" Kenapa Tuan Devian, gak datang?"
Mia terdiam, tangannya memegang pipi yang habis ditampar.
" Tuan Devian mengusir Mia. Ibu juga salah, Bukan tuan Devian yang menabrak ibu! Kenapa ibu menyuruh Mia mengganggu hubungan mereka? Mereka sudah pacaran ibu!"
" Diam kau! Pacarnya saja tidak baik! Bagaimanapun caranya kau harus mendapatkan perhatian dari tuan Devian! Aku ingin memiliki menantu seperti itu!"
" Darimana ibu tau pacarnya tidak baik? Hanya menilai dari pakaian? Primitif sekali ibu!" lawan Mia muak atas sikap pemaksa ibunya.
" Diam kau anak durhaka! Pergi sana! Kau harus bisa mendapatkan tuan Devian!" usir ibu Mia.
PERUSAHAAN DV
Sudah sejam Karin terkunci, tak ada tanda-tanda Devian akan membukakan pintu.
" Devian! Bukain, gue kedinginan!" satu-satunya cara berpura-pura pingsan. Karin mulai melakukan ide yang terlintas di pikirannya.
CEKLEK
Beberapa menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka.
" Mada! Juna! Panggilkan dokter cepat!" perintah Devian, sambil mengangkat tubuh lemah Karin.
Juna yang baru masuk ke ruangan Devian sehabis meeting, segera menelepon Dokter khusus keluarga Devian.
Tak butuh waktu lama, dokter yang ditelpon telah datang.
" Bagaimana dok?"
" Hanya pingsan, mungkin nona Karin kelelahan saja." ujar dokter perempuan.
Karin lega, dokter perempuan tidak mengatakan kalau ia berpura-pura pingsan.
Untung dirinya memberikan kode, saat diperiksa.
Sekretaris Juna mengantarkan dokter keluar dari ruangan.
" Gue tau Lo berpura-pura!"
" Cepat buka mata!" Karin membuka matanya perlahan, sial sekali rencananya tak berhasil.
" Apa!" Karin mendudukkan dirinya.
" Hebat akting Lo! Udah gue panggil dokter, Lo tetap berpura-pura pingsan."
Devian sudah tau ketika melihat Karin tergeletak di lantai kamar mandi, ia hanya menguji seberapa kuat Karin menipunya.
Dan soal dokter tadi, Devian-lah yang menyuruh berbohong. Bukan karena kode dari Karin.
" Kalau Lo udah tau, kenapa dipanggil!" kesal Karin.
" Terserah gue!"
" Devian, please izinin gue pergi! Sebentar aja." pinta Karin.
" Beri gue alasan!"
" Ada novel terbaru. Gue mau beli novel itu!"
" Biar sekretaris Juna yang belikan."
" Ngak! Biar gue!"
" Yaudah gak usah beli!"
" CK! Oke gue jujur! Gue mau bertemu dengan Mateo!"
" Mateo?"
" Gue minta dia mencarikan rahasia papa dan ibu tiri Lo! Biarkan gue bertemu dengannya!"
" Udah gue bilang, jangan ikut campur urusan keluarga gue!"
" Gue udah jadi bagian keluarga ini! Kalau Lo gak mau yaudah!" Karin hendak keluar dari ruangan.
" Kurang lama gue kurung Lo di kamar mandi!" Devian mengangkat Karin ala bridal style.
" Ngak mau! Gue ngak mau di kurung lagi!"
" Makanya Lo dengar ini! Biarkan rahasia itu tetap menjadi rahasia! Lo gak tau seberapa licik ibu tiri gue!" Devian menurunkan Karin di sofa.
" Gue tau! Gimana kita bersama-sama menyingkirkan ibu tiri Lo? Gue mohon Devian. Lo gak boleh diem aja! Gue kasihan Lo dijadikan boneka oleh mereka. Lo bisa pisah dari mereka, tapi gue tau Lo sayang sama papa Lo! Gue juga tau Lo masih berharap sikap papa Lo seperti dulu." teriak Karin.
" Sadar Devian! Jangan berharap bisa kembali ke masa lalu! Semuanya udah berubah. Angel teman masa kecil Lo sudah bahagia bersama Fernan. Sekarang Lo, harusnya menata masa depan."
" Semuanya belum berubah! Lo yang menghancurkan harapan gue! Karena lo gadis kecilku bersama orang lain. Jika saja papa gak memaksa nikahin Lo, gue mungkin bisa mendapatkan Angel sebentar lagi. LO PENYEBAB SEMUANYA! Bangsat!"
" Kalau memang gue penyebabnya, maka biarkan gue menyelesaikan nya!" Karin mendorong Devian kuat, berlari meninggalkan Devian. Tujuannya sekarang ialah menemui Mateo.
Nangis? Karin hampir saja menangis di hadapan Devian.
Gak boleh! Bukan saatnya menunjukkan kesedihan ataupun kelemahan Karin di hadapan Devian.
Devian membiarkan Karin pergi.
" Sekretaris Juna! Siapkan pengawal untuknya, tapi jangan sampai dia mengetahui." perintah Devian.
Juna sedari tadi berdiri tidak jauh dari Devian.
" Anda tidak mau mengatakan yang sebenarnya, tuan? Mungkin nona Karin akan mengerti alasan anda melarangnya."
" Percuma! Dia gadis keras kepala. Lebih baik lakukan yang ku perintahkan!" Sekretaris Juna menunduk memberi hormat sebelum pergi.
Satu hal yang harus kalian ketahui! Devian melarang Karin karena sebuah alasan.
Soal ibu tiri Devian yang menyembunyikan suatu rahasia, Devian sudah mengetahuinya.
Sayangnya disaat mulai membongkar rahasia itu, teman yang membantunya meninggal dunia. Devian kesal pada dirinya sendiri.
Hanya karena masalah keluarganya, orang terdekatnya meninggal. Devian tak ingin kejadian dulu terulang lagi.
Biarlah dirinya diatur oleh mereka. Bahkan setelah mengetahui rahasia itu, Devian rasanya ingin balas dendam. Namun, rasa sayang pada papa nya lebih besar dari kebencian.
" Gue memang gak mencintai Lo! Entah kenapa disaat Lo berada di dekat gue. Gue bisa tersenyum, merasa nyaman, dan melupakan kepedihan yang gue pendam. Lo gak boleh ninggalin gue! Lo harus tetap bersama gue sampai gue menyadari bahwa perasaan ini benar perasaan cinta!" Devian menendang sofa mengurangi emosinya, barulah pergi menyusul Karin.
MALL XI
Karin melihat sekitaran mall, tempat mereka berjanji di sudut mall. Sengaja disana agar tidak terlihat CCTV, juga lumayan ramai orang lewat. Gak akan menimbulkan kecurigaan!
" Woi!" Karin menoleh ke arah kanan, dimana seorang pria berjaket hitam menggunakan masker tengah menatapnya.
" Hai Mateo! Sorry gue terlalu sebentar datangnya!" canda Karin.
" Ini! Semalaman gue cari. Gak ada lagi kan? Gue harus pergi." Karin tersenyum masam tatkala Mateo sangat serius.
" Thanks! Berguna banged buat gue. Harus banged Lo pergi secepatnya?"
" Hmm! Gue rasa mertua Lo mulai curiga sama Lo! Rahasia itupun dijaga sangat baik. Identitas gue bakalan terbongkar kalau gue masih berada disini." Karin menganggukkan kepalanya, dia mengerti bahwa ibu tirinya licik.
" Gue pergi!"
" Wow!" Karin kagum, Mateo pergi seperti tak terlihat.
" Thanks Mateo! Gue bakalan minta Devian menjaga keamanan Lo." Ucap Karin, sebelum melangkah keluar Mall.
Baru saja menghentikan sebuah taksi, seseorang menarik dirinya kasar.
" Devian?" Devian terus menarik Karin menuju mobilnya, membiarkan taksi yang telah dihentikan Karin.
" Devian! Gue mendapatkan rahasianya!" senang Karin, Devian diam! Sibuk memasang seat belt.
" Gue belum baca. Tapi, besok bakalan gue singkirkan ibu tiri Lo!" Karin memeluk amplop coklat, terisi rahasia dari keluarga rumit Devian.
" Sini kertasnya!"
" Devian mau baca? Nih! Jangan dirobek!"
SRAKK!
Karin menarik amplop yang sedang dirobek Devian.
Dilihatnya baru sedikit tersobek.
" Lo apa-apaan sih? Gue susah mendapatkannya. Kenapa Lo malah merobek?" Teriak Karin .
" Gak guna! Dengar gue gak butuh usaha Lo buat memperbaiki keluarga gue!"
" Gue juga gak butuh pengakuan dari Lo! Sekarang keluarga Lo, keluarga gue juga!"
" Sini kertasnya!"
" Gak mau!"
" Karin!" Devian memukul kuat setir mobilnya, demi apapun Karin takut.
" Beri gue alasan, biar gue nurut sama Lo!" mata Karin memerah, gak ingin Devian tertekan karena masalah keluarga rumitnya.
Dia ingin Devian melihat, Bahwa dirinya selalu berada disisi Devian. Masih ada yang peduli dengan Devian.
Berharap suatu saat nanti kepedulian Karin dibalas dengan hilangnya sikap buruk Devian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments