Part 13

Kanza mematut dirinya di cermin, gaun pengantin berwarna emas membalut tubuh moleknya.

Hijab berwarna senada melengkapi keangunan tampilannya malam ini.

Kanza benar-benar cantik malam ini, malam resepsi pernikahan mereka setelah siang tadi mengadakan akad nikah di tempat yang sama di hotel keluarga Erico.

Erico mengundang lumayan banyak rekan bisnis dan kenalan, pesta yang terbilang sangat mewah untuk seorang Hanif dan keluarga.

Rekan rekan Hanif juga masuk daftar undangan di pesta ini baik rekan kantor maupun di luar kantor. Hanif terlihat sangat gagah dengan jas hitam yang membalut tubuh kekarnya.

Daffa duduk di sudut ruangan, manik hitamnya menatap tak berkedif sosok Kanza adik perempuan satu-satunya, melepasnya menikah ternyata tak sesederhana yang dia pikirkan, ada sesuatu yang hilang di sudut hatinya, bahagia itu pasti, tetapi sedih juga dia rasakan, semoga Hanif orang yang tepat mendampingi Kanza.

Senyum bahagia terus saja menghiasi wajah Kanza, saat satu persatu teman dan para kerabat memberinya ucapan selamat.

Bukan cuma Kanza yang memperlihatkan senyum bahagia, di antara para tamu Daffa melihat sosok Patimah yang mengulas senyum bahagia di bibir merahnya.

Malam ini Patimah terlihat dewasa dengan pakaian yang dia kenakan, orang yang melihatnya pasti mengira Patimah anak kuliahan, bukan siswi Sma.

Gaun merah muda dengan hijab berwarna senada membuatnya sangat mempesona malam ini.

Daffa benar-benar tertarik dengan Patimah, walau begitu dia tak berniat mendekati Patimah, usia mereka terpaut jauh, membuatnya canggung bila mengingat itu.

"Cantik ya Kanza," suara Anita membuyarkan lamunan Daffa.

"Kau benar," sahut Daffa dengan senyum.

Sekilas Daffa melihat keseluruhan penampilan Anita, gaun renda berwarna hitam sebatas lutut, yang mencetak lekuk tubuhnya membuat Anita terlihat begitu cantik dan seksi malam ini.

"Kau datang sendiri atau bareng pasangan?"

"Dengan papa dan mama aja, mau bareng pasangan, tapi pasangannya belum lahir," seloro Anita sambil tertawa pelan.

"Pak Daffa juga kelihatannya sendiri mana pasangannya."

Daffa menatap Anita sekilas, lalu melepas pandangannya ke arah Patimah.

"Sepertinya kita senasib," sahut Daffa dengan tawa kecil di bibirnya.

"Tidak apa, nanti aku bantu cari, biar cepat nyusul Kanza yang sudah mencuri start kakaknya," ujar Anita seraya tersemyum.

"Aku rasa, aku belum di tahap yang butuh bantuan," sahut Daffa dengan senyum juga, membalas senyuman Anita yang begitu manis.

Anita pamit pulang saat papa dan mamanya berpamitan pada Daffa.

Satu persatu tamu berpamitan pulang, kini hanya tinggal keluarga saja. ummi dan omma memeluk tubuh Kanza erat beberapa wejangan di sampaikan ummi pada Kanza dan Hanif, begitu juga keluarga lainnya termasuk ibu Hanif.

Kini tinggal Kanza bersama Hanif di kamar hotel nan megah, malam ini mereka menghabiskan malam pengantin baru di kamar ini.

Kamar pengantin yang berhiaskan rangkaian bunga mawar berwarna putih dan merah itu, menciptakan suasana yang begitu romantis.

Kanza duduk di sofa dengan wajah tertunduk malu gaun pengantin masih melekat di tubuhnya, rasa gerah yang amat sangat di rasakannya, tapi Kanza tak berniat membuka gaun pengantinnya.

"Kanza Saat Hanif jadi istrimu, kamu paham kan kalau melayani hubungan badan menjadi kewajibanmu, kapan pun dia menginginkannya kau wajib melayaninya, sebab menolak ajakan suamimu akan membuatmu memiikul dosa, para malaikat di langit dan bumi akan mengutukmu sampai suami mu ridho pada mu."

Terngiang oleh Kanza nasehan umminya menjelang pernikahannya, manik hitam Kanza seketika mencari sosok Hanif Suaminya.

Hanif tengah berjalan kearahnya membawa sesuatu di tangannya.

"Adek gantilah bajumu, biar mas bantu bukak," ujar Hanif seraya meletakan sepasang baju tidur berwarna merah muda di samping Kanza.

"Iya mas."

Perlahan Kanza mendekat ke Hanif, jantungnya berdebar tak menentu, saat Hanif mulai melucuti hijab dari kepalanya, seketika rambut hitam legam Kanza jatuh terurai dengan begitu indah.

Hanif terpesona melihatnya, perlahan dia merapikan rambut yang terlihat sedikit kusut karana terbungkus hijab.

Sentuhan Hanif membuat pipi Kanza merah merona. tapi wajahnya mendadak berubah pucat saat perlahan Hanip membuka resleting gaun pengantinnya, Hanif seperti membeku ditempatnya, manik hitamnya bergetar menatap pungung seputih salju terpampang nyata di hadapannya, jemarinya mendekat ingin menyentuh kulit halus itu.Tapi wajah Kanza yang tak lagi merah merona, membuatnya mengurungkan niatnya.

"Aku keluar sebentar, gantilah baju Adek, mas dah siapin baju disebelah mu," ucap Hanif seraya memberi kecupan di kening yang sudah pucat pasih itu.

Kanza hanya diam dia bingung, apa sikapnya tadi secara tidak langsung telah menolak suaminya, hingga Hanif tak jadi menyentuhnya.

Dengan perasaan tak menentu Kanza membuka gaunnya menggantinya dengan sepasang baju tidur, kemudian membasuh sisa make up yang melekat di wajahnya.

Hanif duduk di loby hotel dengan tatapan menerawang, punggung seputih salju milik Kanza mengusik imajinasinya, sebagai lelaki normal tentu saja hal itu membuat hasratnya meronta, tapi melihat Kanza masih canggung membuat Hanif harus menahan diri dulu untuk saat ini.

Dia melihat jam di pergelangan tangannya hampir tiga puluh menit dia meninggalkan Kanza, pasti Kanza sudah selesai ganti baju.

Sementara Kanza di kamar tengah gelisah menanti Hanif yang tak kunjung masuk kekamar pengantin mereka.

Pintu kamar terbuka nampak sosok Hanif masuk kedalam kamar, Kanza bernafas lega saat melihat Hanif datang dengan senyum di bibirnya.

"Mas kelamaan ya di luar?"

Kanja mengangguk mengiyakan dia bahkan hampir mencarinya keluar kalau tadi Hanif tidak juga masuk.

Hanif menatap wajah Kanza yang tertunduk malu di sampingnya, sebagian rambut hitamnya tergerai menutupi pipi Kanza yang merona.

"Kau tentu lelah sayang, tidurlah," bisik Hanif pelan.

"Tidurmas?" Kanza mengangkat wajahnya menatap Hanif.

"Iya tidur," tegas Hanif di barengi senyum.

"Apa mas gak mau melakukan itu?" tanya Kanza dengan polosnya.

Hanif menatap Kanza bengong, tapi kemudian tertawa pelan.

"Kau ingin kita melakukannya?" tanya Hanif dengan suara pelan. Kanza sontak mengeleng tegas.

Hanif menatap wajah cantik istrinya dengan intens, Kanza cuma tertunduk.

"Lalu kenapa bertanya begitu, kalau tidak mau melakukan itu?" tanya Hanif tanpa melepas pandangannya dari wajah Kanza.

"Bukankah pasangan suami istri pasti melakukan itu pada malam pertama mereka," tutur Kanza pelan.

Hanif menaikan sebelah alisnya senyum tipis mengembang di bibirnya, Kanza, Kanza.

"Tentu saja, aku juga ingin melakukannya, tapi apalah daya, istriku ini tidak ingin melakukannya."

Manik hitam Hanif menatap wajah Kanza dengan liar seakan ingin melahap Kanza saat ini juga.

"Aaku bukan tidak mau, beri aku waktu sedikit saja, nanti mas boleh melakukannya," ucap Kanza wajahnya tertunduk semakin dalam.

Kau sangat manis Kanza, kau minta sedikit waktu, baiklah permintaanmu di kabulkan.

"Sudahlah ayo tidur, kau pasti capek, jangan pikirkan dulu tentang yang satu itu, bagai mana kalau kita pacaran saja dulu sebelum melakukannya, apa kau setuju," tanya Hanif dengan senyum.

Kanza seketika mengangkat wajahnya menatap Hanif dengan binar bahagia.

"Boleh seperti itu," tanya nya seraya menatap lekat bola mata suaminya.

"Tentu, mari tidur, sebelum aku berubah pikiran," bisik Hanif dengan senyum menggoda.

Sontak Kanza melepas tatapannya, bergegas meraih selimut tebal yang ada di bawah kakinya lalu membalut seluruh tubuhnya dengan selimut.

Hanif kembali tersenyum, perlahan dia merebahkan tubuhnya di samping Kanza, ikut masuk kedalam selimut dengan posisi memeluk tubuh Kanza dari belakang.

"Kanza kau tau tidak, hukum memunggungi suami saat tidur," bisik Hanif pelan.

Sontak Kanza berbalik menghadap Hanif, tentu saja dia tau dari ummi, malaikat akan melaknatnya hingga pajar datang kecuali suaminya ridho dengan hal itu.

"Maaf mas," ujar Kanza pelan.

"Tidak apa, mulai hari ini aku ridho bila kau melakukan hal itu."

"Memunggungi mas ?"

"He,em"

Kanza tersenyum lalu menyembunyikan wajahnya di balik dada bidang suaminya. Kali ini Hanif yang gugup detak jantungnya berdetak tak karuan. Hanif harus berjuang meredakan hasrat yang tiba-tiba muncul karena ulah Kanza.

Kanza kau menyiksa ku ....

.

.

Kanza

gedung resepsi

Hay readers tersayang, jangan lupa dukung emak ya tambahi vote yang masih sak uprit itu dong, ngareb🤭🤭🙏🙏🥰

Terpopuler

Comments

Helen Apriyanti

Helen Apriyanti

visual pngntin kanza cntik ccok thorr pas sekali ..

2021-08-10

1

Juli Siman

Juli Siman

lanjut thoor...tetap semangat

2021-08-10

0

Juli Siman

Juli Siman

cantik Thor visualnya,pas banget...tokonya

2021-08-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!