Part 4

Daffa menatap foto di bingkai yang ada di laci nakasnya, lima sekawan waktu masih putih abu-abu, banyak kisah terjadi di sana yang takkan terulang lagi di masa sekarang.

Dimana dia merasakan cinta pertamanya yang tak perna dia miliki sampai kapan pun, atau mungkin cuma cinta monyet yang tak butuh di perjuangkan.

"Cium gue!" sentak gadis tomboy di hadapan daffa. darimana nih cewek bisa masuk taman halaman belakang asrama cowok.

"Cium?," tanya Daffa tak yakin dengan apa yang dia dengar.

"Lo gak tuli kan?" ujar cewek itu ketus.

Daffa menarik nafas dalam, kalau gak salah cewek tomboy ini bernama Nilam.

"Namamu Nilam kan?."

"Iya"

"Nama aja aku gak yakin, bagaimana mau mencium mu," ujar Daffa dengan senyum.

"Atau gue aja yang cium lu?," ujar Nilam tak sabar.

Daffa tak menyahut, manik hitamnya memindai sosok di depannya, bulu mata lentik, alis hitam legam, bibir dan hidung yang mungil menghiasi wajah tirus Nilam. baju seragam abu abu yang super pendek dengan kancing sedikit terbuka.

"Nilam, kamu gak lagi mabuk kan?"

"Gak lah!" bentaknya sengit.

"Tapi bicaramu seperti orang mabuk, kita ini bukan pasangan suami istri yang bisa berciuman," ujar Daffa.

"Daf apa susahnya sih cium gue, cuma lima detik, gak akan banyak menyita waktu santai lu," ujar Nilam mulai bergeser mendekat.

Daffa terdiam, Nilam cukup berani, dia juga keras kepala, tak kan berhenti sebelum keinginannya terpenuhi.

"Beri aku alasan, mungkin aku bisa berubah pikiran menuruti kemauan mu."

"Pengen aja, gak ada alasan tertentu."

Daffa menarik nafas dalam, ini cewek udah galak maksa lagi.p

"Sayangnya aku gak bisa," ucap Daffa.

"Kenapa, aku kurang menarik?" tanya Nilam seraya memandang tubuhnya sendiri yang cukup seksi menurutnya.

"Bukan, bukan kerena itu."

"Terus apa, aku gak akan nuntut macem-macem ke kamu jangan takut deh."

Daffa tertawa pelan, di pandanginya lagi wajah Nilam yang menatapnya penuh harap.

"Sayangnya aku bukan takut di tuntut sama kamu, kalau menciummu gak di larang," ujar Daffa dengan senyum.

"Emang gak dilarang kok, udah buruan," desaknya tak sabaran.

"Kenyataannya di larang, bahkan kena sangsi keras, aku gak berani langgar," tutur Daffa seraya menggeleng halus.

"Gak usah bikin alasan macem-macem, aku tau kamu gak mau karena aku bukan cewek level kamu kan?," tuduh Nilam setengah meradang.

Daffa kembali menghela nafas berat, senafsu itu Nilam padanya hingga nekat begini.

"Bukan karena kamu gak selevel, Aku gak halal melakukan hal itu, atau aku hallalin kamu dulu, bagai mana?" tanya Daffa seraya menggeser duduknya sedikit mendekat.

Nilam yang tadi terlihat agresif, malah bergerak mundur menghindari Daffa.

"Gila lo mau hallalin gue," sentak nilam.

"lebih gila mana, belum halal udah minta cium," tanya Daffa semakin berani menatap dalam wajah cantik Nilam.

"Cium doang mesti halal dulu, lu hidup di jaman apa sih Daf, hal sepele gini aja bahasnya panjang amat, dengar ya kalau bukan karena gua udah terlanjur taruhan sama temen gue, gue ogah maksa lu, lagian gue butuh banget duit itu, tapi ya udah lah, gue nyerah kalah," ujarnya dengan perasaan kesal.

"Taruhan?"

"Hemm."

"Di bayar berapa sama temenmu?"

"mau apa lu, ngasih duit ke gue?" ledek Nilam.

"Pinter nebak ya kamu,?" ujar Daffa sambil senyum.

"Lu serius?"

"Iya, serius."

"Gak usah , gue bukan peminta-minta, minimal ada yang gue lakukan untuk dapeti tuh duit, bukan di kasih cuma-cuma."

"Dari pada taruhan, dosa tau."

"Alah gak usah ngomongin dosa ke gue daf, bikin dosa itu keahlian gue," jawabnya enteng.

Daffa istighfar dalam hati, seakan bikin dosa kayak bikin telor mata sapi tinggal ceplok aja, ini dosa Nil, kamu tau wadah dosa seperti apa?

"Aku bayar kamu gak cuma-cuma, kita kencan bohongan, jangan takut selama kencan tidak akan ada kontak fisik di antara kita," ujar Daffa meyakinkan Nilam bahwa dia tak akan berbuat macam-macam.

"Ada juga gak apa-apa gue mau kok," Sahut Nilam seenaknya.

Gadis ini luar biasa akhlak nya, ini akan jadi tantangan buat Daffa selama kencan bohongan.

"Kapan mulai?" tanyanya lagi.

"Detik ini," sahut Daffa menatap Nilam yang langsung memberinya senyum tercantik yang dia punya.

"Ingat tidak ada kontak fisik," Daffa kembali menegaskan takut kalau Nilam khilaf atau lupa.

"Gk seru kencan gak ada kontak fisik, terserah lo deh,yang penting gue menang."

Daffa menggeleng pelan, seperti apa Nilam menjalani hidup selama ini, dengan cara seperti apa dia di besarkan menjadi tanda tanya besar di benaknya.

"Nilam aku masuk kelas dulu, kamu cepatlah pergi sebelum ada yang liat, pulang sekolah aku tunggu di tempat parkir?"

"Oke baiklah."

Daffa beranjak pergi menuju lelasnya, entah apa yang baru saja dia sepakati bersama Nilam, tak pernah terlintas di benaknya melakukan kencan bohongan.

Itu dia lakukan bukan tanpa alasan, berinteraksi dengan Nilam walau baru hitungan menit, membuat jiwa dakwahnya meronta, apa lagi kesempatan melakukanya terbuka lebar.

Dia akan merubah Nilam melalui kencan bohongan mereka.

"Gak salah Daf, Nilam bukan cewek baik-baik, kalau gosip tersebar, nama baik mu bisa tercemar, batalin ide bodoh mu itu sebelum terlambat," bisik Bagus sahabat sekaligus teman sebangkunya.

"Sstt diam, mau dilempar penghapus?" ujar Daffa, dia tau guru bahasa ingrisnya sangan killer.

"Gak dengar dia, dia lagi fokus sama papan tulis," bisiknya sambil nyengir.

Pletaakk!!

Penghapus papan tulis pak Darmawan guru bahasa inggris mendarat mulus di jidat Bagus.

"Kalau mau ngobrol di warung kopi sana, sambil nongkrong pesan kopi satu gelas, jangan di kelas saya!" bentak pak Darmawan, menatap Bagus dengan kaca mata melorot di hujung hidung.

**

Daffa tertawa pelan, sungguh masa masa yang tak tergantikan, putih abu-abu. dimana hatinya pertama kali jatuh cinta dengan gadis tomboy tak beretika.

Dia bahkan belum sempat mengatakan isi hatinya, Nilam menghilang tanpa kabar, setelah Daffa berhasil merubahnya, menjadi gadis berbudi. Daffa tidak sampai terluka oleh hilangnya Nilam, apa lagi patah hati karenanya, tapi selama tujubelas tahun itu pertama kalinya hatinya bergetar saat mata mereka saling tatap, hanya itu karena seperti janjinya tak boleh ada kontak fisik, mungkin hanya cinta monyet, yang tak butuh kontak fisik.

Ting!

Ting!

Dering pesan masuk terdengar dari ponsel Daffa.

"Udah tidur?"

"Maaf ganggu kakak, besok bisa ketemu gak, ada yang ingin aku bahas masalah kegiatan sosial kita."

Pesan dari Anita, darimana Anita tau nomor hp nya.

"Belum."

"Aku rasa besok aku tidak ada waktu, kau sampaikan saja pada Dandy, biar Dandy menyampaikan pesan mu nanti." Balas Daffa.

"Oke," pesan dari Anita singkat.

.

.

.

Happy reading.

.

.Tingalin jejak untuk emak ya jangan lupa 🤭🤣🙏

Terpopuler

Comments

Yulia Orif

Yulia Orif

weleh sikap Anita - kebelet ngkali ya

2022-03-21

0

Sspasi

Sspasi

oooooooo mengerikan

2022-02-20

1

Helen Apriyanti

Helen Apriyanti

wahh mkin seru nich anita suka Daffa.. nnti udh gt tau" nilam nongol x yh thorrr hee

2021-08-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!