Polos Namun Licik

Mia tersenyum tipis, tak terbayangkan olehnya bisa berada di dekat Devian pemilik perusahaan DV.

" Lo jalannya bisa cepat gak sih?" tanya Karin dengan nada Kesal.

Mia tersentak, gadis itu langsung berlari kecil menghampiri Karin dan Devian yang sudah berada di depan mobil. Mia kagum, seumur hidupnya dia tidak pernah menaiki mobil mewah.

Saat Karin akan membuka pintu depan mobil, Mia tiba-tiba menghentikannya.

" Aku duduk di depan ya? Kalo di belakang pusing."

" Emang Lo udah pernah nyoba duduk di belakang? Tenang aja Lo gak bakalan pusing, mobil Devian mahal. Saking mahalnya Lo duduk di bagasi aja gak bakalan pusing! Mau coba?"

" Kamu kok menghina aku?"

" Siapa yang menghina? Gue ngomong fakta tau!"

" Tapi, secara gak langsung kamu ngatain aku miskin!"

" Kalau Lo mikirnya kesitu, ya terserah Lo!" Karin langsung menduduki dirinya di depan, tidak peduli dengan nasib gadis polos namun licik itu.

" Tuan Devian---,"

Devian menyela perkataan Mia.

" Jangan banyak tingkah! Duduk Lo dibelakang!"

...*****...

Setelah mengantarkan Mia, mereka pun pulang ke rumah. Tidak ada perdebatan seperti biasanya.

" Tumben Lo diemin gue?" tanya Devian.

" Lagi sariawan!"

" Sejak kapan?"

" Sejak di rumah sakit!" Karin masih kesal , karena Devian mengizinkan gadis bernama Mia bersama mereka. Ditambah Devian hanya diam saja ketika sikap Mia mulai ngelunjak.

" Lo cemburu? Biasa aja kali! Aneh Lo, gak biasanya Lo marah cewek dekatin gue. Udah gue bilang bukan? Mereka yang datang ke gue, rugilah gak gue mainin."

" Lo bisa gak merubah sikap buruk Lo? Gue senang beberapa hari ini Lo gak mabuk lagi! Setidaknya hargai gue jadi istri Lo!" seru Karin.

" Itu udah resiko Lo! Udah menjauh sana Lo, Malas gue ngomong sama cewek yang melibatkan perasaan!" Karin tersenyum kecut, rasanya sial sekali hatinya mulai mencintai Devian. Lebih baik saat ini dirinya fokus membongkar rahasia antara ibu tiri Devian dengan papanya.

PAGI HARI

09.00 A.M.

Tadi malam Karin telah mengirim pesan pada Mateo, meminta Mateo mencari tau rahasia keluarga Devian. Maka dari itu, ia akan menemui Mateo.

" Gue izin pergi ke mall!"

" Gak boleh! Lo selalu bohong!"

" Gue dianterin sopir, kok! Jahat banged Lo gak izinin gue!" Devian tidak membalas ucapan Karin, ia terus saja melanjutkan langkahnya menuju halaman depan. Dimana Sekretaris Juna telah menunggu tuannya.

" Selamat pagi tuan dan nona!" sapa sekretaris Juna.

" Boleh ya? Masa Lo masih marah soal tadi malam! Kalau gitu, gue minta maaf deh!" baik Karin maupun Devian tak ada yang membalas sapaan sekretaris Juna. Karin masih sibuk membujuk Devian agar mengizinkan dirinya Keluar, sedangkan Devian sibuk merapikan penampilannya.

" Devian." Karin mengerucutkan bibir, dan menatap Devian memelas.

" Huh! Lo ikut gue dulu ke perusahaan!" mau tak mau Karin menuruti permintaan Devian, Nanti akan ia pikir ulang rencananya agar bisa bertemu Mateo.

PERUSAHAAN DV

Mobil yang dinaiki oleh Devian, Karin, dan sekretaris Juna berhenti tepat di halaman depan Kantor. Parkiran khusus CEO!

Banyak pasang mata yang menunduk memberikan hormat pada mereka di lobi perusahaan, dan Karin membalasnya dengan senyuman manis.

Ketika memasuki lift khusus CEO seorang gadis berteriak memanggil Devian.

" Tuan Devian! Tunggu sebentar."

" Ck! Ngapain Lo kesini? Gue rasa kami gak punya urusan dengan Lo!" Kekesalan Karin meluap, disaat gadis bernama Mia datang ke perusahaan DV. Karin benci perempuan polos namun licik, lebih baik Karin bertemu perempuan agresif agar dia tak dilihat seperti perempuan yang suka menindas wanita lemah.

" Tuan! Tolong bantu saya, ibu sakit parah!" ujar Mia menangis tersedu-sedu.

" Gak ada urusannya denganku!" jawab Devian acuh.

" Tuan harus bertanggung jawab sepenuhnya! Ibu saya masih berada di rumah sakit. Seharusnya anda benar-benar memastikan bahwa ibu saya baik-baik saja!"

" Masih untung saya membiayai pengobatan ibumu! Dan satu hal lagi, jangan meminta pertanggungjawaban sepenuhnya pada saya karena bukan saya yang menabrak ibumu!" Bentak Devian masih menggunakan bahasa sopan, mencoba menjaga image sebagai CEO.

" Pergi dari perusahaan saya!" usir Devian. Devian paling benci wanita gak jelas datang menangis. Niatnya menjadikan Mia mainannya telah pupus, Dia lebih suka wanita yang secara terang-terangan mendekati dirinya. Bukan sok polos tapi ada maksud tertentu.

Sekretaris Juna menatap tajam satpam, seolah mengerti kedua satpam itu menarik paksa Mia keluar dari perusahaan DV.

Karin hanya menatap datar Mia yang diusir, entah kenapa rasa iba lebih sedikit dari rasa jijik, kesal bercampur amarah.

" Ayo!" Devian menarik tangan Karin melanjutkan langkah mereka yang sempat terhenti.

" Izinin gue pergi, ya?"

" Devian!"

" Gue kunci Lo di kamar mandi atau Lo nurut sama gue?" Devian baru membalas perkataan Karin, saat mereka telah berada di ruangannya.

" Sampaikan sejam lagi kita adakan rapat!" sekretaris Juna meninggalkan ruangan, setelah mendapat perintah dari Devian.

" Devian izinkan kali ini aja!" mohon Karin.

" Lo gak dengar ancaman gue tadi?"

" Lo kenapa sih! Egois banged!" Karin menduduki dirinya di sofa, memikirkan bagaimana caranya ia bisa kabur dari pengawasan Devian. Pertemuan dengan Mateo sangatlah penting bagi Karin.

Sebaliknya, Devian tidak memperdulikan perkataan Karin lagi. Ia mulai fokus dengan pekerjaannya.

Karin pikir, Devian tak lagi menyadari kehadirannya. Dengan perlahan-lahan ia berjalan keluar dari ruangan Devian.

" SHIT!" umpat Karin.

Devian mengunci pintu ruangan!

" Lo gak dengar perintah gue? DUDUK LO!" Karin kesal. Dengan beraninya ia menentang perintah Devian.

" Buka pintunya!"

" Duduk Lo atau gue kunci di kamar mandi!?" Devian beranjak dari kursi kebesarannya, langkah demi langkah mendekati Karin.

" Lo aneh! Apa alasannya Lo larang gue? Gue cuma pergi ke mall! Gue muak Lo ngatur hidup gue!" Karin memundurkan langkahnya saat Devian semakin dekat dengannya.

" Gue suami Lo! Gue berhak ngelarang Lo tanpa alasan sekalipun."

TAK!

Karin terjebak! Devian mencengkeram kuat pundak Karin.

"Lo harus patuh!" Devian menarik tangan Karin kasar, lalu mendorongnya.

GAWAT!

Karin tidak menyangka Devian benar-benar mengunci dirinya di kamar mandi yang terletak di ruangan rahasia Devian.

" Devian!"

" Lo apa-apaan sih! Devian buka pintunya! Lebay banged Lo! Oke gue patuh. Devian disini dingin, bukain ya?" Karin terus menggedor pintu kamar mandi, berharap Devian berubah pikiran.

Sejujurnya Karin ingin menangis sekencang-kencangnya, Tapi dia menahan tangisan itu. Memang sudah biasa Devian mengurungnya di kamar mandi atau gudang jika dirinya tidak patuh dan Devian yang sedang Badmood.

" Devian Lo dengar kan? Bukain ya? Oke gue patuh. Dingin tau! Devian!" Karin terus berteriak walaupun tidak ada hasil.

Kalau boleh memilih, Karin akan nurut dengan Devian tadi. Sayangnya pertemuan dengan Mateo sangatlah penting! Karin tidak tau apakah Mateo masih menunggu dirinya.

Mateo bilang dia akan pergi ke sebuah kota, dimana Mateo bisa membalaskan dendamnya. Maka dari itu, Karin meminta waktu 1 hari untuk bertemu.

Bagaimanapun Karin harus pergi menemui Mateo! Rahasia keluarga Devian sudah berada di tangan Mateo, Karin tak mau menyia-nyiakan kesempatan.

Devian-nya gak boleh lagi dijadikan boneka oleh ibu tiri ataupun papanya! Jika semua ini terbongkar, Karin harap Devian mulai merubah sikap dan mencintai dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!