Tidak banyak yang mereka lakukan sesampainya di rumah, hanya membersihkan badan setelahnya mereka beristirahat.
" Devian masih sore! Main apa gitu, bosan tau."
" Gue ajak main anak-anakan mau Lo?"
" Anak-anak? ayo-lah main sama anak-anak seru tuh!"
Karin mengoreksi ucapan anak-anakan yang diucapkan Devian, pikirnya salah kata.
" Yakin? Gak nyesal kan? Awas aja Lo nangis!" Devian malas membenarkan pemikiran Karin, justru bagus supaya Karin terjebak dengan kata-katanya sendiri.
" Ngapain nyesal? Ayo kita ke tempat anak-anak!"
" Janji Lo gak nangis?"
" Gak lah! Gue biasanya nangis kan gara-gara perbuatan Lo!" Karin segera menyisir rambutnya, bersiap-siap ke tempat anak-anak.
" Huh? Ngapain Lo kunci?"
Devian tak menjawab, dibuangnya kunci sembarangan tak peduli payahnya mencari kunci. Toh, kunci cadangan masih ada!
" Kita buat anak-anakan sayang! Lo tadi ingin anak, kan? Biar gue bantu."
Barulah Karin tersadar!
Tumben sekali Devian mengajak main ke tempat anak-anak, sedangkan anak-anak saja takut pada Devian.
Sial!
Lagi dan lagi Karin dibodohi perkataan sendiri.
Otak gue kenapa polos banged! Seharusnya otak polos ini jangan datang, kalau bersama suami gue!
Karin memukul kepalanya pelan.
" Tunggu! Ucapan Lo tadi ambigu, tau!"
" Lo yang bodoh!"
" Gue gak bodoh hanya sedikit polos!"
" Polos dan bodoh itu mirip! Polos cuma kata bodoh yang diperhalus." Devian tersenyum smirk, senang sekali menjebak Karin.
Apalagi melihat wajah ketakutan Karin.
" Lo pikir makanan pakai diperhalus!"
GREP !
Devian memeluk Karin erat, menghirup aroma Karin dalam-dalam.
" Lo serius? Gu-gue _ _ _"
" Gak usah mikirin alasan! Gak akan menghentikan niat gue. Bukannya Lo mau punya anak? Bakalan gue buat ada anak di rahim Lo!" Devian mencium kening, kedua mata Karin, terakhir bibir ranum Karin.
Perlakuan Devian mengacaukan pikiran Karin.
Di satu sisi Karin belum siap melakukan hal lebih selain ciuman, satu sisinya lagi itu hak Devian.
Devian pantas memintanya.
Namun, Devian belum mencintai dirinya. Karin tidak ingin terluka lebih dalam.
" Mmm, Devian hentikan!"
Karin rasanya kehilangan oksigen tatkala Devian terus menciuminya.
Sekuat tenaga Karin mendorong Devian.
" Hah.. hah, Lo hampir nyiksa gue!"
" Kenapa? Waktu di tempat papa Lo bilang kita akan melakukannya ketika kembali ke rumah, bukan?"
" I-iya tapi sayangnya gue lagi halangan."
Karin teringat jika menstruasinya baru saja datang, untungnya Karin mengetahui saat mandi tadi.
" Lo gak bercanda?"
" Ngapain gue bercanda! Dari tadi itu yang mau gue bilang!" Karin menghembuskan nafas pelan, bersyukur menstruasinya datang di waktu tepat.
"Lo mau periksa? Kayaknya Lo gak percaya!"
Karin terkejut! Tanpa diduga Devian menganggukkan kepalanya.
Artinya Devian ingin memeriksa apakah ucapan Karin bukan kebohongan.
" Huh?"
" Buka celana Lo!"
" Gak mau!"
" Kenapa Lo takut?"
" Heh, iyalah gue takut! Masa gue buka disini. Depan Lo! Malu tau."
" Buka Karin! Kalau Lo bohong gue ngak akan pernah berhenti maksa Lo lakuin itu!"
" Malu Devian!"
" Gue suami Lo!"
" Giliran gini aja Lo sebutin status!"
" Gue buka atau Lo yang buka?" Devian menatap tajam Karin.
Tatapan yang digunakan Devian pada musuhnya, Jika Devian mulai menatap seperti itu lebih bagus menurut.
Semakin lama bersama Devian, Karin jadi hafal arti gerak tubuh Devian.
" Gu-gue buka!"
Baru saja Karin memulai membuka, bunyi dering telfon membatalkan perintah Devian.
" CK! Mengganggu!" umpat Devian.
Karin berterimakasih pada pihak penelepon, meski lewat batin.
" Halo !"
" ...."
" Hmm."
Fiks! Devian orang tercepat dan tersingkat berbicara di telepon yang pernah Karin jumpai.
Sedikit unik, lebih banyak anehnya!
Deskripsi Karin.
" Bahas apa Lo?"
" Anak buah gue mengetahui, orang yang membantu wanita jahanam!"
" Serius? Siapa?" semangat Karin.
" Gak tau dia bakalan kesini! Giliran ini semangat Lo, urusan tadi belum selesai!" selesai mengatakan itu, Devian keluar kamar.
" Nanti aja pikirin!" Karin mengibaskan rambutnya sebelum mengikuti langkah Devian.
Terdapat 2 orang suruhan Devian, Karin berdecak kagum dengan badan tegap yang dimiliki mereka.
"Tutup mata Lo, kalau gak mau gue bikin buta!"
Devian sedari tadi melirik Karin.
Sangat kesal dengan tatapan kagum Karin yang diberikan pada kedua suruhannya.
" Cepat ceritakan yang kalian ketahui!"
" Ibu tiri anda dibantu oleh sindikat black, saya belum mengetahui pasti siapa bosnya tuan. Satu suruhan anda menyamar menjadi sindikat black, dan dia selalu mendengar yang lain berkata BOS MEREKA ADALAH BOS DARI SEGALA BOS."
" Bisa dipastikan ibu tiri anda mengorbankan sesuatu yang besar tuan, atau mereka salah satu keluarga ibu tiri anda. Tidak mungkin mereka membantu ibu tiri anda yang bukanlah apa-apa."
" Setau gue dia cuma berdua, bersama anaknya."
" Ketika kami selidiki lebih dalam, kejadian anda hampir ditembak lalu diserang saat tengah malam, yang melakukannya adalah bawahan sindikat black."
Karin terkejut mendengar satu fakta.
Devian diserang?
Apakah sebegitu inginnya ibu tiri Devian dengan harta?
Atau ibu tiri Devian berencana membunuh Devian agar tidak dijadikan penerus keluarga?
" Jangan sok khawatir!"
" Ge'er Lo!" sangkal Karin.
" Terus bagaimana menyingkirkan ibu tiri Lo?"
" Gue kira kita tinggal menyingkirkan dia setelah menemukan beberapa bukti. Tapi sekarang kita butuh waktu memikirkan cara menyingkirkannya."
" Mungkin ada alasan kenapa papa Teo selalu menuruti kemauan ibu tiri Lo!"
" Iya termasuk nikah ama Lo!"
Karin memutarkan bola matanya malas, haruskah Devian mengingat itu?
" Pergilah, cari tau apa yang dikorbankan wanita jahanam!"
Keduanya pergi sehabis menunduk hormat pada Devian.
" Terus kita harus bersabar? Menunggu waktu yang tepat?"
" Hmm! Turutin perintah gue, jangan membantah! Lo gak tau seberapa licik wanita jahanam!" Karin membentuk oke di jarinya.
...******...
" Bodoh! Kau harusnya bermain licik! Dasar anak tak berguna!"
" Pacar tuan Devian bukan perempuan lemah Bu!" ucap Mia sesekali menangis tersedu-sedu. Tekanan yang diberikan ibunya membuat Mia stress.
" Maka dari itu kau bermain licik! Apa gunanya memiliki wajah polos, huh? Kau gunakan wajah polos kau untuk menggodanya!" ucapan kasar ibu Mia.
" Ibu! Bisa tidak bersikap ataupun berkata baik pada Mia? Terkadang Mia berpikir kalau ibu hanya memanfaatkan Mia. Mia capek ibu selalu ingin menjadi orang kaya, kaya dan kaya! Ibu harusnya bersyukur!"
Mia tau membentak orang tua tidak dibenarkan. Tapi, ibunya sudah kelewat batas.
Mia muak!
" Hei! Ini juga demi kebaikanmu! Aku tidak mau kau merasakan pedihnya hidup miskin! Dasar anak tak tau diuntung!"
Mia pergi sembari menghempaskan pintu rumahnya kuat, menjauh dari ibunya sementara waktu adalah hal yang tepat.
...*****...
Kembali ke Devian, kini lelaki itu sedang berada di luar.
Membeli beberapa persediaan pembalut.
" Apa semuanya benar? Huh! Siapa peduli nanti dia bakalan marah!" monolog Devian melihat berbagai macam pembalut buat Karin.
Awalnya hendak menyuruh sopir saja yang membelikan, namun jiwa lelakinya mungkin bangkit.
Karin istrinya bukan istri sopirnya! Masa sopir yang membelikan pembalut.
Pemikiran Devian.
.
.
.
.
.
.
🌹
Sorry author baru update 🙃
Semoga masih betah baca ya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
MARIA OKTAFIANA LIME
lanjut dong thor
2021-07-27
0
MARIA OKTAFIANA LIME
next
2021-07-27
0
Betty Manoppo
up
2021-07-26
1