Terlena Dengan Sikap Baiknya

Sekarang mereka sedang menuju ke rumah keluarga Devian. Tentunya sesudah Devian selesai mandi.

" Lo harus cium gue pagi dan malam!" perintah Devian.

Sebenarnya Devian dari dulu menginginkan ciuman dari Karin, semenjak Karin selalu mencium dirinya jika ada wanita lain menciumnya.

Namun, tak ada alasan Devian menyuruh Karin! Lagian Karin sangat menjaga kehormatan dirinya, dia gak akan mau jika bukan kemauannya!

Ibarat Devian candu ciuman dari Karin.

Rasanya manis! Belum pernah ia dapatkan dari wanita di clubnya.

" Selama kita disini, kan?"

" Sampai akhir hayat Lo!"

" Gak mau!"

" Yaudah gue gak mau juga tinggal di rumah papa."

Karin membelalakkan matanya. Kenapa jadi dirinya yang tidak diuntungkan?

" Cerdik Lo!"

Devian mengangkat bahu, tidak peduli penderitaan Karin.

Mereka sampai di pekarangan rumah, mendapat sambutan hangat dari papa Teo.

Papa Teo segera memeluk Devian, meski tak dibalas oleh anaknya.

Tak apa yang penting masih bisa berada di dekat anaknya. Lebih dari cukup!

" Ayo masuk! Gue lelah." Devian menarik tangan Karin.

Karin yang merasa segan, hanya bisa melambaikan tangannya ke arah sang mertua.

KAMAR DEVIAN

" Lepaskan tangan gue! Gak sopan Devian. Lo harusnya berbincang sedikit kek sama papa Lo! Sekedar menanyakan kabar, boleh juga."

Devian merebahkan dirinya ke kasur, sembari melihat langit-langit kamar.

" Kemarilah!" Devian menepuk kasur di sebelah kanannya, menyuruh Karin melakukan hal yang sama seperti dirinya.

" Pejamkan mata Lo!" Karin menurut, tanpa banyak tanya.

Cup!

Devian mencium pipi kiri Karin.

" Devian! Lo cium gue terus."

" Udah persyaratannya." jawab Devian seadanya.

Devian menarik Karin ke dalam pelukannya, aroma wangi tubuh Karin menenangkan pikirannya.

" Biarkan begini!"

Kata Devian sebelum Karin meronta.

Sedangkan Karin berusaha menetralkan detak jantungnya, tidak terlalu menunjukkan bahwa Karin mulai mencintai Devian.

Karin gak mau sakit hati sebelum berjuang.

Perkataan dan hinaan Devian itu pedas!

" Devian! Kalau gue bilang cinta sama Lo, bagaimana?"

" Gampang! Gue bakalan siksa Lo, terus jadikan Lo budak cinta gue!"

" Lebih baik gue mencintai orang lain!"

" Gue bunuh orang yang berani terima cinta Lo!"

" Kalau gue cintanya sama papa Lo?"

" Lo yang gue bunuh!"

Karin mencubit kuat perut sixpack Devian, melepaskan pelukan mereka.

" Sakit bego!"

" Nyawa gue berharga! Enak aja Lo bunuh!"

Devian bangkit dari rebahannya, menuju balkon.

" Gue mau ngobrol sama papa mertua! Bye!" pamit Karin.

Di ruang tamu, papa Teo sedang membaca koran ditemani tv yang masih menyala.

Meskipun tidak ditonton.

" Papa." sapa Karin.

" Papa gak bosen melakukan hal yang sama setiap hari?"

" Udah terbiasa, nak!"

" Kalau Karin ingin menemani selama seminggu kebiasaan papa, boleh? Seperti setiap Minggu papa ziarah ke kuburan mama."

" Tentu saja boleh! Papa senang ada kawan."

" Sekalian main Timezone terus makan bareng yuk , pa? menantu time!"

Karin sengaja lebih mendekatkan diri ke papa Teo, agar Devian dipercaya meneruskan perusahaan keluarga.

Karena papa Teo otomatis berpikir Karin bisa membimbing Devian ke hal benar.

Karin dan papa Teo mengobrol banyak hal, lebih dominan papa Teo yang menceritakan masa kecil Devian.

Karin lihat guratan kesedihan juga penyesalan dari papa Teo , karena di umur Devian yang masih kecil sudah dikirim ke luar negri.

" Papa terlalu banyak bicara, ya?"

" Gak kok pa! Karin malah senang mendengarnya."

Gak bohong! Karin tertarik mendengar tentang masa kecil Devian.

" Karin!" teriak Devian menggema.

Mengganggu perbincangan antara menantu dan mertua!

" Aish! Karin ke kamar dulu ya, pa? See you papa."

Papa Teo menggelengkan kepalanya.

Karin unik! Percaya, Karin bisa merubah sikap Devian, dengan cara uniknya.

Ternyata Devian memanggil hanya menyuruh Karin segera mandi.

" Tanpa Lo suruh, gue juga nanti mandi!" Karin tidak terima, seakan-akan dia gadis Pemalas mandi.

" Lo mau pergi ngak? Sekarang malam minggu, ada perayaan di taman!"

" Lo ngajak gue kencan? OMG! Romantis banged suami gue!" Karin hendak memeluk Devian, namun lemparan bantal lebih dulu menghentikan tindakannya.

" Kencan pala Lo! Gue ngajak karena bosan dirumah, muak juga kalau makan malamnya bersama anak bangsat itu!"

" Adik tiri Lo? Kenapa sih? Adek tiri Lo pendiam, kok!"

" Cepat Mandi sana! Mau gue tinggalin? Gue jalan sama cewek lain."

" Gak mau!" Karin bergegas mandi.

Sekarang mereka sedang dalam perjalanan, selepas pamit pada papa Teo. Walaupun hanya Karin , Devian cuma diam!

" Adik tiri Lo gak ada tadi!"

" Kenapa rindu Lo?"

" Mungkin!"

Devian menatap tajam Karin, lalu kembali fokus ke jalanan.

" Canda sayang!"

Kunci agar Devian membaik, Karin harus pandai meredakan emosi Devian.

Salah satu cara ialah menggoda Devian.

Kadang ampuh, kadang ngak sih!

" Eh! Di taman ada perayaan apa?"

" Gak tau!"

" What? Are you kidding?"

" Gue asal bilang, biar Lo ikut!"

" Ish! Lo gak mau jauh dari gue ,kan?"

" Pede!"

" Gue besok diajak papa jalan-jalan!" Karin menyombong.

" Gak peduli!"

" Seminggu kita disini, kan? Kalau gue berhasil meyakinkan papa menjadikan Lo penerus, apa yang Lo kasih ke gue?"

" Uang!"

" Gue gak mau! Gimana kalau Lo berusaha mencintai gue?"

" Gue gak suka sama Lo!"

" Ck! Awas aja kalau gue udah menjauh Lo menyesal!"

" Gak usah bahas itu! Lo mau gue turunin, dijalan?"

" Turunkan aja! Berarti Lo gak punya hati!"

CIT!

SIAL! Devian membuktikan ucapannya.

" Lo serius?"

" Hmm! Cepat turun! Atau gue dorong?"

Devian mendekat ke Karin , membuka pintu mobil.

" Turun!"

" Bukannya mau ke taman?"

" Itu cuma alasan! Biar papa kira hubungan kita semakin harmonis! Lo kira papa bakal yakin gitu aja, kalau gue-nya masih terlihat tidak peduli sama Lo?"

" Setidaknya jangan tinggalkan gue disini!"

" Cepat turun! Gue mau ke club."

" Gue ikut! Lo tega banged, lihat cuma satu atau dua mobil pribadi yang berlalu lalang bahkan taksi atau bus saja tidak lewat sini. "

" Lo udah lama tinggal di negara ini, kan? Gak mungkin Lo gak tau jalan lain!"

" Gue anak rumahan, Devian! Jalan gue cuma sekolah, tempat les , rumah. Pas tamat sekolah aja keluar gue cuma ke butik, mall, sama rumah Angel." jelas Karin jujur.

" Cepat turun!"

" Udah malam tau! Nanti ada preman cegat gue , gimana? "

" Ya, Lo lawan!" Devian mendorong Karin, setelah berhasil melepaskan seatbelt.

Buk!

nyeri di bagian bokong dan telapak tangan, tak lagi diperdulikan.

Karin bangkit hendak masuk namun Devian telah mengunci pintunya.

" Devian! Buka pintunya!"

" Balasan karena berani tinggalin gue di bandara!"

Teriak Devian setelah menurunkan sedikit kaca mobilnya.

Mobil Devian melesat menjauh, sudah hilang dari pandangan Karin.

" Dasar hati batu! Lihat aja, disaat Lo mencintai gue. Bakalan gue balas kekejaman Lo!" Karin kesal dan menyesal.

Seharusnya tak mudah percaya dengan ajakan Devian.

Seharusnya Karin hafal, Devian tak akan membiarkan begitu saja sesuatu yang membuat dirinya marah, merasa dipermalukan, dan terganggu.

Devian akan membalasnya!

Menyesal karena terlena oleh sikap lembut Devian yang cuma beberapa saat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!