Sudah seminggu dari Daffa menyatakan perasaannya dan memintanya ta'arufan, Daffa belum juga mendapat surat balasan Dari Patimah.
Daffa kini tengah di uji kesabarannya, seumur hidup ini kali pertama dia merasa seperti ini, dia tak mampu berkosentrasi dengan baik saat bekerja, tidur tak nyenyak, makanpun tak enak, Patimah kau membuat hidup Daffa kacau balau.
Sudah berusaha menenagkan pikirannya dengan caranya, bertahajud di sepertiga malam, membaca Alqu'an di waktu luang tapi tetap saja dia butuh jawaban Patimah untuk menenangkan hati dan perasaannya.
Daffa baru saja selesai sholat juhur di musholah kantornya, saat sekretarisnya memberikan selembar surat bersampul coklat yang dititip tukang pos atas nama tuan Daffa.
"Pak ada titipan surat dari pak pos atas nama bapak," ujar Tika seraya menyerahkan surat bersampul coklat pada Daffa.
"Terimakasih ka."
"Iya pak."
Daffa menatap surat yang ada di atas meja, untuk tuan Daffa, pengirim atas nama patimah.
Daffa menghela nafas panjang sebelum dengan perlahan merobek surat dari Patimah.
Perlahan Daffa merobek kertas berwarna coklat dan menemukan dua lembar kertas merah jambu.
Assalamualaikum
Teruntuk tuan Daffa di tempat, bagai mana kabar tuan Daffa saat ini, semoga dalam keadaan baik dan dalam lindungan Allah subhanahu wata'ala, begitu juga dengan keadaanku di sini tidak jauh berbeda dengan keadaan tuan Daffa sekarang.
Maaf sebelumnya, mungkin jawaban ku membuat tuan Daffa terlalu lama menunggu, itu karena aku harus melakukan serangkaian doa dan memohon petunjuk guna memperjelas perasaanku untuk mengambil keputusan.
Mungkin aku wanita yang tak tau diri, dengan surat ini menyampaikan lamaran tuan aku terima dengan senang hati, dengan kesepakatan yang telah tuan utarakan tempo hari, memberiku waktu untuk mengabdi barang sebentar di pesantren.
Semoga apa yang telah kita sepakati ini di berkahi dan dapat berjalan semestinya sesuai harapan kita(aku dan tuan Daffa)
hanya itu saja yang mampu aku sampaikan buat menjawab lamaran tuan padaku.
Salam rindu
Patimah
Senyum mengembang sempurna di bibir Daffa, wanita pujaannya menerima lamarannya, walau dia harus menunggu beberapa tahun lagi untuk menghalalkan hubungan mereka.
Inikah namanya jatuh cinta pada pandangan pertama, inikah namanya merindu, dia tak ingi berandai patimah dekat dengannya, dia memilih bersukur dan bersabar, bersukur atas penerimaan Patimah, dan bersabar atas waktu yang dia jalani menunggu Patimah.
**
Kanza hari ini berkunjung kerumah ummi bersama Hanif, selain melepas rindu dia juga akan memberi tahu ummi bahwa akan tinggal bersama Hanif bersama mertunya.
Mobil Hanif berbelok ke rumah mewah dengan pagar tinggi mengelilingi bangunan rumah.
Hanif tak langsung bisa masuk, security yang berjaga di rumah Kanza tak mengenali mobil Hanif, tapi saat melihat kanza ada di dalam mobil Hanif, Security langsung membuka pintu pagar dengan meminta maaf sebelumnya.
"Mobilku tak memenuhi standar masuk ke istanamu sayang," ujar Hanif seraya melirik ke Kanza, Kanza melebarkan matanya tanda protes dengan ucapan Hanif.
Hanif memarkirkan mobilnya di antara mobil mewah milik tuan Rico, sebelum menikah dengan Kila Rico adalah penggila otomotip. Tak heran kalau bagasinya di penuhi mobil mewah.
Walau ini kedua kalinya dia datang ke kediaman Kanza tetap saja membuatnya gugup, Kanza sepertinya paham kegugupan Hanif, dengan santai dia menggandeng jemari Hanif membawanya mengikuti langkahnya masuk kedalam rumah.
"Asalamualaikum,!" Seru Kanza saat sudah masuk keruang tamu yang luasnya seluas keseluruhan Rumah Hanif.
"Wa'alaikum salam, Nona silahkan masuk, biar saya panggilkan nyonya," ujar pelayan yang menyambut kedatangan mereka berdua.
"Iya makasih mbak," sahut Kanza.
Tak berapa lama tampak Kila keluar dari pintu lift dan bergegas menghampiri putrinya, memeluknya erat melepas kerinduan.
"Kamu sehat sayang?" tanya Kila saat memeluk tubuh Kanza.
"Alhamdulillah baik ummi," sahut Kanza seraya mengusap punggung umminya.
"Kamu juga sehat kan Hanif," ucap Kila dengan senyum di bibirnya.
"Alhamdulillah sehat Ummi," sahut Hanif dengan santu.
"Hanya ada ummi di rumah, abi sama kak daffa belum pulang, Hanif masih cutikan.?"
"Masih mi, kak Daffa kasih cuti sepuluh hari mi."
"Oo gitu, kamu nginep kan sayang?"
"Iya mi, sambil beresi barang Kanza yang akan di bawah kerumah ibu," sahut Kanza.
Sejujurnya berat bagi Kila melepas Kanza, tapi Kanza bukan lagi miliknya seutuhnya, jadi dia tak bisa mencegah Kanza mengikuti suaminya.
"Hanif abi mungkin akan menyuruh kalian tinggal di rumah milik Kanza, kalau abi mengatakan keinginannya ummi harap Hanif jangan tersinggung ya nak, maklumlah abinya sangat menyayangi Kanza, jadi kalau sikapnya berlebihan ummi harap kamu bisa memakluminya ya nak Hanif," ujar Kila, dia tau suaminya telah menyiapkan rumah untuk Kanza dan dia juga tau suaminya pasti akan memaksa mereka untuk menempatinya.
"Tidak apa umi, aku pasti maklum kok," sahut Hanif santun.
"Oh ya, sambil menunggu yang lain pulang, ayo bawa suamimu ke kamar mu sayang, istrahat dulu disana," usul Kila pada Kanza.
"Iya mi, kami keatas dulu ya mi."
"Iya sayang."
Kila menatap punggung kedua anaknya, ada perasaan lega di hatinya, dia dapat melihat dengan jelas aura bahagia terpancar jelas di mata putrinya itu, dia tau darimana aura bahagia di mata Kanza.
Kanza memilih naik tangga untuk sampai kekamarnya ketimbang naik lift, biar sehat begitulah ucapnya bila Rico bertanya kenapa tak menggunakan lift.
Kanza menekan kombinasi angka pada tombol kamarnya dan.
Ceklek!!
Pintu kamar Kanza pun terbuka lebar keduanya masuk bersamaan, Hanif berdecak kagum inikah kamar istrinya, tak sebanding dengan apa yang kanza dapat dari rumah Hanif.
"Ada apa mas," tanya Kanza saat melihat Hanip cuma berdiri mematung di tempatnya.
"Ini kamarmu sayang?"
"Bukan mas, kamar bik inem," sahut Kanza sewot, udah tau kenapa bertanya.
Hanif melangkah mendekati Kanza senyum tersungging di bibirnya, dengan lembut dia mencium puncak kepala Kanza, menikah sudah lebih seminggu baru inilah yang bisa dia lakukan pada istrinya.
Tapi di tempat seindah ini entah mengapa naluri kelelakiannya mendadak bangkit, tapi mana mungkin Hanif melakukannya apalagi Kanza masih belum siap melakukannya.
"Sini," ujar Kanza menarik lengan Hanif membawanya ketepian tempat tidur.
"Mas tadikan di suruh istrahan, ayo istrahatlah, abi masih lama pulangnya," ujar Kanza seraya melapas jilbabnya lalu melangkah kelemari pakaian mengambil sepasang baju santai membawanya keruang ganti.
Hanif menghela nafas panjang dia bahkan memiliki ruang ganti yang begitu luas di kamarnya.
Melihat kemewahan kamar Kanza membuat Hanif berpikir lagi, apa tidak terlalu egois memaksakan kehendak terhadap Kanza untuk tinggal di rumahnya yang sangat sederhana.
Lamunan Hanif harus buyar oleh kedatangan Kanza, Manik hitam hanif tak berkedip menatap Kanza, dengan gaun yang cukup seksi Kanza mendekati Hanif, Hanif sesak nafas seketika.
"Ada apa mas, menatapku seperti itu?" tanya Kanza .
Hanif menggeleng pelan, dengan lembut dia menarik lengan Kanza membawanya duduk di sampingnya.
"Sayang."
"Hemm."
"Kau terlihat cantik sekali sayang," puji Hanif membuat Kanza tersipu malu.
"Mas."
"Iya sayang."
"Mas dengar tadi kata umi, kalau abi bicara sedikit mengintimidasi harap maklum ya," ujar Kanza menatap Lembut wajah Hanif.
"Tentu sayang," sahut Hanif seraya merengkuh tubuh Kanza kedalam pelukannya lalu kembali mencium puncak kepala Kanza.
Maaf Kanza pesonamu membuat mataku buta tak mampu berpikir jernih hingga nekat memperistri dirimu, di kamar ini aku baru sadar siapa dirimu, mungkinkah aku terlalu egois memaksakan dirimu menjalani hidup dengan caraku. bisik hati Hanif sendu.
.
kamar Kanza.
.
Happy reading.
Emak up lagi ya walau cuma dikit, jangan lupa tingalin dukungan buat emak 🙏🙏🙏🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Suswati
lanjuttttyy
2021-08-20
0
Juli Siman
hemmm kamar tidur apa istana itu Thor?
2021-08-10
1
Lasmi Kasman
Ya Allah kamarnya
2021-06-26
1