Melakukan Hal Yang Sama

Karin berjalan sembari memeluk kedua bahunya, hawa dingin dapat dirasakan.

" Kalau tau ditinggalkan, gue bakalan pakai jaket!" Karin menggunakan dress berwarna putih, mengakibatkan kaki dan tangannya dingin karena tak ada kain yang melapisi.

" Cocok gue jadi hantu, jadinya preman gak berani ganggu gue! Gue gerai gak ya?"

Karin melepas ikatan rambutnya.

" Eh! Kalau hantu aslinya datang , bagaimana?"

Sama-sama gawat!

Mana handphone, dompet, dan tas berharga Karin berada di dalam mobil.

Gara-gara Devian! Punya suami tapi serasa gak guna!

" Oh God! Semoga ada seorang pangeran engkau datangkan kepada diriku." teriak Karin di jalanan yang mulai sepi.

Karin terus berjalan, berharap ada taksi lewat.

Biaya taksi nanti dipikirkannya, yang terpenting mendapatkan taksi terlebih dahulu!

Sayangnya Karin tidak mengetahui dia dijalan mana, sampai segerombolan laki-laki berwajah sangar menatap dirinya.

" Wow cantik!"

" Mau kemana sayang?"

Gombalan preman!

Karin berusaha tenang, mencari cara agar dirinya tetap aman.

" Kesini dekat abang, neng!" salah satu preman mendekati Karin.

Karin hendak lari, namun kalah cepat dari mereka.

Mereka menghalangi jalan Karin.

" Mau kemana?"

" Abang-abang ganteng, permisi ya? Karin mau lewat."

Karin memasang wajah memelas.

" Enak aja! Siapa suruh datang sendiri ke jalan kami!"

" Emang iya? Bukan jalan pemerintah?"

pertanyaan bodoh dari Karin!

" I-Iya sih! Tapi kan milik pemerintah milik rakyat juga! Kami, kan rakyat jadi terserah kami mengatakan jalan ini milik kami!"

Karin menganggukkan kepalanya.

" Mau apa? Jangan ganggu Karin! Karin ada penjaga tau! Sebelah kanan harimau putih, kirinya kingkong!"

Karin panik tak lagi memikirkan ucapannya.

Sedangkan preman yang tadinya mendekati Karin secara perlahan, seketika berhenti.

" Kingkong-nya cewek atau cowok?"

" Ha?"

" Kawan kami juga ada penjaganya! Hebat dia!" puji salah satu preman.

" Benarkah? Yang mana?" Karin bergantian melihat preman yang menghalanginya.

" Gak ada disini! Anaknya lagi sakit!"

" Yah! Kasihan banged. Sakit apa?"

" Demam berdarah! Iya benar kasihan, gak ada biaya pengobatannya!"

Karin melihat gelang emas dan cincinnya, tanpa berpikir panjang dia mengatakan,

" Karin punya gelang emas! Mau gak? Jangan cincin, ya? Soalnya ini cincin pernikahan Karin."

" Kasih ke kawan kalian, biar anaknya cepat sembuh!" Karin memberikan gelang emasnya pada preman.

" Serius neng? Gak takut sama kami?"

" Kita kan sama-sama manusia! Mama Karin bilang jika kita baik maka orang lain bakalan baik sama kita!"

Karin menyampaikan nasehat mamanya pada preman, siapa sangka berhasil menyentuh hati preman.

" Terimakasih neng! Kami gak akan ganggu neng!"

" Jangan neng! Panggil Karin! Kita berteman, kan? Tolong antarkan Karin pulang dong!"

Karin menunjukkan raut imutnya.

Dan preman gemas dengan Karin, sama seperti anak mereka kalau meminta sesuatu.

" Tolong antarkan, nanti Karin kasih makan di rumah!"

" Kami gak bawa Honda, jalan kaki bagaimana?"

" Gak apa! Ayo!"

" Dimana jalan rumahnya Neng Karin?"

" Panggil Nak Karin aja! Itu lebih bagus, anggap Karin jadi anak kalian ya?"

Preman menurut, senang punya anak cantik dan baik seperti Karin.

" Jalan rumah Karin di Mawar blok V!"

" Itu perumahan orang kaya!"

Teriak salah satu preman.

" Gak rumah Karin, kok! Tapi rumah mertua. Kita makan bersama disana, oke?"

preman sekali lagi mengangguk bagaikan anak yang menurut pada ibunya.

Mereka pun berjalan, lumayan jauh perjalanan apalagi di perumahan orang kaya jarang sekali ada kendaraan seperti bus atau taksi.

Selama berjalan preman benar-benar melindungi Karin , sampai-sampai menyanyikan lagu AKU SEORANG KAPITEN!

Karin yang digendong di punggung salah satu mereka, juga ikut bernyanyi malah gak kalah keras dari preman.

Saat memasuki perumahan mewah, mereka berganti lagu dengan menyanyikan MARI PULANG MARILAH PULANG BERSAMA-SAMA.

Namun sedikit mengurangi volume, supaya tidak menimbulkan keributan.

Sampailah di rumah Mertua Karin, satpamnya segera membuka tatkala melihat menantu dari papa Teo.

" Terimakasih pak satpam!" ucap Karin diikuti ucapan yang sama dari preman.

Satpam hanya menggelengkan kepalanya, memang menantu terunik!

" Assalamualaikum!"

Papa Teo membuka pintu, ketika mendengar suara ribut di pelataran rumahnya.

Alangkah terkejutnya melihat Karin dengan sejuta senyum sedang bersama beberapa preman berwajah sangar.

" Halo papa!"

Lagi dan lagi preman mengikuti ucapan Karin.

" Siapa mereka ,nak?"

" Mereka teman Karin!"

Papa Teo melihat satu persatu wajah sangar preman yang diperkirakan berumur sekitar 39.

Entah darimana menantunya mengenal mereka, yang jelas papa Teo mempersilahkan mereka masuk.

Dilihat mereka baik juga, Papa Teo termasuk orang yang melihat hati dan attitude.

" Sekarang om-om Karin, Kita makan!" Untung saja pekerja dapur memasak banyak hari ini.

Namun hanya papa Teo yang makan malam.

Ada gunanya Karin membawa mereka, jadinya makanan tak ada yang terbuang.

Preman makan dengan hikmat, sesekali memuji masakan lezat.

Karin juga ikut makan dengan lahap bersama preman.

Sesekali tertawa karena lelucon salah satu preman.

Di sela-sela keasikan datanglah Devian.

Karin menatap Devian tajam!

" Ada apa ini!?"

" Om-om dia itu, orang jahat! Dia tinggalkan Karin tadi! Kita lempar yok ke kolam renang? Pas banged cuaca dingin." bisik Karin.

Preman mendekati Devian, menunjukkan wajah sangar mereka.

Devian sebenarnya tidak takut, tapi jika dia melawan akan kalah.

1 banding banyak!

Cari gara-gara namanya.

Karin berteriak LEMPAR ORANG JAHAT KE KOLAM RENANG! Sambil menuntun di depan.

Papa Teo sesekali tertawa pelan, Karin membawa suasana baru di rumah ini.

Karin juga yang berani mengerjai Devian, patut diacungi jempol.

Devian diseret lalu didorong ke kolam, terdengar tawa puas dari preman juga Karin.

Memang pasangan yang cocok!

Beberapa menit mereka menjaga Devian agar tetap diam di dalam kolam renang, dirasa cukup mereka pun berpamitan pulang.

Tak lupa pula mengucapkan terima kasih.

Karin mengantarkan mereka sampai ke halaman depan, juga memberikan sedikit uang untuk ongkos.

Awalnya, Karin menawarkan antaran pulang.

Tapi preman itu menolak! Jumlah mereka yang banyak malah akan merepotkan.

Setelah say hi pada preman, Karin kembali masuk ke rumah.

" Papa! Terimakasih, ya!"

" Gak perlu berterima kasih, nak! Kamu udah jadi keluarga ini. Kamu boleh melakukan apapun yang kamu suka."

Sesudah mengatakan itu, papa Teo masuk ke kamar untuk beristirahat.

KAMAR DEVIAN.

" Huh! Seru banged!" Karin merebahkan dirinya.

" Senang Lo? " tanya Devian yang baru keluar kamar mandi menggunakan kimono.

" Senanglah masa enggak!"

" Awas Lo ya!"

" Kenapa? Gak takut lagi, Gue punya pawang!"

Devian terkekeh, perlahan namun pasti mulai berjalan ke arah kasur.

Gerakan cepat Devian berhasil mengungkung Karin.

Sebelum Karin berbicara, Devian sudah menyatukan bibir mereka.

Karin tak terima! Dengan segala akal cerdik, tangan jahilnya mengelus lembut dada lalu turun ke perut sixpack Devian.

Devian segera menghentikan aksinya, tau Karin akan mengerjainya.

Jika saja tidak di rumah papa Teo, mungkin Devian akan berbuat lebih.

Tapi Devian mengetahui akal cerdik Karin.

Karin akan berteriak atau berusaha keluar dari kamar, meninggalkan dirinya yang menahan hasrat!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!