Part 2

Dandy berdecak kesal, sudah setengah jam dia menunggu Daffa di tempat mereka membuat janji bertemu, dia menunggu tak sendiri, ada Anita bersamanya salah satu mahasiswi pakultas hukum dari kampus yang sama dengan Dandy.

Saat keduanya sudah hampir putus Asa Daffa datang dengan wajah tanpa dosa.

"Lama amat sih, kami nunggu sampai keringetan tau gak, dari cair sampai beku tuh keringet nunggu lo Daf," sentak Dandy kesal.

"Kebiasaan, mau lagi emosi, mau senang, kalau ketemu orang tuh ucapin salam," ujar Daffa tak menggubris amarah Dandy.

Kini dia beralih pada gadis yang sedari tadi hanya diam memperhatikan gerak geriknya.

"Kamu pasti Anita ya?" tanya Daffa ramah.

"Iya kak, kita satu kampus beda jurusan," jawab Anita malu-malu.

"Oh ya, kok aku gak pernah liat kamu di kampus?"

"Sering kok, cuma kakak mungkin gak begitu perhatian sama orang sekitar," sahut Anita, penjelasan Anita ada benarnya.

"Lu jalannya nunduk, mana tau orang," timpal Dandy. yang langsung dapat tinju dari Daffa di lengannya.

"Adauw lu kuat amat sih Daf," seru Dandy meringis kesakitan seraya mengusap bekas tinju Daffa.

"Gak ah, kamunya aja yang lemah, oh ya pertemuan kita ini mau bahas apa ya?" tanya Daffa menatap kedua orang di depannya.Sementara keduanya terlihat saling melempar pandangan.

"Ini kak, kita mau adain kegiatan sosial di kampus, sebenernya sudah berjalan sih kak, tapi kita terkendala di dana, jadi kalau kakak bersedia kita minta kakak jadi donatur kegiatan kita, itu sebabnya saya minta bantuan kaka Dandy buat ketemu kakak," jelas Anita.

"Bisa tapi aku liat dulu data-data agenda kegiatan kalaian, kalau memang jelas aku mau membantu kalian sebagai donatur."

"Makasih kak, nanti aku siapain datanya aku kasih kesiapa nanti datanya kak?" tanya Anita.

"Ke Dandy aja, aku jarang ngampus soalnya," ujar Daffa seraya menyesap minuman yang ada di depannya.

"Punyaku Daf, main sosor aja nih anak," sentak Dandy seraya merebut jus sisa Daffa.

"Berkongsi dengan orang sholeh itu berkah," tutur Daffa dengan senyum

"Idih sombong, udah sakin soleh?" ledek Dandy dengan senyum miring.

"Sombongnya dimana?"

"Tuh merasa udah jadi orang sholeh kan sombong namanya," tukas Dandy seraya melotot ke arah Daffa.

"Haaa iya udah ah jangan berantem malu tuh sama Anita," kekeh Daffa melihat Dandy kesal dengan ulahnya.

"Ya udah aku cabut dulu ya Nit, aku ada janji lainya sampai jumpa lain waktu ya," pamit Daffa pada Anita.

"Iya kak, hati -hati dijalan," sahut Anita dengan senyum di bibirnya.

"Daf, gak niat mau traktir kami nih?" tanya Randy.

"Iya, iya bawa bonya berikan pada sekertarisku oke"

"Gitu dong, makasih Daf."

Anita menatap punggung kekar Daffa, lelaki yang mengisi khayalannya beberapa bulan ini, gadis berambut sebahu itu sudah lama menyukai Daffa tapi hanya cinta dalam hati tak ada keberanian untuk memberi Daffa sinyal, tapi akhir-akhir ini Rasa itu semakin besar dan tak mampu dia bendung, dia memutuskan mendekati Daffa lebih dulu apa pun caranya.

Ayahnya dan Daffa adalah rekan bisnis dari ayahnyalah dia banyak mendengar betapa karismatiknya Daffa sebagai pemimpin perusahaan, apa kabar tentang kesendirian Daffa membuat angin segar bagi Anita untuk mendekati Daffa.

Di tambah tadi dia bisa melihat bagai mana hangatnya dia memperlakukan sahabatnya, sikap yang berbeda saat dia berhadapan dengan rekan bisnisnya.

"Nit, kesambet Daffa lo bengong aja," ujar Dandy, dia tengah menyantap hidangan yang baru saja dia pesan, mumpung ada yang traktir.

"Daffa mu itu memang istimewa," ucapnya menerawang.

"Jangan coba-coba, nanti kamu sakit hati, Daffa itu hatinya sekeras baja kalau masalah wanita, gak mudah buat dia jatuh hati, dulu pernah sih, tapi belum terjalin udah pisah," ujar Randy sambil mengunyah daging kepitih saus padang.

"Menarik," gumam Anita.

"Apanya yang menarik,?"

"Daffa mu tentunya, terimakasihya bantuan mu."

"Ehh, jangan salah sangka lo nit, aku bantu kamu, karena aku suka kegiatan sosial yang kalian dirikan, sayang kalau berhenti karena dana, jadi bukan karena aku setuju kamu jadian sama Daffa," jelas Dandy.

"its ok, apa pun alasanmu terimakasi, aku cabut dulu," sahut Anita dengan senyum cantiknya.

"Oke, hati-hati."

Anita meninggakan Dandy yang tengah menyantap kepiting saus padangnya.

Sementara Daffa tengah mengadakan Rapat dengan benerapa staf di kantornya.

mengambil pengalaman yang menimpa Reno, membuat Daffa berpikir membuka pinjaman bagi karyawan ditingkat bawah dengan gaji rendah, dia tak ingin kejadian serupa terulang lagi oleh kariawan lain.

Melihat karyawannya terbelit hutang puluhan juta dengan rentenir sangat melukai hatinya, apa lagi dia berhutang demi nyawa istrinya.

"Selamat Sore, Maaf aku mengadakan rapat dadakan, karena ide yang akan kita rapatkan juga dadakan"

"Gak apa pak," jawab pak pak mawan pmpinan Hrd di perusahaannya."

"Saya berniat membuat pinjaman perusahaan, hanya bagi kariawan dengan gaji menengah kebawah, di bayar dengan di cicil setiap menerima gaji, pinjaman itu tanpa bunga tentunya."

peserta rapat terlihat manggut-manggut, tentu saja ide pimpinan mereka, sangat mereka setujui.

Lalu Daffa mengutarakan niatnya membuat pinjaman untuk para karyawan biasa dengan gaji rendah, tentu saja pinjaman itu tanpa bunga.

Daffa memilih orang-orang yang mengelola pinjaman, salah satunya pak mawan, dia tau pak mawan orang yang jujur dan sangat di sukai para pekerja terutama di tingkat bawah.

Setelah satu jam Rapat, akhirnya selesai juga, Daffa dan yang lainya keluar dari ruang rapat. keluar dari ruang rapat Daffa langsung meaktifkan kembali ponselnya.

Ting

Ting

Dafa memeriksa pesan yang masuk, dari Kanza.

"Kak temenku ngajak nonton, gimana?"

"Kaaaakk!!"

Daffa tersenyum, dasar anak nakal, baru berapa hari di rumah udah mau kelayapan seenaknya.

"Assalamualaikum, ada apa?" ujar Daffa menyapa Kanza melalui telpon.

"Tadi kan udah aku bilang lewat pesan," rajuk kanza di ujung telpon.

"Teman yang mana?" tanya Daffa dengan suara beratnya.

"Temen di asrama kak," sahut Kanza pelan, sedekat apa pun dia dengan Daffa kalau sudah mendengar intonasi seperti tadi tetap saja membuatnya mengkerut takut.

"Bilang sama mereka kakak yang antar," ujar Daffa Akhirnya.

"Bener, kak?"

"Hemm"

Daffa duduk di balik kemudi, sedang Kanza duduk di sampingnya, sementara ketiga temannya duduk di belakang, salah satu teman Kanza pernah bertemu Daffa dia gadis berkerudung biru.

Ketiga teman Kanza sedang terbius oleh pesona Daffa, mereka menikmati lukisan tuhan yang begitu sempurna tanpa kata.

Dengan kaos oblong dan celana jeans Daffa terlihat lebih muda dari usianya. beda saat dia memakai stelan jas.

Pesona Daffa terus berlanjut, berhubung ini malam minggu jadi bisa di tebak bioskop ramai dengan remaja seusia Kanza.

Daffa harus tebal kuping mendengar kalimat menggoda dari anak baru gede yang memang lagu rese-resenya, ini semua demi kanza.

"Duh babang tampan, gak risih jadi pusat perhatian?" ledek Kanza.

Daffa langsung membualtkan matanya, ini semua gara-gara jiwa melalak Kanzalah dia jadi kena imbasnya.

"Demi kamu tau gak," dengus Daffa kesal.

"Makasih," bisiknya manja.

Dasar anak nakal, dia hanya bisa mengajak ubun-ubun Kanza yang terbungkus hijab panjang.

.

.Happy reading.

jempol mana jempol,🤣 tekan vote ya 🙏🥰

Terpopuler

Comments

Mom's Doang

Mom's Doang

bagus bngt cra didiknya,demi keamanan sang adik rela pergi ke bioskop
lnjut thooorrr

2021-09-26

1

Juli Siman

Juli Siman

lanjuut Thor...semangat💪💪💪

2021-08-09

0

Wahyu Ariani

Wahyu Ariani

semangat Thor
lanjutkan

2021-06-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!