Seorang wanita merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, menyewa kamar kost dipilihnya untuk menghemat uang, sudah dua hari semenjak Jeny meninggalkan rumah Daniel.
"Hari yang damai..." ucapnya setelah datang dari pengadilan mengajukan surat perceraian, walaupun masih menanti sidang, sudah cukup melegakan baginya.
Namun, harinya yang tenang seperti akan terusik. Handphone wanita itu berbunyi, dengan nada malas Jeny mengangkatnya.
"Halo ada apa!?" tanyanya.
"Apa magsudnya dengan bercerai!? Daniel dan keluarganya ingin bertemu denganmu!!" terdengar suara Dea membentak dari seberang sana.
"Kapan!?" Jeny menghebuskan napas kasar.
"Mereka bilang akan datang nanti malam!! Sebaiknya, kamu pulang dan batalkan gugatan!!" Dea menutup panggilannya sepihak.
Jeny mengenyitkan keningnya tersenyum, sembari menggengam erat kalung setegah hancur yang sudah ada di genggamannya.
***
Gerbang hitam terlihat di rumah tengah perkotaan. Pohon-pohon palem berjejer di sekitar rumah yang nampak mewah itu. Jeny melangkah perlahan menuju rumah orang tuanya.
Berjalan penuh senyuman, hanya dengan membawa sebuah tas kecil. Beberapa pelayan menyambutnya, terlihat di sana Dea, Jony, Gina (ibu Daniel), Tirta (ayah Daniel) serta Daniel dan Renata duduk di ruang tamu menatap tajam padanya.
Entah kenapa tatapan pemuda itu tidak lepas dari sosok Jeny yang tidak terlihat di rumah mereka tiga hari ini.
Jeny menghela napasnya, mulai duduk di atas sofa,"Ada apa!? kenapa semuanya diam!?" Jeny mengenyitkan keningnya.
"Jeny sayang, kenapa kamu mengajukan perceraian!? Kamu tidak sengaja, dan akan mencabutnya kan!?" Dea tersenyum, menatap ke arah putrinya.
"Aku sengaja, setelah ini aku yang akan di gugat cerai. Lebih baik aku menggugat duluan kan!? Mereka itu pasangan serasi, tidak pantas untuk dipisahkan..." Jeny berucap penuh senyuman.
"Sadar diri juga..." Gina mencibir menantunya.
"Jeny, Daniel berniatan menggugat cerai bukan tanpa alasan. Entah untuk apa ayah tidak peduli, tapi yang jelas kamu terlalu sering menghambur-hamburkan uang Daniel," Tirta (mertua Jeny) mengenyitkan keningnya.
"Pengeluaran kartu kredit dalam dua tahun ini apa berasal dari dalam negeri!? Tolong selidikilah..." Jeny tersenyum miris.
"Menantu tidak berguna!! Jangan berharap dapat menuntut harta gono-gini!! Punya anak saja tidak, dasar mandul. Tau begini dari dulu saja aku memilih Renata," Gina tersenyum membanggakan Renata.
"Ibu mertua, jangan terlalu memuji ku," ucap Renata.
"Kamu memang anak baik, seharusnya ibu sadar dari dulu," Gina kembali menyanjung.
"Aku tidak akan meminta harta gono-gini, hari ini aku hanya pulang untuk mengambil beberapa barang," ucap wanita itu mulai bangkit berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.
"Jeny!! Minta maaflah pada Daniel dan keluarganya!!" Dea membentak.
Jeny menghela napasnya tetap melanjutkan langkahnya, beberapa menit kemudian dengan meneng sebuah paper bag berukuran cukup besar wanita itu kembali turun.
"Jeny!! Jika kamu bercerai dengan Daniel, jangan harap ibu akan menganggapmu anak lagi!!" Dea membentak, mencengkram erat tangan putrinya. Seketika paper bag yang dibawa Jeny terjatuh. Terlihat sebuah buku tabungan dan foto masa kecilnya dengan ayahnya dan Ren. Serta beberapa foto masa remajanya dengan masih bersama dengan remaja berkacamata itu.
Jeny menghebuskan napas kasar, merapikan kembali barang-barang yang berceceran ke dalam paper bag,"Kecelakaan yang dialami Ren 13 tahun yang lalu, terjadi beberapa hari setelah ibu datang dari luar negeri," Jeny mengenyitkan keningnya, mulai berdiri memberanikan dirinya untuk bicara.
Wajah Dea seketika pucat, menyadari kecurigaan putrinya.
"Lupakan kata-kataku, ibu tadi bilang jika aku bercerai tidak akan menganggapku anak lagi kan!? Selama ini aku menghormati ibu, apapun yang ibu lakukan. Tapi apapun yang aku kerjakan, ibu akan menyalahkanku. Ibu, anggap saja perusahaan kakek yang diwariskan padaku, perusahaan selama ini ibu kuasai sebagai bayaran sudah melahirkanku," Jeny menghela napasnya.
"Aku memang tidak pantas menjadi anakmu lagi..." ucap Jeny menunduk memberi hormat kemudian hendak berlalu pergi.
Renata mulai tersenyum, kembali berbisik pada ibu mertuanya,"Jeny bahkan beberapa hari yang lalu, sempat tidur dengan seorang lelaki tua hanya untuk uang..." ucapnya.
Jeny yang masih bisa mendengarnya, berucap penuh senyuman,"Aku tidak mengingat wajahnya, tapi dia masih seusia denganku dan lebih menggairahkan di banding Daniel," ucapnya pergi berlalu meninggalkan orang-orang yang ada di ruangan itu.
Lebih menggairahkan!? Jika Ren masih hidup dan ada disini dia pasti memandang jijik padaku. Wanita yang berselingkuh mengatakan selingkuhannya menggairahkan!? Aku sudah gila... umpat Jeny dalam hatinya pada dirinya sendiri, sembari berlalu pergi.
"Lebih menggairahkan dariku!? Benar-benar lelucon," Daniel tertawa kecil, kemudian berjalan berlalu menuju pintu depan.
Terlihat mobil taksi yang telah melaju meninggalkan rumah itu."Wanita murahan!!" racaunya mengepalkan tangannya, menahan perasaan yang ingin menghentikan taksi itu.
***
Beberapa bulan berlalu, Jeny sama sekali tidak datang untuk melakukan mediasi. Dalam tiga kali sidang akhirnya surat putusan perceraian di kabulkan.
Daniel menghembuskan napas kasar menatap surat putusan pengadilan, meremasnya dengan ekspresi wajah datar. Hingga suara ketukan pintu membuyarkan semua lamunannya.
"Tuan, tuan besar ingin bertemu dengan anda," Ken (asisten Daniel) berucap.
"Aku akan kesana..." jawabnya berjalan menuju sebuah ruangan terbesar di kantor itu.
Terlihat pintu besar, dengan meja dua orang sekertaris di depannya. Perlahan Daniel membukanya. Namun, bukan sambutan kebanggaan atau rasa iba yang didapatnya. Satu pukulan mendarat di pipinya hingga pemuda itu roboh di lantai.
"A...ayah," ucapnya.
"Orang yang disewa khusus JH Corporation tadi datang kemari memastikan identitas diri wanita yang dijual pada majikannya," Tirta menatap putranya miris."Apa kamu benar-benar putraku!?" tanyanya.
"Saat itu Renata ingin aku membuktikan perasaanku padanya. Jadi aku..." ucapan Daniel terpotong, Tirta melemparkan sebuah map.
"Sekali perawatan wajah sudah menghabiskan ratusan juta!! Harga pakaian yang hanya dipakainya sekali, puluhan juta!! Bahkan menyuap orang agar cepat menjadi brand ambassador!!" Tirta tersenyum mencibir.
"Apanya yang model internasional!? Beberapa bulan ini ayah menyelidiki sendiri tentang rumah tanggamu!!" pria paruh baya itu berjalan kesal, menggebrak meja.
"Bahkan dari pembantu yang sering membelikan keperluanmu dan tukang kebun tinggal di rumahmu!! Pantas saja kalian tidak mempunyai anak!! Sering memukuli istrimu dan menggunakan alat pengaman, agar tidak memiliki anak dari Jeny!!" Tirta kembali mengangkat kerah kemeja putranya, tangannya mengepal hendak memukul, namun diurungkannya.
Pria paruh baya itu menghela napasnya, duduk di kursi putarnya menenangkan diri,"Menerima perjodohan memang syarat ayah untukmu mendapat jabatan langsung dibawah ayah. Ini kesalahan ayah, keluar!!" ucapnya.
"Ayah aku akan minta maaf pada Jeny, dan memberinya..." kata-kata Daniel terhenti.
"Jangan mencari atau menemui Jeny, wajahku sudah cukup tercoreng di depannya. Hidup bahagialah dengan Renata-mu, dan jangan pernah mengeluh atau mengatakan menyesal pada ayah..." Tirta tertunduk, memijit pelipisnya sendiri.
Daniel menghebuskan napas kasar, lebih memilih menemui Renata untuk menenangkan diri.
***
Mobil mulai terparkir di area sebuah apartemen. Perlahan pemuda itu memasuki lift, memikirkan apa yang ayahnya katakan.
Mengeluh atau menyesal!? Tidak akan terjadi, Renata adalah wanita yang aku cintai... ucapnya dalam hati, namun entah kenapa jemari tangannya mengepal, memejamkan matanya sejenak menenangkan diri.
Pintu apartemen itu akhirnya terlihat, berusaha tetap tersenyum yang dilakukannya. Perlahan menekan kode akses, ruang tamu yang kosong terlihat. Namun, suara aneh didengarkannya, suara yang tidak asing baginya.
Daniel mengusap wajahnya kasar, terlalu menakutkan baginya untuk membuka pintu kamar Renata. Terdiam sejenak dalam lamunannya, teringat tentang hari pertama pernikahannya. Jeny dapat tetap tersenyum dengan tenang, setelah membuka pintu kamar utama.
Perlahan pemuda itu memberanikan diri, seiring meredanya suara erotis dari dalam sana. Namun saat memegang hendel pintu, namanya tiba-tiba disebut,"Jadi sebentar lagi akan menikah dengan Daniel!?" tanya seorang pria yang dari suaranya sudah tidak berusia muda lagi.
"Benar, mohon biarkan aku menjadi bintang utama difilm anda..." terdengar suara Renata.
"Betapa beruntungnya aku, dapat tidur dengan wanita yang paling dicintai Daniel. Putra konglomerat yang paling diincar semua wanita di negeri ini," suara pria itu kembali terdengar.
"Karena itu, kalau ada film baru, tolong cari saya ..." suara sensual yang terhenti, kembali terdengar.
Daniel mengurungkan niatnya untuk membuka pintu. Lebih memilih turun duduk di area lobby apartemen. Banyak hal berkutat dalam fikirannya.
Tidak ada perasaan sakit sama sekali, berbeda dengan saat Jeny pergi menangis dengan tangan yang memar beberapa bulan yang lalu. Saat ini, perasaannya pada Renata hanya jijik, itulah yang tersisa.
Beberapa jam berlalu, tidak terasa. Daniel masih duduk berkutat dalam fikirannya di lobby apartemen. Akhirnya, lift terbuka, terlihat seorang wanita keluar dengan menggandeng pria yang mungkin seusia dengan ayahnya. Pria yang masih terlihat cukup bugar di usia yang tidak muda lagi.
"Terimakasih, kamu sangat memuaskan, tidak perlu khawatir kamu akan menjadi bintang utama saya..." ucapnya mencium bibir Renata sekilas.
Renata hanya tersenyum simpul, mengantar kepergian pria paruh baya itu. Sejenak kemudian Daniel datang dalam senyuman.
"Sa...sayang," Renata bergelayut manja, berharap Daniel tidak sempat melihat kedatangan sang pria paruh baya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
JALANG MURAHAN...
2024-01-23
1
Sulaiman Efendy
RASAKN LO KUDA NIEL... MAKAN TU CINTA LO K RENATA, DIRINYA SAJA RELA DITIDURI PRIA TUA, JGN2 DI LUAR NEGERI DLU UDH SERING RENA TIDUR DGN BULE2..
2024-01-23
1
Яцяу
dasar sampahh
2023-09-12
4