Sehabis mengobati lutut Karin, Devian memaksa untuk pergi dari kebun strawberry.
Di perjalanan Karin tak henti-hentinya memakan buah strawberry yang ia petik tadi.
" Gak pernah makan buah strawberry Lo?" tanya Devian.
" Diam Lo! Fokus ke jalanan aja! Gue gak mau kecelakaan!" setelah Karin mengatakan itu, tak ada pembicaraan lagi selama perjalanan.
" Devian. Tempat yang enak buat refreshing apa?" Karin masih belum puas jalan-jalan.
" Club." balas Devian seadanya.
" Bego lu! Yang lain Devian!"
" Devian!"
" Tadi Lo nyuruh gue diam! Berisik banged lo!" Karin berdecak tatkala Devian kembali ke mode mengesalkan.
Karin menatap kendaraan yang berlalu lalang, langit sore yang berwarna orange mewakilkan perasaannya yang tenang, hangat. Meski itu akan berubah tergantung situasi. Tapi, Karin senang melihat langit sore yang seperti membawa kedamaian baginya.
Karin memejamkan matanya, sampai mobil sports yang dikendarai Devian berhenti. Ia melihat-lihat, ternyata Devian berhenti di alun-alun kota.
" Wow!" Karin hendak turun, tapi dihentikan oleh Tangan Devian.
" Jangan menghilang Lo! Gue gak mau direpotkan, sakit gendang telinga gue dengar ceramah papa gue!"
" Bilang aja Lo gak mau tahta penerus jatuh ke adik tiri Lo!" Karin benar-benar memegang kelemahan Devian. Ia berhasil membuat Devian tak lagi mengganggu hubungan Angel dan Fernan, Karena ia mengancam bisa saja mengatakan ke papa Devian bahwa ia disakiti Devian. Maka papa Devian akan percaya dan menjadikan adik tirinya menjadi penerus.
" Bacot Lo!" Devian keluar terlebih dahulu, lalu berjalan membuka pintu mobil Karin dan menarik Karin lumayan kasar.
" Anjir! Lo gak bisa lembut dikit!" Devian mendudukkan Karin di bangku taman, diikuti dirinya yang ikut duduk di samping Karin.
" Huh! Jalan sama Lo buat ngantuk! Gak guna banged duduk diam gini. Buat apa coba?"
" Salah Lo ngajak gue!"
" Gue ngajak sekedar basa-basi! Lo juga yang mau ikut, gue gak maksa tadi, ya!" disela-sela perdebatan mereka, tiba-tiba seorang perempuan mendekati Devian.
" Ehem! Ini pacar kamu?" ucapnya sok manis.
" Gak neneknya!" bukan Devian, namun Karin dengan ketus dan sinis menjawab.
" Benarkah? Nenek kamu imut banged,ya!" Karin dan Devian saling tatap, sedetik kemudian mereka tertawa bersamaan.
" Gak lucu, babi!" ujar Devian menghentikan tawanya. Devian bisa melihat perempuan ini, sok polos namun licik. Sikap yang mirip dengan ibu tirinya.
" Pergi sana Lo!" usir Devian pada perempuan itu. Ya. Seburuk-buruknya Devian tidak mau memanfaatkan atau memaksa perempuan, kecuali perempuan itu sendiri yang mau! Bisa dibilang merusak yang telah rusak.
" Jangan cuek! Aku duduk ya." tanpa menunggu izin, si perempuan langsung menduduki dirinya diantara Karin Dan Devian.
" Kamu ganteng." Karin memasang wajah jijik, ketika Devian tersenyum bangga mendapatkan pujian dari perempuan gak tau diri.
" Woi! Lo ganggu ketenangan gue! Pergi sana!" usir Karin.
" Lo aja yang pergi !" balas si perempuan sambil bersandar di dada bidang Devian dengan lancangnya. Toh, Devian masih belum mempermasalahkan.
" Huh! Gue pergi!" Karin kesal. Percuma saja ia memarahi Devian yang ujung-ujungnya Devian bakalan mengatakan kalau bukan ia yang menggoda atau meminta. Benar juga, namun tidak bisakah Devian menolak dengan tegas? Karin menumpahkan kekesalannya dengan membeli ice cream, tidak jauh dari tempat duduknya tadi.
Dilihatnya, perempuan itu mulai berani mencium Devian. Karin segera memalingkan wajahnya, tak ingin melihat kelakuan haram Devian.
" Ini ICE CREAM nya nona."
" Terimakasih pak." saat tengah asik menikmati ice creamnya, seorang cowok menghampiri dirinya.
" Sendiri?"
" Gak berlima!" balas Karin asal.
" Boleh ikutan duduk?"
" Ngak!"
Tak mendengar penolakan Karin, dia tetap duduk.
" Kenalin gue Axel!"
" Gue gak nanya!" balas Karin cuek.
" Lo unik ya."
" Dan Lo aneh!" Karin menatap Axel, setelah Ice cream nya habis.
" Katakan! Apa maksud Lo kenalan sama gue?"
" Gak ada! Gue tertarik lihat Lo, jadi gue memutuskan untuk kenal lebih dekat sama Lo. Lo kek punya aura tersendiri."
" Benarkah? Lo psikolog ya?"
" Lo tau?"
" Gak asal nebak."
" Mau berteman?"
" Gak mau gue! Gue udah punya cowok!"
" Siapa?" Tepat saat Axel bertanya, Devian tiba dengan wajah amarah.
" Ayo pulang!" Ia menjambak rambut Karin kasar. Axel langsung mendorong Devian kuat, sehingga tangan Devian terlepas dari rambut Karin.
" Ayo pulang!"
" Huh! Gue pulang dulu,ya! Makasih pertolongan Lo." Karin menarik Devian kasar, sebelum terjadi perkelahian.
Axel menatap kepergian Karin, satu kata dalam hatinya tentang Karin yaitu MENARIK. Sayang Axel belum mengetahui namanya.
PERJALANAN PULANG
DI MOBIL
" Jadi, Lo janjian sama tuh cowok!?" bentak Devian.
" Gak tau!" Karin malas berkata sebenarnya, karena Devian tidak akan percaya.
" Lagian Lo aneh! Lo suka sama gue? Gak kan? Tapi, kenapa Lo gak suka ada cowok dekat gue? Padahal gue gak ngelakuin seperti yang Lo lakuin ke cewek lain."
" Itu beda! Lo udah jadi milik gue! Salah Lo maksa nikah sama gue." Devian memang tidak menganggap Karin istrinya, tapi di kepala Devian telah tercantum nama Karin sebagai miliknya semenjak Karin menikah dengannya.
" Salah Lo juga mencoba merusak hubungan Angel sama Fernan! Oh iya, gimana perempuan Lo tadi?"
" Gatau gue, ngebosenin anjir!"
" Terus Lo tinggal tuh perempuan?" tanya Karin. Devian mengangguk, amarahnya memuncak saat perempuan itu dengan lancangnya memegang pusaka miliknya. Jika bukan tempat umum sudah dipastikan si perempuan akan Devian siksa. Seburuk-buruknya Devian ,ia hanya mau bermain sebatas dada perempuan saja. Dia juga benci perempuan sok polos namun licik.
" Lo masih terus mainin cewek? Kapan sih Lo berubah!"
" Mereka datang sendiri ke gue. Dan gue bakal berubah kalau Lo hilang dari muka bumi!"
" Lo aja yang hilang! Biar gue cari suami baru!" seketika Devian menghentikan mobilnya, saat mendengar ucapan Karin.
" Turun Lo!"
" Gak mau!"
" Turun sendiri atau gue paksa!" Karin menyesal, dia lupa Devian sangat sensitive jika membahas tentang cowok. Devian gak bisa ditebak.
" Udah malam Devian. Gue minta maaf! Gue cuma bercanda."
" Bercanda Lo gak lucu! Sekarang turun!"
" Gak mau!" Karin memeluk lengan Devian kuat. Ia tidak ingin Devian mendorongnya keluar. Karin masih ingat kejadian, dimana Karin tidak sengaja bertemu adik tirinya Devian.
Devian dengan murkanya, langsung membawa ia pergi dan meninggalkan di jalanan sepi. Karin trauma, ada beberapa preman mendekati dirinya. Untung di waktu yang tepat Devian kembali lagi. Namun traumanya tidak bisa hilang, karena hampir dilecehkan.
" Jangan tinggalkan gue. Gue takut!"
" Itu makanya Lo nurut! Lo itu milik gue gak ada yang boleh menyukai atau menyentuh Lo! Sekalipun gue belum mencintai Lo!" Karin lega, tidak jadi ditinggalkan. Diam salah satu cara agar tidak terkena amarah Devian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Tomi Hasimamin
njirrrrrrrrr egois bgtttttt
2025-01-27
1
Ida Ulfiana
devian aneh
2023-09-20
1