Puas dengan makanan pemberian Devian, Karin dengan santainya merebahkan diri ke kasur. Tidak memperdulikan tatapan dingin Devian.
" Cepat katakan maksud Lo tadi!"
" Devian, Gue kekenyangan! Besok aja ya!"
" Karin!"
" Baiklah! Sini mendekat!" Karin mengambil amplop yang ia terima dari Mateo. Disana terdapat bukti kejahatan ibu tiri Devian.
" Ibu tiri Lo mencoba mencelakai papa Lo. Pertama kecelakaan ketika papa Lo sedang menyebrang! Kedua memasuki racun namun gagal karena Lo menumpahkan semua minuman, waktu Lo gak terima perintah papa yang menyuruh nikahin gue."
" Apa papa bakal percaya?"
" Kenapa Lo gak yakin?"
" Gue pernah mencari bukti kejahatan wanita jahanam itu! Gue dapat informasi kalau dia menghabiskan harta papa bersama lelaki lain. Disaat gue berikan buktinya, papa malah marahin gue!"
" Ini aneh! Gue rasa ada sesuatu yang disembunyikan papa Lo! Gue punya rencana! Gue bakalan kasih bukti ini ke ibu tiri Lo! Terus gue lihat reaksinya saat mengancam akan memberi tahukan kejahatan dia pada papa Lo! Jika reaksinya biasa saja, bisa jadi ada rahasia yang gak Lo tau!" Devian menatap Karin dalam, entah apa maksud tatapannya.
" Bukannya Lo dekat sama ibu tiri gue?"
" Gue pura-pura! Supaya dia menghasut papa Lo, agar mau menjodohkan kita. Lo kan gak bisa menolak permintaan papa Lo!"
" Cuma karena Lo gak ingin gue hancurin hubungan Angel dan Fernan, Lo nekad nikah sama gue?"
" Hmm!"
" Lo gak takut gue siksa?"
" Takutlah! Tapi selama papa Lo lebih menyayangi gue, Lo gak bisa siksa gue!" Karin tertawa pelan.
" Siapa bilang? Gue bukan takut sama papa, gue cuma nurut agar dia secepatnya memberikan tahta penerus itu ke gue! Gue gak mau harta ibu kandung gue jatuh ke wanita jahanam dengan anaknya. Setelah gue dapat, gue bakalan siksa Lo!"
" Kenapa belum diberikan?"
" Karena wanita jahanam, selalu mengatakan kalau gue masih belum pantas!"
" Iya juga sih! Lo aja masih sering mabuk-mabukan! Eh, tumben sepulang kerja gak ke club?" sindir Karin.
" Malas!"
" Benarkah itu?" Devian melemparkan bantal tepat ke wajah Karin.
" Sana mandi Lo! Bau banged!"
" Enak aja Lo!" Meski mulutnya menyangkal ejekan Devian, Karin tetap membersihkan badannya. Merasa gerah seharian bepergian.
MALAM
08.00 P.M.
Hari sudah semakin malam, biasanya keseharian Karin di malam hari menonton TV atau terkadang membuat kue sebagai cemilan. Tapi, Devian saat ini berada di rumah.
Karin jadi tidak bebas melakukan yang ia inginkan.Sedari tadi Karin hanya rebahan di kasur.
" Aish! Gue suntuk! Gue bosan!" nyanyian absurd Karin, mengganggu konsentrasi Devian yang sedang mengerjakan berkasnya di sofa.
" Lo diam sekali aja bisa ngak?"
" Gue bisa diam, kalau ada makanan!"
" Sana ambil ke kulkas! Sekalian buatin gue kopi!"
" Mau kue juga gak? Gue biasanya buat kue malam hari, nunggu Lo pulang dari Club." Karin bersemangat , akhirnya kebosanan bisa ia hilangkan dengan membuat kue.
" Hmm! Ngapain Lo nungguin gue? Gue ke club, biar gak ketemu Lo. Sakit telinga gue dengar suara jelek lo!"
" Cantik ya suara gue! Gue nungguin Lo juga biar bisa mukul, nendang sama ngatain Lo! Lo tau gak, gue merekam kebodohan Lo. Disaat gue ngatain Lo. Lo malah ketawa!" Karin tertawa keras, meledek Devian yang mulai terpancing. Beginilah mereka jika bersama, tidak berdebat sekali saja terasa hampa.
" Anjir Lo! Hapus gak! Mana hape Lo!?" Devian mendekati Karin. Menarik kaki Karin agar jatuh dari kasur, dan Karin sekuat tenaga memegang erat seprai.
" Lepasin kaki gue!"
" Mana hape Lo?" Karin menghentakkan asal kakinya, agar terlepas dari pegangan Devian. Merasa pegangannya mulai terlepas, Devian segera naik ke kasur dan menahan kaki Karin juga melepas pegangan Karin pada seprai.
Devian membalikkan posisi Karin yang semulanya telungkup menjadi terlentang. Sedangkan dirinya duduk sambil menahan kaki dan tangan Karin.
" Ish! Lo pakai tenaga dalam! Ngapain Lo menatap gue kayak gitu? Nafsu Lo? Lepas gak? Devian."
" Kalau gue nafsu gimana?"
" Gue bunuh Lo! Lepas gak? Oke gue berikan hape gue. Tapi, jangan natap gue gitu. Takut gue." Sekian detik Devian hanya menatap Karin, lama-kelamaan Devian mendekati wajahnya ke wajah Karin. Karin yang peka Devian akan menciumnya mulai menghindar. Tapi, sayang gerakannya kalah cepat. Devian mencium bibirnya.
" Itu pembalasan karena Lo cium gue ketika gue mabuk!" ujar Devian tanpa rasa bersalah sedikitpun.
" Awas sana Lo! Itu jelas beda. Gue menghilangkan bekas perempuan gatal yang berani cium Lo!"
" Alasan! Udah cepat sana buatkan kopi! Lo mau gue cium lagi?" Karin segera keluar kamar, takut Devian gak bisa mengontrol nafsunya.
Devian tersenyum, ada perasaan senang mengganggu Karin. Diambilnya hape Karin, untuk menghapus video dirinya mabuk. Namun, ia lupa menanyakan kata sandi. Alhasil, iya menyusul Karin.
" Karin!"
" Karin!" Devian menjewer telinga Karin, geram Karin tidak menyahut panggilannya.
" Sakit! Lo ganggu gue! Udah sana. Ngapain turun sih!"
" Kata sandi hape Lo!"
" Ulang tahun Lo!" jawab Karin, sambil menuangkan tepung.
" Gue? seberapa berarti gue di hidup Lo?"
" Berarti banged! Kalau Lo kenapa-napa bisa punya gelar janda muda perawan gue!"
"Ya, jangan Lo doain yang buruk OGEB!" Devian meletakkan hape Karin di meja makan, lalu menyusul Karin. Melupakan tujuan awalnya!
" Karena gue berarti buat Lo! Butuh bantuan gak?"
" Gak butuh!"
" Gue bantuin ya?" Karin menghentikan aktivitas membuat adonan kuenya.
" Devian! Sini gue bisikin."
" Gak mau gue! Bisikin Lo sebelas dua belas dengan bisikan setan!" Devian spontan menutup kedua telinganya.
" Buka gak? Devian! Gue lempar telur kalau Lo gak buka." Karin berusaha menarik tangan Devian, Karena perbedaan tinggi dan kekuatan. Karin pun menyerah.
Karin melemparkan telur tepat ke kening Devian, Sebagai bentuk kekesalannya.
" Mampus Lo! Bentar lagi jadi induk ayam Lo!" Karin tertawa senang melihat Devian menampilkan raut wajah kesal bercampur sedih. Devian sedih wajah gantengnya ternodai!
" Jangan balas! Sini biar gue bersihkan." Karin menampilkan wajah merasa bersalahnya, ia mendekati Devian lalu membisikkan
...' DALAM HITUNGAN 3 INDUK AYAM MARAH BESAR !'...
Karin berlari sekencang mungkin, Devian terus mengejar dirinya sampai ke halaman belakang.
Tak ada dari mereka yang mau mengalah, Karin yang tanpa rasa bersalah terus mengejek Devian sambil berlari. Sedangkan Devian terlalu kesal karena seharian ditipu Karin.
" Bibi bantu Karin!" Teriak Karin, melihat salah satu pembantunya keluar dari rumah belakang. Rumah yang memang disediakan buat para pembantu dan sopir.
" Sini Lo! Gak bakalan gue ampuni kelakuan Lo!" Karin tertangkap, Devian memeluk Karin dan mengelap wajah terkena telurnya ke lengan baju Karin.
" Ih bau Lo!" Devian tidak memperdulikan ocehan Karin, ia menggendong Karin ala bridal style.
" Bibi bantuin Karin, melepaskan diri! Penjahat ini sangat kejam." pembantu Karin hanya tersenyum melihat kelakuan mereka, ia bersyukur tuannya menikahi nona Karin. Berdoa semoga hubungan majikannya semakin erat. Dan tuan Devian perlahan-lahan bisa menghilangkan kebiasaan buruknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments