" Kalau gue beritahu, Lo mau berhenti mengurusi urusan keluarga gue?"
" Ralat Devian! Keluarga kita! Tergantung sih!"
Devian mendecak, Karin ibarat layangan yang terbang di langit, tapi tali layangan-nya tak bisa dikendalikan!
Sangat keras kepala!
" Oke! Kita bakalan kerjasama! Ingat, Lo harus hati-hati juga! Jangan marah kalau gue batasi kepergian Lo selama wanita jahanam belum tersingkirkan!"
" Baiklah sayangku!" Karin memangku kepalanya dengan kedua tangan berada di dagu, menghadap ke samping menunggu Devian bercerita.
" Gue udah pernah mencari tau rahasia masa lalu mereka! Gue juga sudah tau alasannya! Disaat membongkar, teman gue meninggal gara-gara wanita jahanam itu! Dan bisa gue simpulkan, papa juga diancam."
Devian bercerita sambil menghadap lurus ke depan, bisa Karin lihat banyak kesedihan di matanya.
" Terus Lo biarkan gitu aja? Lo udah setengah jalan, dan Lo berhenti? Lo gak mikir perjuangan kawan Lo? Seharusnya Lo tetap lanjut, sebagai pembalasan kematian kawan Lo!"
Devian menatap dalam Karin.
Benar yang dikatakan Karin! Kenapa dia malah terjebak di masa lalu?
" Tunggu! Gue belum tau rahasianya! Gue mau baca dulu!"
Lumayan lama Karin membaca semua informasi.
Alangkah terkejutnya mengetahui satu fakta yang tak terduga!
Karin menatap kasihan Devian.
Devian sudah mengetahuinya? Betapa sakitnya perasaan Devian mengetahui fakta jahat ini?
" Jangan menatap gue seperti itu! Gue gak suka dikasihani!"
" Ck! Ayo singkirkan wanita jahanam!" Karin bergaya ala Superman.
" Jelek Lo! Bahasnya dirumah aja!"
" Belikan kebab!"
" Hmm!"
" Di dekat hospital XV, ya? Disana penjualnya kasih toping gak pelit!"
" Lo kira gue miskin?"
" Gue gak bilang tuh! Lo gak miskin tapi sedikit pelit!"
Devian mengulang perkataan Karin dengan nada mengejek.
Kini Karin tengah asik menyantap kebab, sedangkan Devian hanya duduk sambil memainkan handphone.
" Tuan Devian?"
" Aish! Salah pilih tempat gue!" sesal Karin, baru menyadari tempat mereka makan tak jauh dari tempat dirawatnya ibu Mia.
" Devian pulang yuk!"
" Kalian tinggal serumah?" tanya Mia kepo.
" Ya! Kenapa, iri Lo?"
Mia menatap jijik Karin!
Persepsi tentang Karin bukan wanita baik-baik, mulai di benarkannya.
Mungkin tak salah merebut tuan Devian? Toh! Mana mau tuan Devian menikah dengan wanita yang sikapnya seperti Karin.
Pikiran Mia!
" Tuan sedang apa di dekat sini?" basa-basi Mia.
" NGEMIS!"
Karin ketawa tatkala Devian pandai juga ngelawak.
Receh sih!
" Hmm! Tuan tolong antarkan saya ke rumah! Mau mengambil keperluan ibu."
" Gue bukan sopir Lo!" ujar Devian.
" Kenapa? Pengen coba lagi naik mobil mewah?" sombong Karin.
Karin tipikal cewek yang akan jahat jika diperlakukan jahat dan bakalan baik jika diperlakukan baik.
" Kamu selalu menghina aku, ya!"
Karin geram, Mia berpura-pura mengeluarkan air matanya.
" Sudah kenyang? Ayo pulang!" Devian muak berjumpa dengan Mia, benci wanita menangisi hal sepele!
" Bye!" Karin melambaikan tangannya sembari menjulurkan lidahnya berniat mengejek Mia.
Mia pergi membawa niat buruk untuk Karin.
Berjanji akan merebut Devian, tak membiarkan Devian bersama wanita buruk seperti Karin!
RUMAH DEVIAN DAN KARIN
Karin bersiul sambil menyapa sopir yang sedang mencuci mobil.
" Sayang! Duduk kesini!"
" Gue bukan sayang Lo!"
" Iya tau suami gue!"
" Cepat ngomong!"
" Lindungi Mateo! Gue gak mau ibu tiri Lo, mencari masalah dengan Mateo! Dia berjasa banged buat gue!"
" Hmm! Sekali lagi Lo dekat sama cowok, abis Lo!"
" Iya sayang!" Karin mencium pipi Devian sebelum ke kamar.
Reaksi Devian ? Jelas biasa saja, perasaannya masih untuk gadis kecilnya.
Selesai makan malam, mereka menghabiskan waktu duduk di tepi kolam. Karin mengayunkan kakinya yang berada di dalam air.
" Kita mulai dari mana, menyingkirkan ibu tiri Lo?"
" Gue gak bisa melakukan hal diluar batas, selama perusahaan mama belum diteruskan ke gue!"
" Iya juga ya! Lo nikahin gue juga karena alasan itu! Gimana kalau gue bujuk papa Lo? Pakai cara apa, ya?"
" Gue gak terlalu dekat sama papa! Gue juga gak tau banged kebiasaan yang sering dilakukan papa!"
" Bagi tau gue satu aja kebiasaan papa!"
" Setiap Minggu papa membelikan bunga dan berkunjung ke kuburan mama."
" Seminggu ini, gue bakalan bersama papa Lo! Mengetahui kebiasaannya! Lalu disaat yang tepat gue bakal bujuk papa Lo!" Karin menarik turunkan alisnya.
Gemas? Devian sangat gemas membuat dirinya mengacak-acak rambut Karin kasar.
" Aish! Sakit tau!"
" Cantik Lo kayak gitu!"
" Eh tunggu! Kita bakalan LDR dong!"
Karin baru ingat bahwasanya sang papa mertua tidak berada di USA, karena masih ikut mengurus perusahaan keluarga mama Devian.
Berbeda dengan si ibu tiri, selalu berada disini untuk berkumpul dengan teman sosialitanya.Jarang sekali pulang! Hanya pulang disaat hari penting.
" Bagus Lo menjauh! Bisa bawa perempuan cantik kerumah!"
" Gue pasang bom, kalau Lo bawa jalang kesini!" ancam Karin.
" Eh gak papa juga! Gue bisa nikmati waktu main sama Angel! Udah lama gue gak main sama Angel!"
" Jangan dekat cowok! "
" Lo udah kasih perlindungan buat Mateo?"
Karin mengalihkan pertanyaan, mengerti ujung-ujungnya pasti bakalan bertengkar hebat jika membahas cowok atau Angel.
" Hmm! Jangan berhubungan sama dia lagi! Kalau gak gue bakalan buat hidupnya gak nyaman!"
" Baik sayang!"
Langit malam yang dingin, mengakibatkan mereka masuk kedalam rumah.
" Buat cemilan yok?" ajak Devian.
Biasanya di malam hari Devian kembali bekerja atau ke club, namun ketika pertama kali bersama Karin sambil menjahilinya.
Timbul kesenangan sendiri!
" Gak mau! Nanti Lo lempar telur ke gue!"
" Kalau gak Lo yang mulai duluan, gak akan gue balas!" Devian membela dirinya.
" Ya! Jangan balasnya 2 kali lipat lah!"
" Namanya lagi kesal!"
Bukan Devian kalau ikhlas disalahkan.
Definisi cowok selalu salah tak ada di kamusnya!
Terpaksa Karin mengalah.
" Yaudah! Mau buat apa?"
" Lo bisa buat cookies?"
" Bisalah! Ayo bantu gue!"
Mereka tampak akur saat membuat cookies.
Devian akan menyiapkan bahan yang diminta Karin.
Sesekali tertawa karena tingkah mereka meniru chef profesional membuat kue.
Tak butuh waktu lama cookies mereka sudah jadi. Devian menyusun cookies yang telah di panggang ke piring, sedangkan Karin membasuh peralatan kotornya.
" Selesai!" teriak mereka bersamaan.
" Lo duduk di sofa aja nyalain tv! Gue buat milkshake sebagai pendamping cookies!" Devian menuruti perintah Karin, dinyalakannya Tv mulai mencari cerita barat action.
Dia tau Karin menyukai film Action dibandingkan romantis.
Hanya beberapa menit milkshake telah jadi.
Mereka menikmati sambil menonton film berjudul fast and furious!
" Sifat liciknya sama kek Lo!"
" Sifat kasar, egois, keras kepala sama kek Lo!" balas Karin sambil mengunyah cookies.
" Lo lahir dimana sih? Di kebun cabe ya? pedas banged perkataan Lo!" ujar Devian.
" Gak gue lahir di kulkas! Terus jadi Frozen deh! Karena gak mau orang tau, gue cat rambut gue jadi hitam!" balas Karin tak kalah absurd.
" Berarti gak perlu gue kerja, Lo kan bisa buat istana es!"
" Ngaco Lo! Devian romantis dikit Napa! Pembicaraan Lo gak berbobot!"
Devian terkekeh pelan, kembali fokus menonton fast and furious yang sebentar lagi selesai.
Sesekali Karin melirik Devian.
Devian terlihat lebih manis jika tertawa tulus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments