaget.
"Untukku?"
"Iya, untuk siapa lagi?"
"Kamu ngga punya laki-laki lain yang harus dibelikan pakaian?"
"Siapa? Papaku? Kakakku?" Tanya Sandra.
Sena mengangkat bahunya. "Kekasih kamu? Teman akrab kamu?" Ia mencoba memancing karena ingin tahu.
SANGAT ingin tahu.
Sandra mengernyit. "Kalau aku harus membelikan untuk laki-laki, mungkin untuk Bima, Kang Pur, atau Hassan. Tapi kalau satu dibelikan, tiga-tiganya juga harus dibelikan. Kalau tidak bisa menimbulkan kesalahpahaman. Karena mereka bertiga sudah beristri."
Sena menunduk untuk menyembunyikan seringai senangnya.
Ia merasa lega.
Lalu ia menghilangkan senyumnya.
Aku kenapa?
Pikirnya.
"Yuk?" Sahut Sandra. Wanita itu sudah beberapa langkah menuju pintu masuk mall.
Sena mengikutinya dengan langkahnya yang besar.
Menjelang malam, pengunjung mall malah semakin banyak. Mungkin karena besoknya weekend, sehingga banyak pekerja kantor dan anak-anak muda yang bersantai setelah bekerja atau kuliah.
Beberapa laki-laki yang berkumpul menatap Sandra lekat-lekat saat wanita itu melewati mereka.
Sena memicingkan mata.
Ia tidak senang akan arti tatapan para pria itu.
Dari gerakan bibirnya, selain kata 'Gila, cantik banget!' Juga ada kata 'seksi' dan 'tipe gue banget'.
Reflek Sena menghampiri Sandra, dan merangkul bahu wanita itu.
Terdengar pekikan tertahan Sandra.
Terus terang, wanita itu benar-benar kaget. Sekaligus takjud.
"Bersikaplah seakan kita pasangan. kamu sedang diincar laki-laki nyalang." Bisik Sena sambil merapatkan bibirnya.
"Oh? Ow, okeeee." Gumam Sandra.
Tak terduga!
Pikir Sandra.
Belum tuntas kagetnya, Sena melepaskan rangkulan bahunya, dan menggandeng tangan Sandra.
Jantung wanita itu hampir mencelot saking senangnya!
Mein Gott! Mein Gott! Mein Gott! (Ya Tuhan!)
Sorak Sandra dalam hati.
Tangan Sena besar dan hangat. Telapak tangannya kasar dengan banyak kapalan khas pria yang suka angkat beban atau pekerja kasar, namun terkesan melindungi dan gerakannya lembut.
Juga, seketika Mentransfer banyak aliran listrik ke sekujur tubuh Sandra. Membuat wajah wanita itu memanas.
Sementara Sena...?
Yang jelas pria itu sedang mengumpulkan segenap kekuatannya untuk tidak...
Yah, ternyata dia malah lebih parah dari Sandra.
Ya Tuhan!
Kenapa aku begitu cepat jatuh cinta!
Aku bertemu wanita ini kurang dari sebulan, dan akrab dengannya belum seminggu!
Okeee Sena, sekarang tenangkan diri.
Kalau terlalu agresif, takutnya Sandra akan berpikiran macam-macam dan malah kabur.
Ingat, siapa diri kamu!
Tidak mungkin wanita sepintar Sandra mau dengan mantan napi dengan kehidupan miskin seperti diriku.
Semua ini dilakukannya karena... beban moral, seperti yang sudah dikatakannya tadi sore.
*****
Beberapa pasang mata menatap lekat-lekat pasangan itu.
Yang wanita berambut pirang berkilau. Terlihat jelas kalau ia bukan orang Indonesia. Tinggi semampai dan memiliki tubuh yang selalu diimpikan oleh sebagian besar wanita di dunia. Langsing dengan dada lumayan besar.
Pakaiannya mewah, walaupun hanya jeans biru dengan kemeja penuh renda, kacamata hitam bertengger di kepalanya dan tas yang sudah pasti bukan kw.
Secara tampilan, si wanita jenis wanita karier dengan jabatan cukup tinggi, terlihat dari sepatu higheels brandednya yang formal.
Dan...
Di sebelah wanita itu terlihat pria.
Tinggi besar hampir menyamai lemari pakaian toko.
Dan wajahnya tampan.
Tidak sebule si Wanita, tapi cukup menampakkan kalau dia juga 'produk impor'.
Pakaiannya biasa saja. Kaos putih dan jeans hitam dengan sneakers buluk.
Tampak kalau si pria lebih muda usianya dengan si wanita, atau si wanita yang berdandan terlalu tua dari usianya?
Yang jelas,
Mereka terlihat seperti pasangan.
Si pria menatap si wanita dengan pandangan lembut dan senyum mendamba.
Sementara si wanita memilihkan beberapa pakaian yang sesuai untuk si pria.
"Mbak, kita beli semua yang di gantungan sebelah sini dan sini, ukuran L." Kata Sandra.
Sena bengong.
"Jangan berlebihan." Bisiknya.
"Stok baju kamu ngga ada seperempatnya isi lemariku. Sekarang kita ke bagian baju formal. Dari tadi belinya kaos-kaosan, hoodie-hoodie-an terus." Sandra melenggang ke ruangan sebelahnya dan mulai sibuk berkutat dengan berbagai gantungan baju.
Sementara Sena...
"Eh, Sandra!" Dia memanggil dari seberang ruangan.
Sandra menoleh.
Lalu mengernyit.
Kenapa Sena tiba-tiba sudah ada di bagian baju wanita?!
Sena mengangkat gantungan baju. Dress one piece cantik berwarna putih.
"Cocok buat kamu." Sahut Sena sambil menyeringai.
Wajah Sandra langsung terasa panas.
Sedetik dua detik ia tertegun.
Tapi ia cepat menguasai dirinya kembali.
Lalu Sandra menghampiri Sena dan mengambil one piece tadi dari tangan pria itu dan memasukkannya ke keranjang belanja.
"Oke. Kupakai kalau ajak anak-anak liburan ke pantai."
Dan wanita itu kembali ke bagian pakaian pria sambil menyembunyikan wajahnya yang merah karena malu.
Sekaligus senang karena Sena memilihkan pakaian untuknya.
Walaupun ia bayar sendiri.
Yang penting Sena yang pilih, kan?!
Beberapa saat kemudian,
"Abaaaang Seeenaaaa..." Panggil Sandra.
Sena yang sedang duduk di salah satu kursi karena kakinya mulai pegal dan ia benar-benar bosan, melirik ke Sandra.
"Aku bukan tukang bakso." Sahut Sena.
"Coba dulu nih, aku pilihin beberapa stel formal."
Sena bangkit dari duduknya dengan malas.
Lalu menghampiri Sandra dan mengambil beberapa gantungan pakaian dari tangannya.
Dan Ia masuk ke ruang ganti.
"Bu, yang ini jadi?" Tanya pelayan toko.
Sandra menoleh dan melihat stel suit yang elegan.
"Jadi, Mbak." Katanya sambil mengambil suit itu dari tangan pelayan toko. Menurut Sandra, Sena harus punya satu-dua pasang suit keren. Berguna untuk wawancara kerja atau kondangan.
Dicoba saja dulu, deh.
Sepertinya sih ukurannya agak sempit, karena badan Sena kan besar.
Pikir Sandra sambil beranjak ke ruang ganti.
"Sena, kamu di bilik nomer..."
Sandra diam.
Sena di bilik ujung, tanpa menutup kordennya.
Hm.
Begitu kata pertama di benak Sandra.
Wow.
Kata kedua.
Astaga, aku jadi haus.
Kalimat ketiga.
Sena meliriknya, dan menurunkan kaosnya.
Lalu tersenyum hambar.
"Gordennya ditutup, Abang..." Sandra menarik gorden perlahan, setelah ia meletakkan suit di sofa dengan ruang ganti.
"Hm." Gumam Sena dari dalam.
"Aku ke toilet dulu." Sahut Sandra sambil keluar dari ruangan ganti.
Setelah membayar belanjaannya, Sandra mencuci muka di toilet.
Berkali-kali, sampai wastafel banjir dan air membasahi kemejanya.
Tapi wajahnya yang terasa panas tidak juga mendingin!
Aku harus coba berkencan! Aku seperti perawan tua!
umpatnya dalam hati saat ia mencuci muka.
Masa melihat tubuh Sena saja aku jadi bergairah?! Seperti cacing kepanasan! Benar-benar memalukan!
Batin Sandra sambil melap wajahnya dengan tissue.
Lalu menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan frustasi.
Astaga pahatan itu...
Kepalaku jadi pusing.
Bagaimana bisa aku jadi begini?
Berapa banyak pria yang kulihat telanjang dalam kehidupanku? Para model di pagelaran busana kami, para pria-pria metrosek sual yang menginginkanku, Teman-temanku Saat liburan di yacht, saudara-saudaraku, semua dengan otot perut sempurna!
Dia sering dikelilingi pria-pria seksi, dan ia sudah terbiasa.
karena itu penilaiannya terhadap laki-laki sangat selektif.
Apalagi ia memiliki seorang kakak yang begitu sempurna.
Tapi kenapa yang ini, begitu...
Indah.
Memikat dengan caranya sendiri.
Sandra menatap wajahnya di cermin.
Mata hijaunya berkilat, menatap balik dirinya.
Napasnya memburu.
Aku cantik kan?
Apakah aku sesuai dengan sosoknya?
Apakah aku pantas menginginkannya?
Dia lebih muda 2 tahun dariku, apakah kami akan di cemooh banyak orang?
Atau, apakah aku harus berdandan lebih natural supaya tampak terlihat lebih muda?
Lalu Sandra mengaduk-aduk tasnya, mencari pouch make upnya.
Dan mulai mengaplikasikan ke wajahnya dengan seksama.
Saat ini, Sandra menyadari satu hal.
Aku menginginkannya.
Aku sudah jatuh cinta!
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KEMBALI KE MASALAH HATI, JIKA LO TRTARIK KE SENA, SMUANYA KMBALI K MASALAH HATI & PRASAAN... MSKI BNYK YG SPRTI SENA, TRMASUK ARMAN, KLO LO GK TRTARIK DN TRGODA, YAA MRK BIASA AZA...
2023-10-16
0
Sulaiman Efendy
DIMAS DGN MEILINDA AZA BEDA 14 THN, TU MRK SALING BUCIN... DAN DIMAS TK PRNH MLIRIK WANITA LAIN MSKI MEILINDA MKIN MNUA..
ISTRI KU AZA LBH TUA 5 THN DARIKU..
2023-10-16
0
Sulaiman Efendy
ASAL LO JGN BRKENCAN DGN ARMAN, MASA LO MAU SERAHKN PERAWAN LO SAMA PRIA NONIS... LBH BAGUS KE SENA, MSKI BRDOSA,, STIDAKNYA SEIMAN, DRIPADA DOSANYA DOUBLE, DOSA ZINAH, DOSA MLEPAS NYA KE PRIA NONIS GAK SUNAT...
2023-10-16
0