Part 11

Rico mematut dirinya di cermin walau sudah kepala lima tapi dia masih terlihat gagah.

"Sayang hari ini aku berkunjung kekantor Daffa kau mau ikut?"

"Mas aja, Aku mau ada tamu ibu-ibu pengajian mas."

Kini pandangan Rico beralih pada Kila, wanita yang mendampinginya labih dari dua puluh tahun ini masih terlihat cantik di matanya.

"Ada apa menatapku seperti itu?"

"Aku hanya kagum pada bidadariku yang tetap terlihat bercahaya di usia tuanya."

Pipi kila merona seketika, makin tua Rico semakin pandai merayu, walau sudah terbiasa dengan kata rayuan dari Rico tetap saja kalimat itu membuatnya tersipu.

"Aku lihat calon mantu kita dulu ya sayang."

"Apa mas?"

"Calon mantu sayang."

"Daffa udah punya calon mas?"

"Bukan Daffa, tapi Kanza."

"Kanza?, kok mas bisa tau, aku malah gak tau?" tukasnya dengan mimik cemberut.

"Dua hari lalu Daffa menyampaikan berita ini, Kanza menyukai pegawai kantornya, kata Daffa laki itu lelaki baik ahlaknya dan Daffa sudah berbicara secara pribadi dengan anak itu, nah sekarang giliran aku yang ingin bertemu dengannya."

"Ikut mas," rengek Kila.

"Lho tamu-mu gimana sayang."

"Suruh datang besok aja mas."

"Ya udah ayo."

Dekdekan rasanya mau ketemu calon mantu, lelaki seperti apa yang telah mencuri hati Kanza yang selama ini tak pernah dekat dengan lelaki manapun.

Kila menunggu dengan gelisah di ruang kerja Rico, tak sabar rasanya ingin melihat lelaki pilihat Kanza.

"Umi, kok jadi umi yang gelisah gini, harusnya calon mantu umi tuh yang gelisah mau ketemu calon mertua." ledek Daffa yang melihat Kila gelisah.

Kila cuma senyum menanggapi ledekan Daffa, tapi dia memang benar-benar gugup saat ini.

"Asalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Kila beralih pandang pada sosok yang mengucap salam. Hanif lelaki 25 tahun dengan itu menganggukkan kepalanya pada Kila dan Rico tanda hormat.

"Hanif mari sini, ini umi sama abi, ayo kenalan." panggil Daffa, sekalian memperkenalkan kedua orang taunya.

Dengan sopan Hanif menyalami kedua orang tua Kanza. tangannya sampai terlihat gemetar karena gugup.

Dua hari lalu dia memberi jawaban pada Daffa, bahwa dia bersedia berta'aruf dengan Kanza. Jawaban itu dia berikan setelah melewati proses panjang, bukan saja keluarganya yang di ajak bicara tapi juga melibatkan Kanza. diam-diam dia menghubungi Kanza menanyakan prihal ta'aruf untuk mereka. Kanza yang memang menyukainya tentu saja memberi jawaban iya.

"Kamu Hanif,?"

"Iya tuan," jawab Hanif dengan suara bergetar karena gugup.

"Sudah lama mengenal Kanza?"

"Sejak dia magang di kantor ini tuan,"

"Aku sudah mendengar semuanya Dari Daffa, aku memintamu menemuiku hanya ingin memastikan seperti apa lelaki yang telah memikat hati putriku, dan sepertinya dia tidak salah pilih, aku harap kau tidak mengecewakan kami nantinya." tutur Rico dengan lemah lembut.

"Insyaallah tuan, sebisa mungkin saya akan memperlakukan Kanza dengan baik" Sahut Hanif dengan wajah tertunduk.

"Sayang ada yang mau di sampaikan?" Rico beralih menatap Kila yang sedang fokus pada Hanif.

"Tidak mas."

"Jadi Hanip persiapkan dirimu untuk langkah selanjutnya kami sekeluarga menunggu kalau bisa secepatnya, tidak baik menunda rencana baik begini, lebih cepat lebih baik." tutur Rico lagi.

"Baik tuan, saya akan musyawarahkan dulu dengan keluarga, insyaallah secepatnya terlaksana niat ini."

"Baiklah, hanya itu saja yang ingin sata katakan padamu, kau boleh kembali kerja."

"Baik tuan."

Kila menatap kepergian Hanif, ada sesuatu yang hilang di hatinya. begini rupanya melepaskan anak perempuan menikah dengan pilihannya. walau masih rencana tapi rasa kehilangan itu sudah menghampiri hati Kila.

Tak terasa air mata Kila menetes dipipinya, air mata bahagia bercampur haru.

"Sayang, jangan ikuti jejak mama dong melepas putrinya dengan histeris dan derai air mata," ujar Rico mengenang kejadian puluhan tahun lalu saat mama kila histeris saat mengantar Kila menikah dengannya.

"Apaan sih mas," rajuk Kila, seraya mencubit pinggang Rico, yang langsung mengaduh kesakita . Daffa cuma senyum melihat ummi dan abinya bercengkrama ini sudah biasa dia lihat sehari-hari.

**

Kanza tertunduk dia malu pada umi dan abi, belum mampu mencapai kesuksesan sudah terjerat asmara dan akan menikah.

"Ummi maafkan Kanza, tapi rasa ini datang tiba-tiba Kanza tak mampu menolaknya," ujar Kanza lirih.

"Tidak apa sayang, Kanza masih bisa mewujudkan mimpi-mimpi mu jadi kenyataan walau sudah menikah, asal izin suami, asal tidak melanggar kodrat sebagai istri," ujar Kila penuh kelembutan.

"Sukses itu bukan jadi apa, tapi bagaimana kamu mampu menjaga diri dari perbuatan yang di larang oleh agama, umi tidakkan rela putri umi mendulang sukses tapi bergelimang maksiat, keputusanmu ini sudah tepat, umi bangga padamu, sikap mu ini membuktikan kau benar-benar putri ummi," ujar Kila seraya memeluk tubuh Kanza, sedang Rico cuma bisa mengelus punggung putrinya lembut, semua kata yang ingin dia ucapkan sudah di sampaikan oleh Kila.

Kanza balas memeluk uminya dengan terisak pelan haru bercampur bahagia memenuhi rongga dadanya.

"Sudah bersiaplah, besok keluarga hanif datang melamar," ujar Kila melepas pelukannya.

Kanza juga melepas pelukannya, sebelum beranjak kekamarnya Kanza mencium pipi uminya dengan lembut.

"Terimakasi mi," bisik Kanza.

"Sama-sama sayang."

Kanza pun beranjak masuk ke kamarnya mempersiapkan diri ketemu calon mertua, momen ini membuat jantungnya berdetak kencang, semoga Allah beri mertua nyayanginya dengan tulus.

**

Daffa menelpon Dendy dengan gawainya, ini kali kedua dia melakukan panggilan, setelah tadi tak di angkat oleh Dendy.

"Asalamualaikum di mana lo Den."

"Di kantor, ada apa?"

"Besok Kanza tunangan lu datang ya."

"Acaranya kapan, siang atau malam?"

"Abis isya tapi lo dateng sianglah, bantu-bantu."

"Ooh okelah, besok aku kabari lagi."

"Oke"

Daffa memutus telponnya, bukan hanya dandy yang dia suruh datang ketiga sahabatnya yàng lain juga dia undang untuk datang momen bahagia ini.

Daffa menghela nafas dalam, Kanza saja berani memutuskan menikah muda, lalu dirinya kapan, atau trauma cinta monyetnya masih melekat di hatinya.

Bayangan Nilam kembali bermain di benaknya, gadis tomboy yang kemudian berhijab, cinta monyet yang tak di bumbui dengan sentuhan, apa lagi cumbu rayu, cuma perhatian kecil, walau nilam seringkali khilaf, tapi Daffa mengingatkan.

Jujur sempat berpikir oleh Daffa akan mempersuntingnya, dulu saat Nilam masih di sisinya, harapan itu sirnah setelah bertahun Nilam tak jua muncul ke permukaa, dia memilih tengelam didasar lautan menyembunyilkan diri membawa segala tanya di benak Daffa.

Ketukan di pintu membuat lamunan Daffa buyar seketika.

"Masuk."

"Ini berkas yang harus bapak tandatangi."

"Terimakasih letakkan saja di atas meja, nanti kalau sudah selesai aku akan menghubungimu."

"Baik pak."

Sekretaris Daffa meninggalkan berkas yang dia bawa di atas meja, kemudia beranjak pergi meningalkan ruang kerja Daffa..

.

Happy reading.

Hay emak tingalin dukungannya ya 🙏🙏🙏🥰

Terpopuler

Comments

Juli Siman

Juli Siman

ooh rupanya sempat berkeskan jg Daffa dgn Nilam...,kira2 kapan jumpa lagi ya thour

2021-08-10

0

گسنيتي

گسنيتي

,lbh semngt mkn sero thor

2021-08-03

1

Nenny

Nenny

Kapan Daffa ketemu Nilam yah Thoor.
Sehat2 dan semangat slalu Thoor.🥰

2021-07-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!