Satu persatu pakaian ditanggalkan Renata, perlahan memasuki bath tub. Menyenderkan tubuhnya pada sisi bath tub, harum aroma terapi bercampur dengan aroma sabun menenangkan fikirannya, hingga suara panggilan terdengar. Semua ketenangan dalam hatinya buyar.
"Renata!! Renata!! Renata!!" terdengar suara Gina memanggil manggil namanya.
Wanita itu, menatap jenuh, membasuh tubuhnya sekilas kemudian mengenakan jubah mandinya.
"Ibu mertua," ucapnya, setelah membuka pintu depan kamarnya.
"Kalian belum menikah, jangan memanggilku ibu mertua!! Dimana kartu ATM milik Daniel!?" Gina menadahkan tangannya.
"Kartu ATM!? Tapi Daniel sendiri yang memberikannya, tante boleh bertanya sendiri padanya..." Renata menghebuskan napas kasar.
Gina mengenyitkan keningnya, mengirimkan pesan pada seseorang, kemudian menatap tajam pada wanita yang masih basah itu.
"Kamu sudah bekerja, jadi mandirilah!! kartu ATM yang dulu di berikan Daniel akan saya blokir," ucapnya tegas.
"Sialan!!" Renata keluar dari kamarnya, hendak berjalan dengan cepat mencari keberadaan Daniel. Berharap mendapatkan pembelaan.
"Kamu mau kemana!? Menggoda suami saya!? dengan keluar kamar hanya menggunakan jubah mandi!?" tanya Gina menarik kasar rambut Renata.
"Saya mencari Daniel. Lagipula siapa yang mau dengan orang tua yang sudah mulai keriput," ucapnya berteriak, melepaskan tangan Gina dari rambutnya.
"Tapi setidaknya walaupun sudah berumur, Tirta lebih kaya dan tampan dibandingkan produser yang bernama Dave," senyuman menyungging di wajahnya.
"Bagaimana tante..." kata-kata Renata terhenti.
"Selebriti sebaiknya sering-sering membuka akun gosip," ucapnya, berjalan berlalu tersenyum menghina pada Renata.
Wanita itu segera memasuki kamarnya, membuka media sosial. Wajahnya seketika pucat, menatap layar ponselnya menampakkan rekaman video sebelum Tomy datang, ketika kerumunan ramai setelah Jeny menyebut namanya di tengah cafe yang padat pengunjung.
Dengan penuh harap Renata menghubungi kekasihnya berharap mendapatkan bantuan, tangannya gemetar dalam kepanikan.
"Daniel... angkat!!" racaunya seakan meminta pertolongan. Tidak lama terdengar suara pria dari seberang sana.
"Halo..."
"Sayang tolong aku, ada orang yang merekayasa rekaman di media sosial. Kamu jangan percaya, dan tolong..." ucapan Renata terhenti Daniel menyelanya.
"Aku mempercayaimu, aku baru saja melihat beritanya. Tapi maaf saat ini aku sedang di pesawat yang akan landing. Beberapa bisnis di luar kota mengalami masalah, mungkin ini karena JH Corporation," dustanya.
"Lalu bagaimana!?" Renata mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Aku akan membantumu setelah aku kembali, tunggulah aku dengan sabar, maaf pramugari memintaku mematikan phonecell. Aku mencintaimu..." ucap Daniel sembari mematikan telfonnya.
"Sial!!" suara umpatan menggema dalam kamar mewah itu. Phonecellnya dibanting hingga pecah berantakan.
Sementara Daniel kini tengah memarkirkan mobilnya, menuju rumah yang sebelumnya ditempatinya dengan Jeny. Pemuda itu mulai duduk di sofa menyenderkan punggungnya. Kemudian tertawa kecil mengingat semua pembalasannya pada Renata,"Masih ada dua atau tiga bulan lagi. Nyonya rumah ini akan kembali," ucapnya menatap foto pernikahan berukuran besar yang terpajang di dinding ruang tamu.
Hingga suara mobil memasuki gerbang rumah, melenyapkan lamunannya. Terlihat sosok Tomy berjalan turun dari mobil, tanpa pengawal hanya berjalan sendiri.
Suara bel pintu terdengar, perlahan Daniel membukakan pintu penuh senyuman, setelah menyembunyikan semua foto Jeny.
"Maaf aku berkunjung, tidak punya teman disini benar-benar membosankan..." ucap Tomy mulai memasuki rumah tanpa ijin.
"Ada apa kemari!?" tanya Daniel.
"Tolong aku, carikan informasi keberadaan wanita itu agar aku bisa kembali ke Singapura," ucap Tomy dengan wajah mengundang simpati.
"Maaf, aku benar-benar tidak tau. Renata yang memberikannya padaku, katanya dia akan membantuku meloloskan tender proyek. Jika, aku memberinya uang," dustanya.
"Sudahlah," Tomy menghebuskan napas kasar duduk di sofa, lelah karena mengurus cabang perusahaan yang baru dibuka di negara ini.
"Bagaimana!? Kenapa kamu bisa begitu dendam pada wanita tadi siang!?" tanya Tomy, sembari melonggarkan dasinya.
"Aku fikir dia hanya wanita miskin yang lugu dan setia padaku. Hingga aku buta tidak menyadari wanita baik yang selalu melayaniku," jawabnya meraih sebotol minuman keras, di laci dapur.
"Jadi benar, kamu bercerai karenanya!?" Tomy mengenyitkan keningnya.
Daniel mengangguk, membuka botol minumannya, kemudian menuang dalam dua gelas kecil sambil tersenyum miris.
"Waktu tidak bisa terulang, bangkitlah jangan seperti tuanku yang berkali-kali hampir berangkat ke Australia menemui mantan kekasihnya," Tomy tertawa kecil setelah, meminum seteguk Vodka yang disuguhkan Daniel.
"Kakek 63 tahun ingin menemui mantan kekasihnya!?" Daniel mengenyitkan keningnya, menyemburkan minuman di mulutnya, akibat terkejut.
"Iya... mereka terpisah saat beberapa negara mengalami pecahan usai perang dunia kedua." ucap Tomy memberi alasan yang tidak masuk akal.
"Tapi perang dunia..." Daniel kembali hendak bertanya dengan ragu.
"Sudah tidak usah difikirkan. Kakek tua itu sudah belajar menerima kenyataan," Tomy berhenti minum, tidak ingin kesadarannya berkurang dan salah bicara tentang Farel lagi.
"Ternyata kamu tidak seburuk dan mengerikian seperti pemikiranku..." Daniel tertawa kecil, kembali meminum minuman di hadapannya.
Beberapa jam berlalu, Daniel sudah tidak sadarkan diri. Menggeledah phoncell milik Daniel itulah yang dilakukan Tomy. Namun, tidak satupun nomor telepon atau chat yang mencurigakan. Hingga pemuda itu mengenyitkan keningnya menatap nama dari nomor telepon orang yang pernah ditemui tuannya.
"Dea...!?" ucapnya.
***
Sekitar dua bulan kemudian...
Terdengar suara jeritan dari mulut Jeny,"Sakit!!" ucapnya sembari mengatur napas.
"Kamu tenang!! Jangan berteriak..." Ayana terlihat panik, menggengam erat jemari tangan Jeny, wanita paruh baya itu berlari di koridor rumah sakit. Mengikuti para suster yang tengah mendorong tempat tidur pasien menuju ruang bersalin.
"Maaf, dimana suaminya!?" salah satu perawat mengenyitkan keningnya.
"Suaminya ada di Singapura!! Sedang dalam perjalanan kemari!!" jawabnya panik yang memang sudah menghubungi Farel untuk datang.
"Nyonya besar!!" Tomy berjalan cepat menuju depan ruangan bersalin, menghela napasnya setelah berlari dari tempat parkir.
"Bagaimana!? Dimana Farel!?" tanyanya.
"Kenapa anda menyembunyikan ini dari tuan!! Beberapa bulan ini aku harus mencari keberadaan wanita itu!!" bentak Tomy kesal.
"Maaf, jangan adukan pada Farel," Ayana tersenyum simpul, sebelum akhirnya tangisan bayi kecil terdengar.
Mata kedua orang itu menelisik, bagaikan harimau yang disuguhi daging di hadapannya, menatap perawat keluar menggendong seorang bayi laki-laki hendak di bersihkan.
"Kita tidak perlu melakukan tes DNA, benar-benar mirip Farel," Ayana menghebuskan napas kasar.
"Tidak, untuk lebih jelasnya dan tidak menimbulkan keraguan di kemudian hari. Tes DNA diperlukan," Tomy membantah, mengeluarkan senjata terampuh yaitu, seikat uang hendak menyuap perawat agar memberikan sedikit guntingan rambut bayi mungil itu.
"Tomy memang kekanak-kanakan," gumam Ayana, menghebuskan napas kasar, lebih memilih memasuki ruang bersalin.
Wajah Jeny nampak pucat, setelah mengeluarkan banyak darah, tubuhnya sudah selesai dibersihkan. Menatap Ayana tersenyum tipis.
"Bayimu sangat manis, siapa namanya!?" tanya Ayana antusias.
"Rafanda Airen," ucapnya.
"Nama yang bagus..." Ayana tersenyum menggengam erat jemari tangan Jeny.
Airen...Ai berarti cinta, dan Ren pemimpin yang memiliki karakter baik, lembut dan pekerja keras. Selain itu, aku juga ingin mengingatkan diriku setiap menatap wajah putraku. Agar hanya menyimpan perasaanku untuk Ren, tidak ingin menyesal dan mencoba mencintai orang lain lagi... batinnya.
Suara gaduh terdengar dari luar, beberapa suster melarang orang yang terlihat emosi itu memasuki ruang bersalin, namun gagal, wanita paruh baya itu masuk lebih cepat.
"Ibu!?" Jeny berucap dengan bibirnya yang terlihat kering berwarna putih.
"Kamu hamil dan baru selesai melahirkan!? Apa itu anak Daniel atau selingkuhanmu!? Sekarang bagaimana caranya agar Daniel menerimamu kembali!? Anak tidak tau diri!!" umpatnya mencoba menarik rambut putrinya.
Ayana mencengkram erat tangan Dea, kemudian mendorongnya hingga tersungkur di lantai,"Apa hakmu mengatakan Jeny anak tidak tau diri!?"
"Ini bukan anak Daniel. Saat aku pergi dari rumah, ibu sudah mengatakan tidak akan menganggapku sebagai anak lagi..." Jeny berbicara dengan nada lemah, masih berusaha mengumpulkan tenaganya.
"Ibu yang melahirkanmu!! Jadi ibu masih berhak atas hidupmu!!" Dea membentak.
Jeny tersenyum miris,"Surat saham perusahaan almarhum kakek kembalikan padaku. Jika ibu masih berbicara tentang hak..."
Dea terdiam sejenak tidak menjawab, kemudian kembali menatap Jeny, kali ini bagaikan seorang ibu yang baik,"Daniel dan keluarganya mencarimu beberapa hari yang lalu, menginginkan kalian untuk kembali bersama. Titipkan anak itu di panti asuhan ya!? dan kembalilah bersama Daniel demi ibu," ucapnya.
"Ibu menjualku demi keuntungan perusahaan. Sekarang ibu menyuruhku membuang anakku demi kembali kepada monster itu!? Aku lebih memilih menjadi anak durhaka daripada menjadi ibu yang membuang putranya," Jeny menghebuskan napas kasar sembari mulai mengeluarkan air matanya.
"Kamu dengar sendiri kan!? Suster tolong seret dia, putri saya dapat kehilangan tenaganya karena terlalu banyak menangis saat orang ini masuk..." ucap Ayana acuh.
Dua orang perawat, berusaha memegang lengan Dea, hendak menuntunnya keluar.
"Tidak perlu!!" ucap Dea kesal pada kedua perawat."Ibu dan Dimas adalah anggota keluargamu satu-satunya. Jadi kamu tidak akan memiliki tempat untuk pulang, kembalilah bersama Daniel dan buang anak itu!!" lanjutnya berjalan pergi dari ruang persalinan dengan langkah kesal.
Jeny terlihat masih terus menangis, hingga Ayana memeluknya."Kamu tidak sendirian, ada ibu dan Rafa..." ucapnya tersenyum tulus, perlahan menenangkan Jeny yang mulai berhenti mengeluarkan air matanya.
Sementara itu tidak ada yang menyadari seorang pemuda tersenyum menatap semua kejadian itu,"Dugaanku benar, tuan memang selalu beruntung..." ucapnya mulai melakukan panggilan internasional.
***
Suasana terlihat ramai hiruk pikuk orang asing berlalu lalang terlihat. Seorang pemuda menarik kopernya di sebuah bandara. Jadwal penerbangannya baru saja dialihkan akibat badai.
Wajah putih bersih, dengan penuh senyuman menggoda siapapun yang mantapnya. Tubuh yang tinggi terlihat atletis namun tidak begitu besar. Memakai pakaian santai, lengkap dengan kacamata hitam, salah satu telinganya ditindik, wajah rupawannya bagaikan artis Asia Timur.
Pemuda itu segera memakai earphonenya setelah menerima panggilan, sambil berjalan ke loket lain mencari informasi penerbangan.
"Halo tuan..." orang dari seberang sana berucap.
"Ada apa!? Aku terjebak badai, penerbanganku dialihkan. Apa anakku lahir dengan selamat!?" ucapnya sembari berjalan.
"Dia lahir dengan selamat, mirip dengan anda. Tapi ibu dari bayi yang lahir adalah nona muda yang selama ini ingin anda temui..." ucap Tomy.
Langkah pemuda itu terhenti...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PANTAS RAFANDA HITUNG2AN SAAT PESTA PRNIKAHAN KENZO & GLORY,, TERNYATA BNR2 IKUT GEN REN/FAREL YG ITUNG2AN...
2024-01-23
1
Sulaiman Efendy
DALAM MIMPI LO JENY AKN KMBALI DLM HIDUP LO,, YG LO HADAPI JH... YG LBH KAYA DRI LO..
2024-01-23
1
Sulaiman Efendy
MULUT LO BICARA BGITU, FAKTANYA LO BRZINAH SAMA SUTRADARA YG SEUMURAN TIRTA..
2024-01-23
1