Aku Dan Bidadari Surgaku

Aku Dan Bidadari Surgaku

Part 1

Lelaki dengan paras sempurna itu terlihat resah, manik hitamnya mencari seseorang diantara kerumunan gadis berhijab.

"Kak, cari siapa?," seorang gadis dengan kerudung biru menyapanya.

"Kanza," sahutnya singkat.

"Putri Kanza, kelas tiga ya kak?,"

"Hemm,"

"Masih dikelas dia kak, kalau kakak mau biar aku panggilin." gadis itu sepertinya pejuang tangguh, terbukti udah di kacangin oleh Daffa masih aja semangat empat lima kasih informasi ke Daffa.

Daffa menatapnya sekilas, lalu kembali menatap kerumunan.

"Boleh kalau gak ngerepotin."

"Gak kok kak, kakak tunggu sini ya," ujar gadis itu seraya bergegas menuju kelas Kanza.

lima menit kemudian seorang gadis cantik menemui Daffa, dia Kanza adik semata wayang Daffa.

"Kakak tunggu bentar ya aku belum selesai berberes."

"Cepatlah,kakak ada rapat bentar lagi,"

"Iya," sahutnya seraya berlari meninggalkan Daffa.

Daffa adalah anak pertama dari pasangan Erico dan Syakila, dan Putri Kanza adalah anak kedua.

Saat ini Daffa sudah bekerja di kantor ayahnya di sela kuliahnya. Sementara Kanza baru saja selesai ujian tamat tamatan setarap Sma.

Kanza saat ini sekolah di asrama kusus putri, dan hanya pulang saat libur sekolah.

"Kak," tegur Kanza yang sudah berada di sampingnya.

Daffa memasukkan gawainya ke saku jasnya. kemudian membawa koper Kanza masuk kedalam mobilnya.

"Sudah semua tidak ada yang tertinggal?"

"Ada," ujar Kanza.

"Apa?"

Daffa menghentikan langkahnya yang akan membuka pintu mobil.

"Hatiku," sahut Kanza dengan senyum, dia suka sekali melihat Daffa manyun, menggemaskan.

"Baru tamat Sma sudah berani main hati, cepat tak'arup kalau udah ingin," ujar Akbar kesal, candaan Kanza selalu sukses membuat Daffa meradang kalau menyangkut lawan jenis, dan ujung-ujungnya di suruh ta'aruf.

"Canda, aku masih adik mu yang manis kak percayalah," ujar Kanza dengan mimik manza.

"Bagus," ujar Daffa dengan lirikan tajam, tapi beberapa detik kemudian senyum manis sudah menghias bibirnya.

"Kamu yakin kalau lulus?" tanya Daffa seraya melirik Kanza sekilas.

"Insya Allah," sahut Kanza dengan senyum, selama ini dia tak pernah mengecewakan umi dan abinya soal nilai, walau bukan juara satu, rangking tiga dan dua pernah di sandangnya.

Kila tak nenuntut Kanza agar jadi juara, menurutnyan itu cuma bonus, tapi bagaimana Kanza mengamalkan segala ilmu yang telah dipelajarinya dan istiqomah dengan amalannya itulah yang lebih utama.

Kila tak pernah mengharuskan anaknya sukses dulu baru menikah, kalau sudah mulai berpikir kearah itu sebaiknya menikah, baginya orang yang sukses itu orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, kalau tak mampu mala lebih baik di segerakan.

Mobil Saffa berhenti di sebuah mewah dengan tembok tinggi mengelilingi Rumah besar itu, yang tak lain kediaman Erico dan Syakila.

"Asalamualaikum," Seru Kanza di depan pintu.

"Wa'alaikum salam, Kanza udah pulang kamu sayang," ujar Kila ibu kandung Kanza, wanita yang sudah hampir kepala lima itu masih terlihat cantik, apa lagi raut wajahnya tampak lebih muda dari usianya.

"Sudah umi, umi apa kabar."

Pelukan hangat mendarat di tubuh Kanza, anak kedua dari pasangan Erico dan Syakila. Mereka hanya memiliki dua orang anak, Daffa adalah anak pertama dan Kanza anak kedua mereka.

"Umi aku balik lagi ke kantor ya." ujar Daffa menyela kangen-kangenan ibu dan anak itu.

"Baiklah hati-hati nak."

"Iya mi,aku berangkat dulu," ujar Daffa seraya mencium tangan ibunya.

Daffa memang harus kembali kekantornya, ada beberap peroyek baru yang sedang dalam pengerjaan, membuatnya sedikit sibuk.

Dengan langkah tegas Daffa memasuki gedung tempatnya bekerja, beberapa orang yang berpapasan padanya mengagguk kecil, dan Dafa membalas dengan anggukan kecil pula.

Langkahnya berhenti di depan meja kerja Reno salah seorang karyawannya.

"Re bisa ikut keruangan ku sekarang," ujarnya saat melewati meja kerja Reno.

Reno terdiam sesaat lalu bergegas beranjak mengikuti langkah pimpinan prusahaan dari belakang.

"Duduk lah," ujar Daffa, yang terlebih dulu duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya. Reno pun duduk didepan Daffa, hatinya berdegup kencang karena was-was, beberapa hari yang lalu dia melakukan kesalahan, dia yakin Daffa memanggilnya karena itu.

"Bagaimana istrimu?" tanya Daffa seraya menatap lekat wajah Reno, wajah yang tampak sangat lelah, entah kerena beban hidup atau pekerjaannya.

"Masih di rawat pak, tapi sudah banyak perubahan pak, Alhamdulillah," sahut Reno dengan wajah tertunduk, karyawan biasa seperti dia jarang bisa duduk satu meja dengan pimpinan, paling juga ketemu saat rapat dan itu pun di lakukan sebulan sekali.

"Aku dengar istrimu guru honorer sebuah sekolah di lingkungan tidak mampu, apa itu benar?" tanya Daffa tatapannya masih tertuju pada wajah lelah Reno.

"Benar pak," Sahut Reno, dia mengangkat wajahnya menatap wajah tampan pimpinannya, dari mana bosnya ini bisa tau hidupnya sedetail ini.

"Aku menyuruh orang ku menyelidiki kamu Reno, beberapa hari yang lalu aku menerima laporan, ada Debt Collector yang ngamuk di lobby mencarimu apa benar?" jelas Daffa seakan tau apa yang ada di benak Reno.

Reno tertunduk dalam habislah sudah, tamatlah riwayatnya kali ini, Debt Collector itu benar-benar membuktikan semua ancamannya dan kini dia dalam masalah.

"Benar pak, dan saya minta maaf atas kegaduhan itu," ujar Reno dengan wajah masih tertunduk, dia tak punya nyali menatap Daffa setelah apa yang dia lakukan kepada perusahaan.

"Untuk apa kau meminjam uang pada mereka?"

Reno menatap wajah Daffa sejenak lalu kembali tertunduk nenekuri lantai.

"Untuk mengobati istri saya pak," sahut Reno pelan.

"Berapa banyak uang yang sudah kau pinjam dari mereka?"

"Awalnya lima puluh juta pak, tapi saat aku telat membayar bunganya membengkak menjadi tujuh puluh juta, lain dengan bunganya pak," sahut Reno dengan suara yang kian lirih.

Rahang Daffa mengeras sekerika, geram rasanya mendengar penuturan Reno, lintah darat tak punya hati, bukannya menjadi solusi malah membuat maslah baru. Mereka membuat orang susah jadi semakin susah.

"Perusahaan akan memberimu pinjaman untuk melunasi semua hutang mu pada rentenir itu, masalah bayaran kau bisa mencicil tiap bulannya dari gajimu, diskusikan pada istrimu berapa dia mampu menyisihkan uang dari sisa belanjanya tiap bulan untuk menyicil utang mu pada prusahaan," ujar Daffa pada Reno.

Seketika Reno mengangkat wajahnya menatap Daffa, bola mata itu tampak bergetar dengan linangan air mata, tidak salahkah telinganya mendengar berita ini, dia kira masa kerjanya akan berakhir karena insiden beberapa hari lalu, tapi ini..

"Saya tidak salah dengar pak?," tanya Reno dengan suara bergetar, dia masih belum yakin yang dia dengar itu nyata bukan hayalan.

"Tentu saja tidak , nanti saat makan siang, ikutlah dengan orangku, temui rentenir itu lunasi hutangmu," sahut Daffa dengan senyum.

"Ya allah terimakasih pak saya gak tau gimana balas kebaikan bapak," ujar Reno dengan perasaan mengharu biru.

"Aku meminjamimu Reno, kau tetap akan membayar, jadi jangan sesenang itu."

"Apa pun itu terimakasih banyak pak."

"Iya sama-sama, sudah kembalilah ke meja kerjamu, kerja yang bagus agar kau bisa melunasi hutang mu pada perusahaan," ujar Daffa dengan senyum.

"Baik pak, terimakasih banyak pak, saya permisi dulu," ujarnya seraya sedikit membungkukan lalu beranjak pergi meninggalkan ruang kerja Daffa.

Reno sudah tak mampu menahan air matanya dia keluar ruang kerja Daffa dengan menangis, saat dia sudah duduk di meja kerjanya beberapa rekan kerjanya datang memberikan usapan lembut di bahunya, rasa iba terselip di hati mereka.

"Bos mecat lo ren?" tanya salah satu dari mereka.

Reno menggeleng, dengan air mata yang masih menggenang dia menatap wajah temannya yan tampak khawatir terhadapnya.

"Bos membayar semua hutangku dan aku bisa mencicil sesuka hatiku dari uang gaji ku," ujar Reno dengan menangis.

Helaan nafas lega terdengar dari bibir mereka, mereka sering mendengar betapa dermawannya tuan Erico dan istrinya, tak disangka darah dermawan itu mengalir juga pada Daffa.

"Sukurlah Ren, kamu bisa lepas dari jeratan rentenir."

"Iya itu seperti mentelamatkan aku dari kematian, kalian tau terjerat hutang berbunga membuat kita seperti mau mati, bernafas saja aku susah," ujar Reno mengenang waktu yang dia jalani beberapa bulan ini, dadanya terasa terhimpin batu besar terasa sesak..

Happy reading

Hay, ketemu lagi sama Erico junior ya, maaf kalau nanti ceritanya tak sesuai ekspektasi, tapi tetep emang ngarep dukungannya, yang dah mampir cus kasih dulungan🙏🙏🙏🥰

Terpopuler

Comments

icha

icha

cerita author bgs kyknya,

2023-02-10

0

Mom's Doang

Mom's Doang

aku sih baru baca novel yg ini,muda2hn aku menyukainya,
lanjut thoort

2021-09-25

0

Ade Safitri

Ade Safitri

🙏🙏 maaf ya thor... walaupun Daffa pemimpin perusahaan tapi klo manggil orang yang lebih tua harusnya manggil bapak, jadi kesan wibawa & sopan santun nya ada....

2021-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!