Tidak Disadari

Pagi harinya, sesuai rencana Karin dan papa Teo akan pergi menghabiskan waktu berdua.

MENANTU TIME!

Karin masih mendiamkan Devian, akibat kejadian tadi malam.

Begitu juga Devian.

Tanpa sepengetahuan Karin, kemarin waktu meninggalkan Karin, Devian pergi sebentar membeli nasi goreng kesukaan Karin.

Lalu kembali ke jalan dimana Devian meninggalkan Karin.

Sayang sekali Karin sudah tidak ada.

Devian terus mencari, namun sulit ketika pertigaan jalan menjadi penentu ke arah mana keberadaan Karin.

Devian bingung.

Dia kira disaat meninggalkan Karin cuma ada satu jalan.

Capek mencari, Devian pun pulang berharap Karin telah sampai di rumah.

Betapa kagetnya melihat segerombolan preman sedang makan bersama Karin sambil tertawa.

Namun kagetnya langsung hilang tatkala Karin menyuruh segerombolan preman mengerjainya.

Lihat saja dia akan membalasnya!

Gak salah dia meninggalkan Karin di jalanan, toh Karin tetap baik-baik Saja.

Pikir Devian.

🌹MALL🌹

Disinilah mereka berada, puas bermain Timezone Karin mengajak papa Mertua mentraktir makan.

Sedari pagi mereka hanya berjalan-jalan di pasar pagi mencari bubur ayam, sekitaran siang barulah ke mall bermain Timezone.

Lelah memainkan hampir semua permainan yang ada, mereka pun berhenti di food court.

" Hmm! Hilang beban pikiran, pa!" ujar Karin sesekali menyuapkan makanan ke mulutnya.

" Setelah ini, kita membeli bunga! Untuk ke pemakaman mama Devian." Karin mengangguk patuh.

...*****...

Beberapa menit sesudah kepergian Karin dengan sang papa, Devian juga pergi meninggalkan rumah.

Waktu memasuki mobil Devian melihat nasi goreng tadi malam masih terletak.

Tanpa perasaan, membuang nasi goreng itu.

Tujuannya sekarang mengecek perusahaan biar tidak perlu lagi kembali ke negara ini dalam beberapa bulan. Sedangkan perusahaan DV saat ini, diurus oleh sekretaris Juna.

Soal misi bersama Karin, nanti dipikirkannya.

Dia tau Karin masih kesal dengannya, namun tak berniat membujuk Karin.

Alasan Devian meninggalkan Karin pun bukan sebagai pembalasan. Devian melakukannya, agar Karin patuh dan tidak keras kepala lagi.

Devian memang tidak cinta dengan Karin.

Tapi Karin telah menjadi miliknya!

Yang sudah menjadi miliknya, harus bisa diatur sesukanya!

Kembali ke Karin dan papa Teo.

Kini mereka sampai di tempat peristirahatan terakhir mama kandung Devian.

Mulailah keduanya berdoa, dilanjutkan dengan memberi bunga.

" Hai mama! Kenalin ini menantu mama! Istri Devian!"

Devian tidak pernah mengajak Karin mengunjungi pemakaman mamanya.

" Mama bahagia, ya disana. Suatu hari nanti, Karin bakalan datang kesini bersama Devian."

KARIN HARAP! batin Karin.

Sebaliknya papa Teo hanya menatap kuburan mama Devian, menyampaikan sesuatu dari relung hatinya.

Sesekali Papa Teo menghapus air matanya, air mata yang berusaha ditahannya.

Karin bisa melihat sebuah penyesalan di raut wajah papa Teo.

" Jika papa ingin menangis, maka menangis-lah! Keluarkan semua perasaan sedih papa, gak baik papa pendam. Justru akan membuat penyesalan terbesar papa semakin dalam." ucap Karin masih menatap nisan mama kandung Devian.

Karin mengerti kenapa sikap Devian menjadi seperti itu! Kalau Karin bertukar posisi dengan Devian, mungkin saja Karin telah masuk jeruji besi karena membunuh seseorang.

Cukup lama Karin menunggu papa Teo yang masih setia berada di pemakaman.

Karin menunggu di mobil, membiarkan papa Teo menceritakan sesuatu yang tidak ingin didengar oleh siapapun.

" Ayo nak!"

Papa Teo menggunakan kaca mata hitam, menutupi kesedihannya.

Suasana jadi sedikit canggung di dalam mobil, akhirnya Karin yang sedang mengendarai mobil berhenti di sebuah danau.

" Ayo turun papa, menenangkan diri!" tawa receh Karin mencairkan suasana.

Papa Teo menatap sekitaran.

Tenang dan Damai!

" Bagaimana kamu bisa tau tempat ini?"

" Sejak sekolah Karin selalu kesini, menenangkan diri! Karin taunya pun karena pernah tersesat. Rasa takut, sedih ,dan kecewa jadi hilang ketika Karin datang kesini!"

Karin menghirup udara segar dalam-dalam.

Papa Teo menatap Karin.

Sikap, sifat dan sesuatu yang unik dari Karin sangat cocok bersanding dengan Devian.

...****...

DI LAIN TEMPAT

NEGARA USA

" Kamu masih gak bisa mendekati tuan Devian?" bentaknya.

" Tuan Devian pergi ibu! Mia selalu menunggu di depan kantornya, namun Mia gak pernah lihat tuan Devian."

" Bodoh! Kenapa tidak kau cari tau dimana rumahnya?" Ibu Mia melemparkan gelas kaca tepat ke arah Mia.

" Aw! Sakit ibu!" Mia tak tahan! Dia membentak ibunya.

" Dasar anak durhaka! Berani kau membentak ku? Aku yang mengajarkanmu bicara sewaktu kecil! Tapi kau gunakan mulutmu untuk berucap tidak sopan didepan ku!"

" Mia muak! Tuan Devian sudah punya pacar Bu! Lagian kita beda kasta! Sudahlah ibu, jangan paksa Mia mencari perhatian kepada tuan Devian! Mia masih bisa bekerja! Kita masih bisa makan dengan hasil jerih payah kita ,Bu!"

Isak tangis Mia menggema di rumah kecilnya, 1 hari yang lalu ibunya telah dibolehkan pulang.

" Kerja kau bilang? Sampai kapan kau kerja? Kau tak akan bisa membahagiakan ku! Jika kau menikah dengan tuan Devian, hidupku tenang! Aku bisa bahagia tanpa memikirkan keuangan!"

" Pergi sana kau! Dekati tuan Devian! Pacarnya bukan wanita yang baik!"

...*****...

Karin selesai membersihkan dirinya, sudah beberapa menit lalu mereka pulang.

" Kemana Devian?"

Karin membersihkan kertas-kertas berserakan di sekitaran meja.

CEKLEK

" Lo kerja? Gue kira Lo refreshing, selagi disini selama liburan!" Karin membantu Devian melepaskan jas, lalu dasi Devian.

" Cium gue!" bukannya menjawab, Devian malah meminta cium.

Entahlah! Devian lelah seharian bekerja, rasanya mencium Karin seperti mengembalikan tenaganya.

" Udah persyaratan! Atau gue balik lagi ke apartemen?"

Ujar Devian, sebelum Karin menolak.

" Oke!"

Karin mengalungkan tangannya ke leher Devian, sedikit berjinjit menyamakan tinggi Devian.

Devian pun sedikit menundukkan kepalanya, Karin mulai mencium Devian.

Disaat Karin akan melepaskan pautan mereka, Devian segera menahan tengkuk Karin memperdalam ciuman.

Karin merasa nafasnya mulai menipis, namun Devian dengan rakusnya terus meraup bibirnya.

Karin memukul dada Devian, gak bisa dibiarkan!

Devian gak boleh kelewat batas!

Karin gak mau melakukan hal lebih jika Devian belum mencintainya.

Pukulan Karin yang lumayan kuat, menyadarkan Devian.

" Thanks!" Devian mencium kening Karin, sebelum ke kamar mandi.

Karin menggelengkan kepalanya, menetralkan pikiran dan jantungnya.

Belum saatnya perasaan cinta ini tumbuh!

Karin tidak ingin lemah karena cinta.

2 JAM KEMUDIAN.

Sehabis makan malam, keduanya kembali ke kamar.

Berada di balkon sambil melihat bulan dan bintang.

" Devian! Lo bisa nyanyi, gak? Nyanyikan sebuah lagu buat gue!" pinta Karin.

" Peluk gue dulu!" Karin lebih mendekatkan dirinya ke Devian.

Mereka saling berpelukan.

" Udah gue peluk! Cepat nyanyi!"

" Gue nyanyikan lagu kematian, Lo mau dengar?" Karin melepaskan pelukannya.

" Lo dengar aja sendiri!"

Devian terkekeh, kembali menarik Karin ke dalam pelukannya.

" Dari tadi Lo meluk terus cium gue? Jangan-jangan ada rencana lain lagi, ya?" Karin harus waspada!

" Gak tau! Gue pengen aja!" Karin membiarkan Devian memeluknya, selagi masih batas wajar.

Tak ada perdebatan malam ini, hanya ada kemesraan diantara mereka. Tanpa disadari oleh keduanya!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!