Malam saat Jeny sudah di bawa ke dalam kamar Ren...
"Ini, sesuai permintaanmu!! Terimakasih sudah menolong tuan kami," Tomy melempar sebuah berkas, sembari tersenyum.
Daniel menghela napasnya dalam-dalam meraih berkas di hadapannya. Tangannya nampak gemetaran, membayangkan wanita yang tidak disadari sudah mulai disukainya diserahkan pada pria lain. Hanya untuk secarik kertas.
"Sayang!?" Renata yang duduk di sampingnya, menggengam tangan Daniel erat.
"Tidak apa-apa, aku hanya sedikit tidak enak badan..." ucapnya sembari menyunggingkan senyuman palsunya.
"Ingat, hal yang terjadi malam ini jangan sampai tersebar pada media. Jika sampai tersebar, aku sendiri yang akan turun tangan menghancurkan kalian!!" Tomy tersenyum dengan wajah dinginnya, seakan memberi ancaman yang tidak main-main, mulai bangkit dari sofa berjalan keluar.
"Sayang, bagaimana jika malam ini untuk merayakannya kita..." ucapan Renata terhenti.
Pemuda itu mengelus pucuk kepala Renata,"Ini adalah proyek yang lumayan besar. Aku harus mempersiapkan laporan dan perencanaan kepada ayah malam ini," ucapnya.
"Tapi..." Renata mengenyitkan keningnya kesal
"Ini untukmu, belilah tas dan sepatu yang cantik," Daniel memberikan black card-nya.
"Terimakasih..." wanita itu memeluk kekasihnya erat, penuh senyuman. Kemudian mengecup bibir Daniel sekilas, berjalan keluar meninggalkan pemuda itu.
Entah kenapa, Daniel tersenyum pahit, dadanya terasa lebih sesak lagi. Pemuda itu melemparkan berkasnya sembari mengeluarkan air mata.
"Bodoh!! Orang yang kamu cintai Renata!! Jangan fikirkan wanita murahan itu lagi!!" racaunya menjambak rambutnya sendiri.
***
Dentuman suara musik terdengar, seorang pemuda ditemani dua orang wanita cantik berpakaian minim, meminum teguk demi teguk minuman keras yang ada di hadapannya.
"Kalian lebih cantik dari Jeny..." ucapnya memeluk dan mencium dua orang wanita yang disewanya.
"Jeny siapa!?" salah seorang wanita meraba bibir Daniel dengan jemari lentiknya.
"Istriku..." ucap Daniel penuh tawa dalam keadaan setengah sadar.
"Tentu saja kami lebih cantik, setiap hari kami selalu merawat diri..." salah seorang wanita berucap, menunjukkan penampilan menggodanya.
Senyuman di wajah Daniel memudar, timbul banyak hal di benaknya. Jeny selalu bangun lebih pagi, dan tidur lebih larut darinya. Hanya untuk mengurus segala keperluannya. Berangkat kerja pun orang yang sering disebutnya sebagai wanita murahan itu, akan terburu-buru, hanya untuk membuatkannya sarapan. Senyuman seseorang yang selalu dengan sabar menunggunya terbayang dalam benaknya.
"Aku mencintai Renata!!" teriaknya dalam keadaan setengah sadar, melemparkan gelas minuman hingga pecah berkeping-keping.
"Tuan Daniel, ada apa!? tenanglah, apa kami perlu memberikan service lebih!?" tanya salah seorang wanita, dengan tangan merayap melepaskan kancing kemeja pemuda itu.
"Aku ingin pulang..." ucapnya menghela napas kasar.
***
Mobil taksi melaju membelah jalanan perkotaan yang sepi akibat waktu yang memang telah menunjukkan pukul satu malam.
Entah apa yang ada di fikirannya, dengan harapan wanita yang sudah dijualnya berada di rumah membuka pintu. Terlihat lampu rumah yang masih belum menyala.
"Jeny!! Jeny!! Jeny!!" panggilnya dalam keadaan setengah sadar. "Wanita sialan!! Dimana kamu!!" Suara Daniel terdengar berteriak dalam keadaan mabuk berat.
Dengan langkah gontai pemuda itu berjalan menuju kamarnya, membuka pintu dengan kasar. Mulai merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Air matanya kembali menetes, sulit untuk dihentikan olehnya.
Rasa mual menderunya, pemuda itu segera berlari ke kamar mandi, mengeluarkan isi perutnya. Rasa sup pereda mabuk yang selalu di buat Jeny tidak dirasakannya lagi. Bibirnya terasa pahit.
Terbayang wanita yang dengan sabar menuntunnya menuju kamar tanpa terlihat marah sedikitpun, membersihkan tubuhnya yang berbau alkohol, menyuapinya makanan hangat. Bahkan sesekali membimbingnya ke kamar mandi tanpa jijik, mengelus punggungnya saat dirinya mulai mual akibat pengaruh alkohol.
'Apa yang kamu sukai!? Apa yang tidak kamu sukai!? Aku akan mengingatnya...' terdengar suara wanita yang selalu berada di kamar sepulang kerja itu.
"Aaaagghhh....!! Jeny sialan!!" umpatnya belum juga mengakui perasaannya.
***
Matahari sudah meninggi, perlahan Daniel membuka matanya. Setelah semalaman tertidur di lantai kamar. Mengamati keadaan sekitarnya dengan kepala yang mulai terasa sakit.
"Jeny!! Jeny!!" panggilnya berjalan menuju kamar yang terletak paling belakang. Berharap wanita yang masih bersetatus istrinya itu sudah pulang.
Dengan perasaan lega Daniel menatap wanita yang biasanya tersenyum, kini terdiam tanpa ekspresi, mengemasi barang-barangnya satu persatu ke dalam koper.
"Kamu mau kemana!?" tanyanya mencengkram kuat lengan wanita yang tengah berkemas itu.
"Seperti yang anda harapkan, saya sudah muak tinggal disini..." jawabnya masih memasukkan barang-barangnya satu persatu.
"Aku memaafkan mu, jangan pergi..." ucap Daniel menatap wanita dengan raut wajah dingin itu.
"Memaafkan!?" Jeny tersenyum miris,"Apa karena aku tidur dengan pria lain!?" wanita itu, menatap tajam pada Daniel untuk pertama kalinya.
"Suamiku sendiri yang menjualku, terimakasih sudah membuatku sadar jika tidak semua janji harus ditepati," Jeny memasukkan barang terakhir di kopernya.
"Jeny!!" Daniel membentak.
"Ada apa tuan Daniel?" tanyanya dengan nada datar, Jeny menghembuskan nafas kasar memejamkan matanya sejenak, berusaha untuk tenang.
"Tuan Daniel, kembalikan kalung yang aku berikan saat hari pernikahan kita." lanjutnya berusaha untuk tetap tersenyum.
"Kalung murah ini!? Aku tidak membutuhkannya!!" Daniel menarik paksa kalung berantai tipis yang melingkar di lehernya. Melemparkannya ke lantai, menginjaknya dengan kesal.
"Berhenti!!" Jeny mulai menangis terisak, menjadikan tangannya sebagai pelindung kalung yang hampir hancur diinjak Daniel.
Untuk pertama kalinya, wajah tersenyum hangat dan tulus Jeny sama sekali tidak terlihat lagi. Menangis terisak, bahkan terlihat lebih menyedihkan dibandingkan saat Daniel sering sering menyiksanya di tempat tidur.
"Itu hanya sebuah kalung!!Aku bisa mengganti dengan yang lebih mahal!!" Daniel membentak, menahan rasa bersalahnya menatap luka lebam di tangan Jeny yang terkena injakannya.
"Dia tidak makan di sekolah selama berbulan-bulan untuk kalung murah ini. Dia memintaku berjanji untuk belajar menyukai pria menjijikkan. Dan sekarang pria menjijikkan itu yang menghancurkan kalung pemberiannya," Jeny menghebuskan napas kasar.
"Ini kesalahanku karena terlalu banyak berfikir dapat belajar menyukai mu," Jeny menggenggam erat pasangan kalung yang hampir hancur diinjak Daniel.
Mengambil kopernya menariknya keluar dari kamar.
Daniel tertegun sejenak, terdiam mengepalkan tangannya. Jeny hanya belajar menyukaiku. Jadi selama ini dia tidak pernah menyukaiku!? lalu kenapa dia bisa tersenyum menerima semuanya...
Dengan perasaan kesal, cemburu, dan jengkel bercampur aduk menjadi satu. Pemuda itu berteriak,"Kita lihat saja, bisakah kamu bertahan di luar sana tanpaku!! Bahkan akan aku buat keluargamu tidak akan bersedia menolongmu!!"
"Aku sudah tau, ibuku sendiri yang menjualku..." ucap Jeny sedikit melirik sembari tersenyum simpul, kembali menarik kopernya berjalan pergi.
Daniel tertegun sejenak, kemudian mulai mengejar. Namun, yang terlihat dari lantai dua, Jeny telah keluar dari pintu depan rumah, menutupnya tanpa menoleh sedikitpun.
"Dia benar-benar pergi..." ucapnya dengan tangan gemetaran. Ingin rasanya menghentikan kepergian Jeny namun tidak tau apa yang harus dikatakannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
LIAT AZA, LO LBH PILIH BATU KRIKIL DRIPADA BERLIAN, SYUKURLH LO TDK PRNH HAMILI JENY, DN LO GK PRNH RASAKN SENSASI SETUBUHI JENY TNPA PNGAMAN.. REN/FAREL YG MRASAKN, MSKIPUN SDH TDK PERAWAN, TPI FAREL SDH TITIP BENIHNYA DI RAHIM JENY, DN ITU BUAT JENY HAMIL BENIH REN/FAREL
2024-01-23
1
Sulaiman Efendy
LO MMG MNUSIA BODOH BIN GOBLOK..
2024-01-23
1
Яцяу
mampusss lo kudanil
2023-09-12
4