PERUSAHAAN DV
Setelah pertemuan dengan ibu tiri Devian, Karin berinisiatif membeli makan siang untuk Devian.
" Hai Suamiku!" goda Karin pada Devian yang tengah fokus dengan berkas-berkasnya.
" Ngapain Lo? Jangan ganggu gue! Gue sibuk!"
" Kesini! Udah waktunya makan siang!" Karin duduk di sofa, mempersiapkan makanan.
" Gue belum lapar!" Devian kembali fokus.
" Yaudah! Gue kasih makanannya sama sekretaris Juna!" Karin hendak keluar memanggil sekretaris Juna, namun terhenti oleh ancaman Devian.
" Gue bakalan pecat Sekretaris Juna, kalau Lo kasih makan siang gue!"
" Pecat aja! Nanti gue suruh sekretaris Juna kerja di perusahaan papa!" Karin menjulurkan lidahnya, merasa menang melawan perkataan Devian.
" CK! Cepat duduk! Suapin gue!" Devian berjalan ke arah sofa, merebahkan dirinya.
" Sini anak mami yang manja!" Karin duduk di samping Devian, lalu menyuapi makanan untuk suaminya.
" Gue bukan anak Lo!" kata Devian sebelum Karin memasuki suapan pertama kepadanya.
" Setelah ini gue pamit pergi ya? Gue rasa ibu tiri Lo punya rahasia." Beginilah Karin jika akan berpamitan dengan Devian, Mendekati Devian lalu berusaha mencari perhatian agar Devian mengizinkannya.
" Mau kemana Lo? Dari pagi sampai siang Lo menemui wanita jahanam, gak pusing otak Lo?"
" Udah makan aja dulu!" Karin menyuapi Devian dengan mengerucutkan bibir, mengetahui bahwa Devian pasti tidak akan mengizinkannya.
" Boleh, ya?" tanya Karin lagi, sesudah menyuapi Devian.
" Mau kemana?"
" Mau cari tau rahasia ibu tiri Lo! Tadi, gue kasih tau bukti kejahatannya. Tapi reaksinya diluar dugaan! Dia santai banged, malah menyuruh berikan aja buktinya ke papa lo! Heran gue? Padahal kejahatannya mencelakai papa Lo, gak mungkin papa Lo gak marah."
" Emang Lo bisa cari tahu rahasia wanita jahanam? Dia itu licik!" Devian menjadikan paha Karin sebagai bantal tidurnya.
" Ngapain Lo?"
" Pijitin kepala gue! Gue pusing!" Karin menuruti perintah Devian, sambil menceritakan pertemuannya dengan ibu tiri Devian.
" Lo tau gak? Gue pusing , dia nyuruh gue kasih racun di makanan Lo. Biar Lo sakit-sakitan dan penerus jatuh ke tangan adik tiri Lo. Mana maksa gue buat ambil harta Lo separuh! Gak ingat mati, keknya ibu tiri Lo!" Devian tersenyum tipis mendengar ocehan Karin.
" Terus Lo bakalan lakuin perintah wanita jahanam?"
" Gak mau gue! Gue gak ingin masuk penjara!" Devian segera membuka matanya, ketika tau alasan Karin. Ia kira Karin, gak mau melakukan karena dirinya.
" Awas sana Lo!" Devian beranjak dari sofa, menuju kursi kebesarannya.
" Aneh Lo!"
" Izinkan ya? Untungnya juga di Lo kok! Kalau ibu tiri Lo diusir, gak ada lagi biang masalah."
" Gak! Tetap disini! Jangan terlalu jauh mencampuri urusan keluarga gue! Lo belum mengenal wanita jahanam itu!"
" Lo tenang aja! Oh! Lo khawatir, ya sama gue?"
" Udah ayo ikut gue!" Setelah mematikan laptop, Devian mengambil jas yang tadi ia lempar asal ke sofa.
" Kemana?"
" Jangan banyak tanya!"
...*****...
Ternyata Devian membawa Karin ke proyek yang sedang ia tangani.
" Diam di mobil!" itulah perintah Devian pada Karin, berada di mobil sports yang tadi Karin gunakan. Terkadang Karin heran, kenapa Devian tidak pergi bersama sekretaris Juna? Pusing memikirkannya, Karin keluar dari mobil.
" Huh! Bebas gue!" Karin melirik kebelakang, tempat Devian sedang mengecek bangunan yang masih setengah jadi.
" Gue pergi bentar, ya!" Karin berucap pelan.
Baru beberapa langkah ia berjalan, seorang wanita paruh baya sedang menyebrang ke arahnya. Sialnya sebuah mobil lumayan kencang juga sedang melintas.
" Ibu awas!" Karin berlari menarik tangan wanita paruh baya, mereka terjatuh ke samping. Sedangkan mobil yang hampir menabrak berlalu begitu saja malah menambah kecepatan mobilnya.
" Karin!" teriakan Devian.
" Lo gak apa? Udah gue bilang tetap di mobil! Mada banged sih Lo!" Devian membantu Karin berdiri , tanpa memperdulikan si ibu paruh baya.
" Ibu gak apakan?" tanya Karin.
" Kaki ibu keseleo." Karin mengernyitkan dahinya, merasa sikap si ibu paruh baya seperti dibuat-buat. Padahal ia menghimpit Karin, mencoba berpikir positive Karin mengajak si ibu paruh baya ke rumah sakit.
RUMAH SAKIT
Karin menghela nafasnya lega, tidak ada hal serius yang terjadi pada si ibu paruh baya.
" Kalau ada yang di butuhkan lagi, ibu bisa bilang sama saya."
Ibu paruh baya yang diperkirakan berumur lima puluh tahun itu menggeleng sembari tersenyum manis.
" Ibu dibawa kesini saja, udah berterimakasih!"
" Kalau begitu kami pamit pulang, ya Bu?" tanya Karin tatkala melihat raut wajah Devian yang sudah merasa bosan.
" Eh tunggu! Kalian berdua pacaran?" Devian dan Karin menatap heran dengan pertanyaan si ibu.
" Iya Bu." jawab Devian, tidak ingin orang asing mengetahui hubungan mereka ditambah Devian juga malas menjelaskannya.
" Yaudah! Kamu pulang dulu saja! Biar anak ganteng ini, jagain ibu. Sekalian nungguin anak ibu kesini." Karin tidak percaya bahwa dirinya di usir oleh si ibu.
" Saya ikut menunggu anak ibu saja."
" Kamu tadi berpamitan pulang. Yaudah pulang saja!" Jujur Karin kesal dengan sikap si ibu, diliriknya Devian meminta bantuan.
Belum sempat Devian membuka suara, Karena kedatangan seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengan dirinya sambil menangis menyenggol Karin berdiri tak jauh dari si ibu.
" Ibu gak kenapa-napa, kan?"
" Gak nak! Untung dibawa ke rumah sakit oleh mereka."
" Tuan Devian?"
" Kamu kenal, nak?"
" Tuan ini pemilik perusahaan DV, perusahaan yang sedang membangun sebuah proyek di dekat daerah kita." Jelas si perempuan.
" Wah! Sudah ganteng kaya pula!" puji si ibu.
" Kamu mau tidak dengan anak saya? Dia perempuan baik-baik dan jago masak. Namanya Mia!"
" Dia pacar saya ibu!" Karin berucap dengan tegas.
"Masih pacaran belum tentu menikah! Anak saya cocok dijadikan istri, sudah cantik, pintar, jago masak, hebat mengurusi urusan rumah tangga. Sedangkan kamu? Baju saja masih kebuka-buka. Sudah jelas pacar kamu cuma mau tubuh kamu!"
Baru kali ini Karin menyesal menolong orang. Sekuat tenaga Karin menahan amarahnya.
" Ibu sudah! Terimakasih ya tuan." ucap Mia dengan lembutnya.
" Jangan berterima kasih padaku! Berterimakasih-lah ke Karin!" balas Devian cuek.
" Maaf bu, anak ibu sudah datang saya pulang ya?" Devian berbalik bersiap keluar sambil menggandeng tangan Karin, namun langkahnya terhenti ketika si ibu memanggilnya.
" Ibu minta tolong sekali lagi boleh ngak? Tolong antar anak ibu pulang."
" Ngak mau. Siapa yang Jaga ibu kalau Mia pulang?"
Karin memutar bola matanya malas, tadi disuruh menunggu kedatangan anaknya. Giliran udah datang anaknya disuruh pulang.
" Sudah pulang saja! Ibu tidak kenapa-napa. Sana pulang naik mobil bagus, mumpung yang jadi sopir ganteng!"
Devian menghela nafasnya kasar.
" Cepat!" perintah Devian. Karin membelalakkan matanya ketika Devian mengizinkan si gadis bernama Mia pulang bersama mereka. Tak ingin menghabiskan waktu berada di sekitar ibu paruh baya , Karin pasrah Devian membawa gadis bernama Mia ikut bersama mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ida Ulfiana
aneh dan sangat mencurigakn ibu2 ni
2023-09-20
0